7 Gejala Stres yang Dianggap Sepele, Waspada Jika Dibiarkan Bisa Jadi Gangguan Kronis
Stres mungkin hanya merupakan respon tubuh terhadap perubahan lingkungan, namun bisa jadi masalah serius jika gejala tersebut berulang.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Stres adalah salah satu proses alami tubuh saat mengalami kondisi eksternal yang menghasilkan respons pertahanan secara fisiologis dan psikologis.
Respons ini adalah serangkaian gejala stres yang dapat mengganggu keseimbangan emosi normal.
Ini juga melibatkan respons fisik, mental, dan perilaku untuk menghadapi situasi apa pun yang menghadirkan ancaman atau tantangan.
Gejala stres ini berasal dari naluri manusia untuk bertahan hidup, yang juga melibatkan organ-organ seperti otak dan jantung.
Meskipun terkadang stres mungkin hanya merupakan respons terhadap perubahan lingkungan, itu dapat menjadi masalah serius jika gejala tersebut berulang.
Yang perlu dikhawatirkan, banyak gejala stres diabaikan dan menjadi gangguan kronis.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk mengetahui gejala stres dan mengidentifikasi respons tubuh.
• Penyebab dan Gejala Kanker Usus, Penyakit yang Menyerang Titi Qadarsih Sebelum Meninggal Dunia
• Ini 6 Aturan Baru SBMPTN 2019, Termasuk Tes Dulu Baru Daftar PTN
1. Sakit kepala

Sakit kepala berulang pada orang dewasa biasanya terjadi karena stres.
Kondisi emosional seseorang menyebabkan pembuluh darah berkontraksi, menurunkan aliran darah ke otak dan meningkatkan ketegangan secara keseluruhan.
Bahkan ketika ini terjadi secara kronis atau teratur, dapat disertai dengan kepekaan cahaya, iritabilitas, dan masalah dengan penglihatan.
2. Masalah pencernaan
Masalah pencernaan sering diabaikan saat mengalami stres.
Banyak orang menganggap ini karena kebiasaan makan yang buruk.
Kenyataannya, sistem pencernaan memiliki hubungan yang kuat dengan neurotransmiter otak.
Produksi hormon stres kortisol yang berlebihan meningkatkan produksi sekresi asam dan menyebabkan masalah seperti refluks asam dan gangguan pencernaan.
Ini juga dapat memicu sakit berut berulang yang menyebabkan mual dan muntah.
• Rossa dan Afgan Dikabarkan Telah Menikah, Ini Kata Vidi Aldiano
3. Rambut rontok berlebihan

Normal mengalami kerontokan rambut setiap hari.
Namun, stres juga dapat menyebabkan kerontokan yang berlebihan dan rambut akan mengalami kesulitan tumbuh kembali.
Perubahan hormonal yang dipicu oleh stres yang terus-menerus dapat memengaruhi sirkulasi kulit kepala.
Ini menjaga oksigen mencapai sel-sel Moms dan membawa nutrisi ke rambut.
Rambut rontok yang terkait dengan stres dapat memengaruhi kepala Moms atau mungkin menargetkan area-area tertentu.
• Saat Jadi Suami Nafa Urbach, Zack Lee Akui Buat Kesalahan : Saya Selingkuh
4. Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah adalah gejala yang umum terjadi pada orang dengan pekerjaan atau gaya hidup yang mengharuskan mereka tetap dalam posisi yang sama terlalu lama.
Ini akibat dari ketegangan otot dan sirkulasi yang buruk dan biasanya terkait dengan postur yang buruk.
Stres juga bisa menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya rasa kaku dan nyeri.
5. Gangguan kulit

Stres adalah penyebab banyaknya masalah kulit yang juga dapat memengaruhi penampilan Moms.
Meskipun gangguan kulit biasanya disebabkan oleh faktor lingkungan seperti paparan sinar matahari atau racun, keadaan fisik dan emosi juga dapat memicu masalah kulit.
Stres secara bertahap melemahkan kulit Moms dan membuatnya lebih sensitif terhadap kerusakan.
Stres dapat menyebabkan masalah kulit meliputi:
- Eksim
- Psoriasis
- Iritasi dan kemerahan
- Alergi dan jerawat
• Titi Qadarsih Sembunyikan Rasa Sakit Hingga di Akhir Hayat, Sang Anak Kenang Ucapan Terakhir
6. Peradangan di tangan
Manajemen stres yang buruk dapat memicu respons peradangan tubuh.
Tangan bengkak dan sakit secara tiba-tiba dapat menjadi indikasi bahwa Anda mengalami stres yang tidak terkontrol.
Penting untuk menentukan apakah gejala disebabkan oleh masalah lain seperti radang sendi, masalah ini dapat hilang setelah stres juga menghilang.
7. Perubahan selera makan

Meskipun ada beberapa orang yang kehilangan keinginan untuk makan di bawah tekanan, yang lain merasakan keinginan untuk mengonsumsi makanan berkalori tinggi.
Hal ini dapat disebabkan ketidakseimbangan dalam sistem saraf, yang menyebabkan otak merespons dengan mengidam.
Sangat penting untuk memperhatikannya karena dapat menyebabkan kekurangan nutrisi atau di sisi lain kelebihan berat badan dan obesitas.
Pernahkah Anda memperhatikan gejala stres ini?
Jika demikian, ambil tindakan yang tepat untuk mengendalikannya sesegera mungkin.
(Nakita/Nila Kusuma Pratiwi)