Lion Air JT610 Jatuh
KNKT Ungkap Hasil Investigasi Jatuhnya Lion Air,Pilot Pasrah Tak Bisa Pertahankan Ketinggian Pesawat
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap hasil investigasi jatuhnya pesawat Lion AirC/S PK-LQP Flight JT610
Penulis: yudhi Maulana | Editor: Yudhi Maulana Aditama
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap hasil investigasi jatuhnya pesawat Lion AirC/S PK-LQP Flight JT610 rute Jakarta-Pangkal Pinang pada Senin (29/10/2018).
Dalam konferensi pers yang dilakukan KNKT, dibeberkan beberapa fakta-fakta yang terjadi sebelum kecelakaan hingga detik-detik jatuhnya pesawat di Tanjung Karawang.
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo mengungkapkan laporan mengenai fakta-fakta yang sudah terkumpul.
Saat hari kejadian pada Senin 29 Oktober 2018, pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Banten pukul 06.23 WIB.
Dalam flight data recorder (FRD), terungkap ada perbedaan Angle of Attack (AoA) pada bagian kiri pesawat dengan yang kanan.
"Artinya yang kiri lebih tinggi 20 derajat dari yang yang kanan. Perbedaan ini terjadi sampai FDR merekam data," katanya dalama konferensi pers KNKT yang ditayangkan di Kompas TV, Selasa (28/11/2018).
Lanjutnya, saat penerbangan, copilot sempat bertanya kepada Air traffic controller (ATC) mengenai ketinggian pesawat yang ada di radar.

Saat itu copilot mendapat jawaban 900 kaki,lalu tak lama kemudian pilot menyamakan keceapatan.
Pesawat juga sempat mengalami beberapa kali naik turun saat berada di atas.
"Pilot sampaikan merekam mengalami masalah dengan kendali. Setelah flap di sayap dinaikan, FDR merekam adanya perferakan secara otomatis menuju ke bawah atau aircraft nose down. Terekam juga pergerakan aircraft nose up," ujarnya.
• UPDATE 101 Daftar Nama Korban Lion Air JT 610 yang Teridentifikasi
• Jasa Raharja Telah Berikan Santunan Kepada 103 Ahli Waris Korban Lion Air di Tanjung Karawang
Pilot juga menyampaikan kepada ATC bahwa ketinggian pesawat tak bisa dipertahankan karena instrumen di pesawat menunjukkan angka yang berbeda-beda.
Pilot meminta ATC untukmenutup ketinggian 3000 kaki di atas dan 3000 kaki di bawah pesawat untuk menghindari kemungkinan tabrakan di udara.
"kemudian dari data perawatan pesawat sejak tanggal 26 Oktober tercatat ada 6 masalah. Ini yang tercatat di buku perawatan pesawat," ucapnya.
KNKT Lakukan Pertemuan Tertutup dengan Keluarga Korban
Dikutip dari Kompas.com, Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) melakukan pertemuan tertutup dengan keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa (27/11/2018) siang.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Kapten Nur Cahyo Utomo menyebut, pertemuan ini dilakukan secara tertutup karena pihak keluarga dianggap sebagai pihak pertama yang berhak tahu tentang investigasi KNKT.
"Keluarga korban adalah pihak yang berhak tahu terlebih dahulu tentang perkembangan penyidikan KNKT. Untuk rekan-rekan wartawan besok kita lakukan jumpa pers di Jakarta," ujar Nur Cahyo, usai pertemuan dengan pihak keluarga korban di salah satu hotel di Pangkal Pinang, Selasa.
KNKT melakukan pertemuan ini untuk menginformasikan hasil investigasi awal kepada keluarga korban.
• Daftar Lengkap 16 Korban Pesawat Lion Air JT 610 yang Teridentifikasi, Salah Satunya Pilot
• RS Polri Akan Terima dan Identifikasi Jika Ada Temuan Jenazah Penumpang Lion Air Kembali
Saat ini, KNKT masih terus melakukan penyidikan terkait penyebab jatuhmya Lion Air PK LQP di Perairan Tanjung Karawang, pada Senin (29/10/2018) lalu.
"Ini merupakan laporan awal kepada pihak keluarga (korban). Kita pun masih terus melakukan penyidikan. Keluarga korban menanggapi dengan baik. Tapi, memang mereka berharap agar penyidikan ini tuntas, dan keluarga yang belum teridentifikasi bisa ditemukan," kata Nur Cahyo.
M Rifani, salah satu keluarga korban mengatakan, KNKT menyebut memang ada kerusakan pada pesawat tersebut dalam penerbangan sebelumnya dari Bali ke Jakarta.

"Mereka (KNKT) tadi mengatakan memang ada kerusakan saat penerbangan dari Bali ke Jakarta. Tapi, tidak jelas apakah pengujian dilakukan oleh komputer atau manusia sehingga diputuskan layak terbang. Apakah perbaikannya belum fix seratus persen, atau dipaksakan terbang, pihak Lion-lah yang tahu," ujar Rifani.
"Kami berharap permasalahan ini dibuka sebagaimana mestinya. Jadi, di dunia penerbangan khusunya di Indonesia, kecelakaan seperti ini tidak terulang. Mudah-mudahan ini menjadi perhatian bagi semua maskapai penerbangan dan juga pemerintah. Jangan seperti ini, setelah ada kejadian baru berbenah, atau malah cuma pura-pura berbenah," tegas Rifani, yang merupakan keluarga dari korban Dede Anggraini.
Hal senada juga diungkapkan oleh keluarga korban lainnya, Dona, yang berharap agar peristiwa ini tidak terulang lagi.
"Semoga peristiwa ini bisa terungkap apa penyebabnya, dan hal ini menjadi perhatian semua pihak. Agar tidak lagi terjadi kecelakaan pesawat seperti ini," ujar Dona, yang merupakan istri dari korban Rangga Adiprana.