Anak Bebek Dijadikan Umpan Mancing, Lihat yang Didapat Pria Ini

Setelah itu, pemancing terlebih dahulu mencelupkan si anak itik kedalam spot mancing.

Penulis: Bima Chakti Firmansyah | Editor: Bima Chakti Firmansyah
Facebook/video aneh

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Bima Chakti Firmansyah

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Ada orang beranggapan bahwa memancing itu membosankan.

Namun ada juga yang bilang memancing merupakan hobi yang mengasyikan.

Terlepas dari pendapat tersebut, ternyata terdapat hal-hal unik terkait seni memancing.

Seperti yang nampak pada tayangan video yang diunggah laman penggemar Facebook bernama, Vifeo Aneh.

Lazimnya, memancing menggunakan umpan cacing, pelet atau lumut tergantung jenis ikannya.

Namun pada video berdurasi sekitar dua setengah menit tersebut seorang pria menggunakan umpan yang tidak biasa.

Yakni seekor anak bebek yang masih hidup.

Awalnya nampak seorang pria berparas oriental mengambil anak bebek dan jiran pancingan dari bambu sepnajang sekitar 2,5 meter.

Sambil menuju spot mancingnya, pemancing itu mengikat badan anak bebek ke benang pancing menggunakan karet.

Setelah itu, pemancing terlebih dahulu mencelupkan si anak itik kedalam spot mancing.

Hal itu untuk memberi tanda sang ikan buruan.

Kemudian di bawah anak bebek diberi kail dan umpan lagi.

lalu barulah si pemancing ini memancing dengan cara anak itik dicelup-celupkan sehingga timbuk percikan kecil.

Benar saja tak butuh waktu lama, seekor ikan langsung memakan umpan yang ada di kail.

Ternyata ikan tersebut adalah ikan gabus atau sneakhead fish dengan ukuran yang cukup besar.

Sekedar informasi yang dikutip dari laman Wikipedia, ikan gabus adalah sejenis ikan predator yang hidup di air tawar.

Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah bocek dari riau, aruan, haruan, kocolan, bogo, bayong, licingan, kutuk dan lain-lain.

Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan.

Nama ilmiahnya adalah Channa striata (Bloch, 1793).

Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah.

Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok.

Seringkali ikan gabus terbawa banjir ke parit-parit di sekitar rumah, atau memasuki kolam-kolam pemeliharaan ikan dan menjadi hama yang memangsa ikan-ikan peliharaan di sana.

Jika sawah, kolam atau parit mengering, ikan ini akan berupaya pindah ke tempat lain, atau bila terpaksa, akan mengubur diri di dalam lumpur hingga tempat itu kembali berair.

Oleh sebab itu ikan ini acap kali ditemui ‘berjalan’ di daratan, khususnya di malam hari di musim kemarau, mencari tempat lain yang masih berair.

Fenomena ini adalah karena gabus memiliki kemampuan bernapas langsung dari udara, dengan menggunakan semacam organ labirin (seperti pada ikan lele atau betok) namun lebih primitif.

Pada musim kawin, ikan jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang di antara tumbuhan dekat tepi air.

Anak-anak ikan berwarna jingga merah bergaris hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama kian kemari untuk mencari makanan.

Kelompok muda ini dijagai oleh induknya.

Gabus dan kerabatnya termasuk hewan Dunia Lama, yakni dari Asia (genus Channa) dan Afrika (genus Parachanna).

Seluruhnya kurang lebih terdapat 30 spesies dari kedua genus tersebut.

Di Indonesia terdapat beberapa spesies Channa; yang secara alami semuanya menyebar di sebelah barat Garis Wallace.

Namun kini gabus sudah diintroduksikan ke bagian timur pula.

Salah satu kerabat dekat gabus adalah ikan toman (Channa micropeltes), yang panjang tubuhnya dapat melebihi 1 m dan beratnya lebih dari 5 kg.

Diketahui bahwa ikan ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis protein penting.

Albumin diperlukan tubuh manusia setiap hari, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka.

Pemberian daging ikan gabus atau ekstrak proteinnya telah dicobakan untuk meningkatkan kadar albumin dalam darah.

Selain itu juga membantu penyembuhan beberapa penyakit.

Berikut videonya:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved