Pilpres 2019
Rocky Gerung Sebut Bambang Widjojanto Lalai Saat Bicara di MK, Rizal Mallarangeng :Omongan Tanpa Isi
Tanggapi Pernyataan Bambang Widjojanto di MK, Rizal Mallarangeng Sepakat dengan Rocky Gerung : Bukan Sempit, tapi Agak Lalai
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Damanhuri
"tentu saja dari awal saya merasa curang tadi saya katakan dari sistem memilih dua pasangan threshold sudah curang,
Mahkamah Konstitusi tidak bisa mengerti bahwa ini akan berlanjut pada pertarungan habis-habisan, mungkin kalau tiga juga ga ada soal, waktu memilih 20 persen itu dari awal saya menganggap rekayasa, " kata Rocky Gerung
Rocky Gerung bahkan menyebut ketika isu ASN mendukung salah satu paslon sudah mendeteksi adanya kecurangan
"Waktu ada isu mengarah ASN dengan ide apapun itu bagi orang yang sedikti sehat akalnya bisa mendeteksi bahwa ada kecurangan dan itu biasa karena penguasa selalu ingin mengambil keuntungan dari situasi yang tidak pasti," kata Rocky Gerung.
Sementara itu Rizal Mallarangeng menilai Bambang Widjojanto terlalu terburu-buru saat bicara.
"Kesan saya ketika mendengar dia (Bambang Widjojanto) bicara, dia bicara terlalu cepat sementara pikirannya tertinggal di belakang," kata Rizal Mallarangeng.
Rizal Maallarangeng juga tak mengerti maksud ucapan Bambang Widjojanto soal Pemilu terburuk.
"Maksudnya apa ? memang Pemilu dulu zaman orde baru, kita gak usah beragumen lah bahwa dia agak sempit berpikir," kata Rizal Mallarangeng soal Bambang Widjojanto.
"Bukan agak sempit, agak lalai lah," kata Rocky Gerung
"Agak lalai berpikir tapi kehendak berbicara terlalu cepat jadi kita lihat omongan tapi tanpa isi," timpal Rizal Mallarangeng
Rizal Mallarangeng juga menanggapi pernyataan Bambang Widjojanto yang menyebut MK jangan menjadi Mahkamah Kalkulator.
"Demokrasi ada aspek filosifis, substantif, aspek sosialogi ekonomi, pada dasarnya saat pemilihan yang dihitung suara. itulah yang menentukan menang kalah," kata Rizal Mallarangeng.
"Bambang ke sana kan untuk mengatakan bahwa dia menang, menang karena dipilih oleh lebih banyak orang, dia harus buktikan bahwa dia punya 8.450 ribu plus satu kalau 16,9 juta bedanya kalau dia mau menang 50 persen plus satu, dia harus meyakinkan para hakim tapi tiadanya bukti itu makanya dia berbalik ke hal abstrak yang ngawur," ujar Rizal Mallarangeng.
Bicara soal melegitimasi, Rizal Mallarangeng menyebut Prabowo Subianto dan Bambang Widjojanto memiliki tanggung jawab yang sangat besar.
"Tapikan dia bertanggung jawab juga ini ada formal dan non formal, legitimasi formal tadi MK adalah pihak terkahir siapa yang menang kalah