Pemkab Bogor Bermimpi Sediakan Bus yang Bisa Tembus Sistem One Way di Puncak
Macet yang mengurai terutama di akhir pekan dan hari libur nasional itu masih terus terjadi, meski rekayasa lalu lintas terus diterapkan.
Penulis: Damanhuri | Editor: Ardhi Sanjaya
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBINONG - Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Bogor masih terus berangan untuk menyelesaikan persoalan macat di Kawasan wisata Puncak.
Macet yang mengurai terutama di akhir pekan dan hari libur nasional itu masih terus terjadi, meski rekayasa lalu lintas terus diterapkan.
Sistem satu arah yang menjadi sistem juru kunci untuk mengurai antrean kendaraan, malah membawa dampak negatif bagi wisatawan dan masyarakat pribumi.
Menilik persoalan tersebut, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana pada Bappedalitbang Kabupaten Bogor, Ajat Rohmat Jatnika berujar bahwa pihaknya berniat untuk memperbaiki sistem transportasi di dataran tinggi itu.
"Kedepan kami ingin ada perbaikan transportasi publik, jadi wisatawan yang ke puncak itu pakai bus khusus untuk naik ke atas," tutur Ajat kepada TribunnewsBogor.com, Senin (21/8/2017).
Ajat melanjutkan, rencananya lahan seluas 2 hektare yang berada didaerah Desa Cibanon, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor akan dijadikan tempat penampungan kendaraan milik wisatawan yang akan berkunjung ke puncak.
Sehingga, wisatawan yang akan berwisata ke puncak menggunakan bus khusus dari Cibanon hingga ke kawasan Cisarua, Kabupaten Bogor.
Namun, hingga saat ini pihaknya masih membahas ukuran bus yang akan dioperasikan.
Rencana ini digulirkan di tengah kemelut soal relokasi PKL yang ada di sepanjang Jalan Raya Puncak.
Persoalan lahan untuk relokasi bahkan membuat penegak Perda mengurungkan niatannya untuk membongkar lapak-lapak di sisi jalan tersebut.
"Kalau jalannya sudah dilebarkan bus ini sistemnya seperti busway, nanti ada terminal khusus dan jalur sendiri jadi engga akan terpengaruh jika diberlakulan oneway," jelasnya.
Meski begitu, Ajat menekankan bahwa impian ini masih berupa wacana yang terus digodok sampai matang.
"Nantinya pakai bus 1/4 atau bus 3/4 masih dibahas sampai sekarang," tandasnya.