Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

IPB Teliti Tingkat Alergi Pada Kacang Kedelai Hasil Rekayasa Genetik

Ia menjelaskan, salah satu jenis gula yang banyak digunakan dalam bahan pangan adalah fruktooligosakarida (FOS).

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Humas IPB
Kedelai 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Alergi pangan merupakan sebuah respon imunologis yang disebabkan oleh alergen yang terdapat pada pangan.

Senyawa yang sering bersifat alergen adalah glikoprotein yang larut dalam air.

Alergi dapat juga menimbulkan gejala ringan seperti gatal-gatal, hidung dan mata berair dan pembengkakan.

Alergi pangan dapat terjadi pada semua golongan usia, bahkan pada bayi berusia beberapa bulan.

Rahayu Suseno, Nurheni Sri Palupi dan Endang Prangdimurti melakukan riset terkait alergenisitas sistem glikasi isolat protein kedelai-fruktooligosakarida.

Mereka berasal dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Nurheni mengatakan, kedelai adalah tanaman kaya protein yang banyak dikonsumsi baik berupa produk olahan kedelai maupun sebagai ingredient bahan pangan seperti Isolat Protein Kedelai (IPK).

IPK digunakan sebagai ingredient pada berbagai produk olahan seperti sosis, nugget, susu formula, hingga biskuit.

Keberadaan protein alergen pada kedelai dapat membatasi penderita alergi untuk mengonsumsi produk olahan yang mengandung kedelai.

Ia menjelaskan, salah satu jenis gula yang banyak digunakan dalam bahan pangan adalah fruktooligosakarida (FOS).

Saat ini FOS semakin banyak digunakan dalam produk pangan dan susu formula karena potensi prebiotik yang dapat merangsang pertumbuhan mikroflora usus.

Melalui perlakuan tersebut, protein alergen utama yang terdapat pada kacang kedelai seperti glisinin (11S) dan ß- conglycinin akan termodifikasi dan menurunkan alergenisitas.

“Rekayasa genetika adalah teknik yang digunakan untuk memodifikasi genetika guna memperoleh karakteristik tertentu atau yang lebih dikenal dengan Genetically Modified Organisms (GMO),” ujarnya dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com.

Ia juga menuturkan, tanaman pangan hasil rekayasa genetika (GMO) yang banyak diproduksi di dunia adalah kacang kedelai yaitu sekitar 47% dari total tanaman GMO. Produk GMO dikhawatirkan dapat meningkatkan alergenisitasnya.

“Oleh karena itu, itu perlu dilakukan uji alergenisitas terhadap kedelai GMO dan non-GMO,” katanya.

Lebih lanjut ia menambahkan, terdapat 9 protein alergen pada kacang kedelai GMO dan 8 protein alergen pada kacang kedelai non-GMO. Perlakuan pemberian IPK dan FOS (1:4) sudah efektif dalam menurunkan alergenisitas dari protein kedelai GMO dan non-GMO. Reaksi glikasi dapat mengurangi alergen pada kacang kedelai GMO dan non-GMO hingga 91,69 % dan 87,07%.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved