Kisah Bocah 11 Tahun Asal Bogor yang Direkrut ISIS, Bisa Bongkar Senapan Dalam 32 Detik

Pada tanggal 1 September 2016, dua bulan setelah ulang tahunnya yang ke 13, Hatf Saiful Rasul terkena serangan udara lain.

Editor: Vivi Febrianti
Reuters/Intisari
Hatf Saiful Rasul 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Hatf Saiful Rasul berusia 11 tahun saat mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk memperjuangkan Negara Islam.

Ayahnya adalah seorang militan Islam yang sudah dijatuhi pidana.

Anak laki-laki tersebut mengunjungi ayahnya di sebuah penjara keamanan maksimum saat istirahat dari Ibnu Mas'ud, pesantrennya.

Hal itu dikatakan Syaiful Anam mengungkapkan dalam esai 12.000 kata tentang putra (Hatf Saiful Rasul) dan agamanya yang dipublikasikan secara online.

"Awalnya, saya tidak merespons dan menganggapnya hanya lelucon seorang anak kecil tapi itu menjadi berbeda ketika Hatf menyatakan kesediaannya berulang kali."

Baca: Ternyata Teroris yang Ditembak Mati Akan Merasa Tujuannya Tercapai, Golden Moment Masuk Surga

Baca: Disuruh Bunuh Diri oleh Tito Karnavian, Jawaban Teroris Ini Bikin Najwa Shihab Istigfar

Hatf Saiful Rasul mengatakan kepada ayahnya beberapa teman dan guru dari Ibnu Mas'ud telah pergi untuk memperjuangkan Negara Islam dan "menjadi syahid di sana," tulis Syaiful Anam.

Anam setuju untuk membiarkan Hatf Saiful Rasul pergi, mencatat dalam esainya bahwa sekolah tersebut dikelola oleh "kawan yang berbagi ideologi kita".

Hatf Saiful Rasul pergi ke Suriah bersama sekelompok kerabat pada tahun 2015, bergabung dengan sekelompok pejuang Perancis.

Reuters berbicara dengan tiga pejabat kontra-terorisme di Indonesia yang mengkonfirmasi bahwa anak laki-laki tersebut memang pergi ke Suriah.

Hatf Saiful Rasul adalah satu dari sekurang-kurangnya 12 orang dari pesantren Ibnu Mas'ud yang pergi ke Timur Tengah untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam selama tahun 2013 dan 2016.

Sedikitnya 18 orang lain terkait sekolah itu telah dihukum atau ditangkap karena rencana dan serangan militan di Indonesia, termasuk tiga serangan paling mematikan di Tanah Air dalam 20 bulan terakhir.

Baca: Ngaku Berjualan Cilok, Kakak Beradik Terduga Teroris Ini Ditangkap Densus 88 di Kota Malang

Baca: Lawan Terorisme, Banser NU Dilatih Ilmu Kesaktian Agar Kebal Bom

Jumadi, juru bicara Ibnu Mas'ud, membantah sekolah tersebut mendukung ISIS atau kelompok Islam militan lainnya, atau mengajarkan interpretasi ekstrim atau ultra-kekerasan terhadap Islam.

Ibnu Mas'ud adalah satu dari sekitar 30.000 pesantren di seluruh Indonesia.

Jumadi mengatakan Hatf belajar di Ibnu Mas'ud tapi dia tidak tahu tentang kepergian bocah itu ke Suriah.

Dia mengaku dia tidak mengetahui adanya staf atau siswa yang bepergian ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, selain tiga guru dan satu siswa yang ditahan di Singapura pada 2016.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved