Muhammad Ali Meninggal

10 Fakta Menarik Muhammad Ali, Garang Diatas Ring Tapi Penakut Saat Naik Ini

Ali pertama kali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada Tahun 1973.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Youtube.com
Muhammad Ali 

Ali kemudian berhasil meyakinkan pemuda itu untuk membuka pintu bagi pasukan penyelamatnya.

Pemuda itu diantar turun dan langsung masuk ke mobil Rolls Royce milik Ali, bahkan petinju itu menemaninya sampai ke rumah sakit.

Ia juga memenuhi janjinya untuk menolong pemuda itu.

"Menyelamatkan nyawa orang lain itu jauh lebih penting bagiku daripada memenangkan kejuaraan dunia," kata Ali saat diwawancara mengenai hal itu.

9. Ayah Yang Baik

Ali adalah sosok seorang ayah yang 'sempurna' bagi anak-anaknya.

Meskipun tidak memaksa mereka untuk memeluk ajaran Islam, Ali selalu memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada anaknya.

Bahkan ketika ia sudah kaya raya, ia masih tetap mengajarkan kesederhanaan dan rendah hati.

Meskipun Muhammad Ali terkenal suka menyombongkan diri di atas ring, hal itu sebenarnya adalah upaya untuk menambah rasa percaya dirinya.

Pada aslinya, Ali adalah seorang yang rendah hati, tidak membeda-bedakan orang, sangat memegang teguh ajaran agama, dan sangat perduli dengan kemanusiaan.

9. Terinspirasi Kasus Pencurian Sepeda

Sebelum ia bisa mengapung seperti kupu-kupu dan menyengat seperti lebah, Muhammad Ali adalah seorang anak 12 tahun mencari balas dendam.

Sejak mengetahui sepeda kesayangannya dicuri orang, Ali menuju ke gym lokal, mencari Joe Martin, seorang polisi yang kebetulan merupakan pelatih tinju.

Ia kemudian dilatih tinju oleh Joe Martin agar bisa mengejar pencuri sepeda dan membalaskan dedamnya.

Ali akhirnya berhasil memenangkan enam gelar Kentucky Emas sarung tangan, dua Amatir judul Union Athletic nasional, dan akhirnya medali emas di Olimpiade 1960 di Roma.

Tentu saja, Ali tidak pernah mendapat sepedanya kembali, tapi jika ia pernah benar-benar bertemu pencuri, dia mungkin akan menjabat tangannya.

10. Takut Naik Pesawat

Disaat Ali sedang bersiap-siap untuk Olimpiade 1960 di Roma, dia menyadari bahwa dia harus terbang ke sana.

Ketakutan, saat ia berusia 18 tahun bertanya apakah ia bisa naik perahu ke Roma, dan tidak perlu menggunakan pesawat.

Selama di perjalanan, ia memakai parasut dan berdoa tanpa hentinya dengan wajah pucat.

Ketakutan itu ia alami karena merasa khawatir akan terjadi kecelakaan.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved