Ibadah Haji 2019
Tukang Rujak Naik Haji - 7 Tahun Nabung Rp 5 Ribu Per Hari Hingga Pernah Difitnah Pakai Penglaris
Sahyun menyebutkan, dirinya tak menduga akan dipanggil namanya bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pasangan suami istri lansia Sahyun (75) dan Kaidah (71), asal Kelurahan Selong, RT 13, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Nusa Tengga Barat, merasa bersyukur dan berbahagia karena tahun ini mereka akan berangkat menunaikan ibdah haji ke tanah suci Mekah dari hasil berjualan rujak.
Ditemui di rumahnya yang sederhana di Kota Selong, Sahyun menyebutkan, dirinya tak menduga akan dipanggil namanya bersama istri untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
“Saya tak menyangka kalau saya akan dipanggil namanya untuk pergi haji, ini seperti mimpi mungkin karena memang sudah takdir saya juga,” ungkap Sahyun saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019).
Selama 7 tahun sudah Sahyu berjualan rujak buah. Dia selalu berusaha untuk menabung walau jumlahnya kecil, hanya Rp 5.000 per hari, dan berharap suatu saat nanti, tabungan itu bisa untuk menunaikan ibadah haji.
“Dari hasil jualan itu, saya selalu meniatkan untuk menabung sebagai biaya untuk naik haji, walau sedikit per hari saya tabung 5 ribu rupiah," tutur Sahyun sambil mengusap air mata bahagia.
Perjalanan sebagai penjual rujak memang tidak selalu mulus dialami oleh Sahyun. Suatu ketika, rujak Sahyun pernah difitnah mempunyai jampi-jampi penglaris.
• Jemaah Haji Asal Solo Meninggal Dunia di Pesawat Menuju Madinah
• Ibadah Haji 2019 - Berikut Jadwal dan Alur Keberangkatan Jemaah Haji Hingga Pulang ke Tanah Air
Karena saking larisnya, anak-anak menangis minta untuk dibelikan rujak Pak Sahyun.
“Duka yang saya paling ingat itu, pernah dibilang saya pakai jampi-jampi karena laris, anak-anak kalu melihat rombong rujak saya menangis minta untuk dibelikan,” tutur Sahyun sambil minum kopi di rumahnya.
Sementara itu Kaidah, istrinya yang setia menemani hidup Sahyun selama ini, setiap hari bertugas membuat bumbu rujak dan pergi ke pasar membeli buah.
“Kalau saya tugasnya membuat bumbu rujak, ngulek-ngulek sambel, dan pergi ke pasar membeli buah, seperti jambu, bengkoang, mangga juga, papaya dan buah yang lainnya," kata Kaidah yang berada di samping suaminya.
Sebelum berjuala rujak, bapak empat anak ini pernah menggeluti bermacam-macam pekerjaan, mulai dari buruh, berjualan es, berjualan bakso, namun hal itu dirasanya bukan jalan terbaik untuk mengais rizki. Hingga tahun 2012, ia beralih menjadi tukang rujak sampai saat ini.
“Sebelum berdagang rujak, pekerjaan saya serabutan, mulai dari tukang gergaji kayu, nyangkul di sawah orang, berjualan bakso sampai es, udah saya kerjakan, tapi itu tidak lancar, sehingga saya merasa nyaman berjualan rujak sampai sekarang,” tutur Sahyun.
Pahlawan keluarga
Sementara itu, Rihayah (40) anak sulung dari Sahyun dan Kaidah, menyebut bapaknya adalah pahkawan bagi hidupnya. Karena mereka lah yang sudah membesarkan dirinya bersama adik-adiknya yang lain.
“Bagi kami, bapak adalah pahlawan kami, dia yang membesarkan kami, setiap hari dia mendorong gerobak rujaknya, berangkat dari rumah menuju tempat pangkalnnya yang berada di taman kota Selong,” kata Rihayah dengan terharu biru.