Pilpres 2019

Sudjiwo Tedjo : Walau Bukan Pendukung Prabowo, Aku Dukung Penggunaan Kata ''Emak-emak''

Menurut Sudjiwo Tedjo, penggunaan istilah 'emak-emak' tak masalah asal jangan sampai mengganti lirik lagu Kartini jadi jadi 'Emak Kita Kartini'

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Kompas.com/Tribunnews.com
Sudjiwo Tedjo dan Prabowo 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Budayawan Sudjiwo Tedjo mengomentari isu penolakan istilah 'emak-emak' yang ramai diperbincangkan saat ini.

Ia mengatakan, dirinya pribadi setuju dengan penggunaan kata 'emak-emak' tersebut.

Meski tak menjelaskan apa alasannya, namun ia tak masalah selama penggunaan istilah itu tak sampai mengganti lirik lagu jadi 'Emak kita Kartini'.

Kali ini ia memberikan sedikit penjelasan.

Menurutnya, kata 'emak' cenderung tidak pas jika digunakan dalam konteks melodi dan ritme lagu tersebut.

Meski begitu, ia tetap mendukung penggunaan kata 'emak-emak' meski dirinya mengaku bukan sebagai pendukung Jokowi atau siapapun.

"Penggunaan kata “Emak-emak” aku dukung walau aku bukan pendukung Prabowo atau siapa pun,

asal tak sampai mengubah syair lagu menjadi “Emak Kita Kartini”.

Dlm konteks melodi dan ritme lagu tersebut bunyi kata “Emak” ndak pas," tulisnya seperti dilansir TribunnewsBogor.com di akun Twitternya, @sudjiwotedjo, Senin (17/9/2018).

Diberitakan sebelumnya, Ketua Kongres Wanita Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo tidak sepakat jika perempuan Indonesia disebut "emak-emak".

Hal itu disampaikan Giwo dalam sambutannya di acara Temu Nasional Kongres Wanita Indonesia ke-90 dan Sidang Umum International Council of Woman (ICW) ke-35 .

Lama Tak Muncul di Layar Kaca, Kondisi Mat Solar Saat Hadiri Wisuda Anaknya Ini Jadi Sorotan

Tanggapi Puisi Cak Nun, Politikus Demokrat: Memperkenalkan Calonnya dengan Mendustakan Kenyataannya

"Kami tidak mau, kalau kita perempuan-perempuan Indonesia dibilang 'emak-emak'. Kami tidak setuju," ujar Giwo dalam, Jumat (14/09/2018).

Giwo mengatakan, kongres perempuan Indonesia II tahun 1935 di Jakarta menghasilkan beberapa keputusan penting.

Salah satunya adalah kewajiban utama wanita Indonesia, yakni menjadi " ibu bangsa".

"Perempuan Indonesia yang sudah mempunyai konsep ibu bangsa sejak tahun 1935 sebelum kemerdekaan. Tidak ada the power of emak-emak, yang ada the power of ibu bangsa," ucapnya disambut tepuk tangan seluruh peserta yang hadir.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved