SBY Dikaitkan Kasus Century, Ani Yudhoyono Beri Peringatan untuk Pihak Dalam Negeri
Ani Yudhoyono beri jawaban tegas perihal berita Asia Sentine yang menyatut nama sang suami, SBY.
Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ani Yudhoyono menyebut secara tegas bahwa pemberitaan di media Hong Kong Asia Sentinel yang menyatut nama suaminya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah fitnah.
Tak hanya itu, Ani Yudhoyono juga menyebut bahwa dirinya dan keluarga akan mencari dalang di balik pemberitaan tersebut sampai ke ujung dunia sekalipun.
Dalam unggahan tersebut, Ani Yudhoyono mengunggah foto saat SBY sedang berpidato di di Puncak perayaan Hari Ulang Tahun partai Demokrat ke-17.
Tak hanya itu, dari 3 slide tersebut dimuat juga momen saat Ani Yudhono dan SBY beserta AHY dan juga Ibas Yudhoyono sedang berfoto bareng mengenakan pakaian warna biru, yang mencirikan Partai Demokrat.
Selain itu, Ani Yudhoyono menuliskan isi pidato SBY.
Dalam isi pidato tersebut, SBY secara tegas membantah dan akan melaporkan masalah ini ke pihak yang berwajib.
Bahkan, ia juga akan mengejar sampai ke ujung dunia mana pun, yang merusak dan menghancurkan nama baiknya dan juga keluarga.
Bahkan, SBY menyebut pihak-pihak dalam negeri yang ikut terlibat pun akan mendapatkan ganjarannya.
“Utamakan Rakyat dan Bangun Politik Yang Beradab”. Ingat, negara kita adalah negara hukum.
Bukan negara gruduk dan negara kekerasan.
Saya pastikan kita akan menggunakan hak hukum kita untuk menyelesaikan masalah ini.
Akan kita kejar sampai ke ujung dunia mana pun, yang merusak dan menghancurkan nama baik kita.
Ini juga berlaku bagi pihak-pihak di dalam negeri yang ikut-ikutan memfitnah dan merusak kehormatan kita,'" tulis Ani Yudhoyono di akun Instagramnya, @aniyudhoyono, mengutip dari pidato SBY.
• Tanggapi Berita Asia Sentinel Soal Kasus Century, SBY : Kita Kejar Sampai ke Ujung Dunia Mana Pun
Di akhir tulisannya, Ani Yudhoyono menyebutkan bahwa keluarga merupakan satu-satunya kekuatan yang membuat mereka kuat melawan segala macam fitnah.
Tak hanya itu, Ani Yudhoyono juga mengingatkan tentang peribahasa bahwa fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.
"Keluarga adalah kekuatan untuk melawan segala macam fitnah. Bukankah fitnah lebih kejam dari pembunuhan?," tulis Ani Yudhoyono lagi.
• Ungkap Dugaan Perselingkuhan, Istri Sah TP Bongkar Cara Lina Dekati Suaminya
Artikel yang dimuat oleh media asing asal Hong Kong Asia Sentinel tersebut menyebut kalau bahwa pemerintahan di era SBY adalah pemerintahan dengan konspirasi kriminal yang besar, Rabu (12/9/2018).
Konspirasi kriminal yang dimaksud adalah perihal bailout Bank Century.
Artikel itu menyebutkan bahwa uang pembayaran pajak sebanyak 12 miliar dolar Amerika Serikat dicuri dan dicuci melalui bank internasional.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh editor sekaligus pendiri Asia Sentinel bernama John Berthelsen itu menyebut 30 pejabat pemerintahan terlibat dalam konspirasi tersebut.
Diantara 30 pejabat tersebut, ada beberapa kader Partai Demokrat yang disebut.
Menanggapi hal itu, ketua Umum Partai Demokrat itu angkat bicara dalam pidatonya di Puncak perayaan Hari Ulang Tahun partai Demokrat.
"Minggu ini, saya dan Partai Demokrat kembali mendapatkan fitnah besar. Ada pihak asing yang mengarang cerita yang tidak mengandung kebenaran," katanya dikutip dari TribunWoW.com pada Senin (17/9/2018) malam.
Lanjutnya, 'karangan' cerita itu memancing kemarahan para kader Demokrat.

"Korbannya, lagi-lagi SBY dan Partai Demokrat. Sayangnya, sebagian dari media massa dan pihak-pihak tertentu di dalam negeri ikut menyebarluaskan fitnah yang jauh dari logika dan kebenaran ini," lanjutnya.
Ia menuturkan kalau saat ini ada tangan-tangan asing yang sedang mengobok-obok urusan Bangsa Indonesia.
Ia juga memahami kalau banyak para kader yang merasa geram dengan adanya pemberitaan tersebut.
"Saya memahami kemarahan para Kader Demokrat terhadap tangan-tangan asing yang mengobok-obok urusan bangsa kita. Saya tahu para Kader Demokrat gusar karena fitnah keji ini dimunculkan di musim pemilu sehingga, pihak yang menyebarluaskan fitnah ini juga memiliki motif dan kepentingan politik," tuturnya.
Ia menyerukan kepada para Kader untuk tidak main hakim sendiri, termasuk kepada media massa dalam negeri yang ikut menyebarluaskan fitnah ini.
"Ingat, negara kita adalah negara hukum. Bukan negara gruduk dan negara kekerasan. Saya pastikan kita akan menggunakan hak hukum kita untuk menyelesaikan masalah ini. Akan kita kejar sampai ke ujung dunia mana pun, yang merusak dan menghancurkan nama baik kita. Ini juga berlaku bagi pihak-pihak di dalam negeri yang ikut-ikutan memfitnah dan merusak kehormatan kita," tegasnya.
• Politikus PSI Tsamara Amany: Saya Tak Mau Mantan Koruptor Jadi Wakil Gubernur DKI Jakarta !
Pada hari Senin (17/9/2018) pagi harinya, Partai Demokrat resmi melaporkan pemberitaan media asing Asia Sentinel kepada Dewan Pers, di Jalan Kebn Sirih, Jakarta Pusat.
Pengaduan Partai Demokrat tersebut diwakili oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Pandjaitan bersama Ketua Divisi Komunikasi Publik DPP Partai Demokrat Imelda Sari, Kepala Devisi Advokasi dan Hukum Ferdinand Hutahaean, dan enam orang lainnya.
Hinca mengatakan pemberitaan Asia Sentinel itu tidak kredibel karena kasus Bank Century menurutnya sudah dinyatakan selesai secara hukum dan politik.

Hinca juga mengatakan tujuan pihaknya ke Dewan Pers untuk menjaga kebebasan pers di Indonesia sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Karena menurutnya salah satu hal yang menjadi masalah adalah media-media dalam negeri Indonesia turut menyebarkan berita tersebut.
“Kasus ini sudah lama ditutup secara hukum dan politik tapi kemudian muncul kembali dengan mengutip media asing yang belum tentu kredibel, ini menjadi pembelajaran bagi media-media di Indonesia,” terang Hinca seperti yang dikutip Tribunnews.com.
• Guntur Romli Sindir Politisi PKS Gunakan Kode Bahasa Arab untuk Korupsi : Kapan Tobatmu?
Kemudian Hinca dan kawan-kawan diterima oleh anggota komisi pengaduan Dewan Pers yaitu Hendry Chairudin Bangun dan Ahmad Djauhar.
Dalam diskusi dengan Dewan Pers, Hinca memaparkan usaha Partai Demokrat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
“Kami sudah investigasi dan anehnya ketika kami telusuri mereka tidak cantumkan alamat, hanya ada email dan media sosial mereka, itu juga kami pertanyakan,” ungkapnya.
“Lalu kami jelaskan bahwa berita naik 11 September 2018 pukul 06.45, kami protes tapi kemudian hilang lalu naik lagi 15 September 2018 pukul 23.00 dengan judul yang seolah-olah mengolok bahwa beritanya yang tidak penting itu menjadi viral,” imbuhnya.
Hinca mengakui bahwa pemberitaan tersebut merugikan bagi Partai Demokrat.
“Di dunia politik ‘image’ sangat penting, bisa anjlok dalam hitungan detik dan ada pihak yang bisa mengambil keuntungan dalam hitungan detik juga, jadi hak kami untuk meluruskannya,” tegas Hinca.