Waspada DBD
Waspada, 91 Orang Warga Bogor Meninggal Akibat DBD Sebagian Besar Anak-anak
Januari tahun ini data yang masuk dari Puskesmas ada 40 kasus DBD.
Penulis: Damanhuri | Editor: Suut Amdani
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Sebanyak 91 orang warga Kabupaten Bogor meninggal dunia setelah dinyatakan positif terserang Demam Berdarah Dengue (DBD).
Jumlah tersebut merupakan data warga yang meninggal dunia selama kurun waktu tiga tahun terakhir yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, dr Camelia W Sumaryana menjelaskan, dari hasil pelaporan yang masuk ke Dinas kesehatan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Di tahun 2013 dari 1342 kasus dan 25 orang dinyatakan meninggal dunia.
Tahun 2014 angkat penderita naik cukup signifikan yakni 1834 kasus dan 39 orang dinyatakan meninggal.
Terakhir di tahun 2015 turun lagi menjadi1443 Kasus dan 27 orang dinyatakan meninggal akibat DBD.
"Sebagian besar yang menjadi korban merupakan anak kecil. Untuk januari tahun ini data yang masuk dari Puskesmas ke kami baru 40 kasus, kalau dari rumah sakit belum ada laporan," ujarnya, Jumat (22/1/2016).
Dia menyarankan, agar masyarakat selalau menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan melakukan 3M.
Yakni, Menutup, Membersihkan, dan Mengubur barang yang bisa menampung air yang bisa menimbulkan jentik nyamuk.
"Seluruh masyarakat untuk mulai menerapkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan PHBS karena beberapa kasus penyakit di Kabupaten Bogor ditimbulkan akibat lingkungan yang kotor," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, dari 40 Kecamatan se-Kabupaten Bogor ada sejumlah daerah endemis yang harus diwaspadai.
Daerah tersebut, Cileungsi, Cibinong, Gunungputri, Bojonggede, Sukaraja, Citereup, Jonggol, Ciomas, Ciampea dan Klapanunggal.
Dari hasil pelaporan petugas kesehatan yang berada di masing-masing wilayah, pihaknya tidak hanya memfokuskan bagi penderita DBD saja.
Namun, penyakit lain seperti Diare, Campak dan Hepatitis terus dilakukan pemantauan yang juga berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Ada juga penyakit diare, campak dan hepatitis yang dipantau terus,” tandasnya.