Namun, menurut Mahfud masyarakat sudah paham siapa yang dimaksud oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Bila dipandang secara hukum tak ada yang salah, tapi secara etika bisa saja disebut sebagai penistaan.
Untuk itu Mahfud meminta masyarakat menyikapi puisi karya Fadli Zon itu dalam pandangan politik.
"Hukum tidak bisa tapi etik disebut penistaan. Maka sikapi secara politik saja. Orang ini pantas tidak dipilih sebagai wakil rakyat?," tanya Mahfud.
Mahfud MD melanjutkan, puisi karangan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu dianggap tidak sopan karena menyinggung Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimun Zubair atau karib disapa Mbah Moen.
"Itu tidak sopan. Etik disebut penistaan," katanya.
Pria yang menjabat sebagai Ketua MK periode 2008-2013 itu juga menyebut publik maupun pihak yang merasa dirugikan tidak bisa menuntut Fadli untuk minta maaf.
Sebab urusan permintaan maaf merupakan kesadaran dari seseorang.
"Tidak bisa. Itu kesadaran dia. Secara hukum tidak sebut (nama), karena sebut kau. Orang lain sebut Maimun, tapi dia sebut kau, (makna) kau itu kan banyak," ungkapnya.
• Pulang Larut Malam, Kisah Yatim Piatu yang Jualan Cilok Usai Pulang Sekolah Untuk Hidupi 2 Adiknya
Sebelumnya diberitakan, puisi berjudul 'Doa yang Ditukar' karya Wakil ketua Umum Gerindra Fadli Zon mendapatkan protes sejumlah pihak, satu di antaranya Majelis Ulama Indonesia Kota Sukabumi dan sejumlah santri di Jawa Tengah.
Mereka protes dan meminta Fadli meminta maaf karena menilai Puisi itu telah menghina ulama Maimoen Zubair atau yang karib disapa Mbah Moen.
Sejumlah kalangan santri menuntut Fadli Zon untuk meminta maaf lantaran puisi 'Doa yang Tertukar' yang dibuatnya dinilai telah menyindir Mbah Moen.
Namun, Fadli Zon enggan meminta maaf karena tidak merasa kalau puisi yang ditulisnya itu ditujukan untuk Mbah Moen.
Fadli Zon mengaku sangat menghormati Mbah Moen sebagai ulama. Fadli Zon lantas meminta agar puisi 'Doa yang Tertukar' tidak dipolitisasi.
Menag Minta Klarifikasi Fadli Zon
Salah satunya yang menjadi perhatian adalah ketika di komentari oleh Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang langsung menanyakan siapakah sosok 'kau' pada puisi.
Menag Lukman pun terang-terangan menanyakan sosok 'kau' pada puisi Fadli Zon adalah Kiai Maimoen Zubair?
"Pak @fadlizon Yth."