Nenek Ini Berjualan Gudeg Lebih dari 80 Tahun, Alasannya Terus Kerja Bikin Anak Muda Malu

Dengan bahasa Jawa, wanita ini menjelaskan ia sudah berjualan dari zaman Belanda, belum ada listrik hingga belum ada pesawat.

Penulis: Tania Natalin Simanjuntak | Editor: Vivi Febrianti
Facebook
Gudeg Mbah Lindu 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tania Natalin

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Belakangan di sosial media Facebook tersebar video berdurasi hampir lima menit yang menunjukkan sosok wanita ini.

Sosok tersebut terlihat memakai pakaian tipis, menunjukkan bagian tubuh yang seakan tinggal tulang.

Berjongkok di dalam dapur sederhana, tangannya yang sudah keriput membuka bungkusan plastik berisi batok kelapa.

Tangan yang sama itu juga terlihat masih mengumpulkan kayu untuk dibakar, hingga meracik berbagai bumbu untuk berbagai menu yang akan ia buat.

Usianya sudah sangat sepuh, ia sendiri tak ingat persis sudah berapa lama ia hidup di dunia ini.

"Usia sudah sembilan puluh, tujuh apa sembilan...udah lupa Mbah.." kata wanita ini.

Dengan bahasa Jawa, wanita ini menjelaskan ia sudah berjualan dari zaman Belanda, belum ada listrik hingga belum ada pesawat.

Bahkan ia bercerita jika ada orang asing yang meminta nasi gudeg padanya, jika tidak diberi orang itu akan mengejarnya sampai mereka kejar-kejaran.

Penyakit wanita ini pun hampir tak ada, menurutnya paling-paling hanya masuk angin.

"Orang yang gak suka gudeg, jadi suka gudeg, orang Jerman yang bingung melihat cara menyajikan gudeg karena pakai tangan, akhirnya bisa nambah..." tutur William Wongso.

Nama Mbah ini sudah tak asing lagi di telinga jika Anda tinggal di sekitar Jalan Malioboro, Jogjakarta.

Menurut pakar kuliner William Wongso, sejauh yang ia tahu, hanya Mbah Lindu-lah yang satu-satunya wanita yang tetap setia menjual satu jenis makanan selama lebih dari 80 tahun.

Mbah Lindu sudah berjualan dari usianya 13 tahun, setiap hari ia memasak sendiri semua menu gudeg dan berjalan sekitar 5 kilometer ke tempatnya berjualan.

"Motivasi ia berjualan itu karena ia tak mau merepotkan anak cucunya. Ia ingin selalu membantu perekonomian keluarganya..." ujar Fachrudin, seorang jurnalis kuliner asal Jogja.

Karenanya, tak ada yang bisa mencegah Mbah Lindu tetap bekerja setiap hari membuat gudeg.

"Justru kalau tidak bekerja, badannya malah terasa sakit, dengan bekerja hal itu jadi bentuk ucapan syukur dirinya karena masih diberi kesehatan," tambah Fachrudin lagi.

Melihat hal ini, William Wongso justru merasa khawatir.

"Saya cuma kuatir jika gudeg Mbah ini tidak ada penerusnya, banyak makanan khas itu habis karena tidak ada penerusnya..."

Lihat videonya di sini, bagaimana menurut Anda?

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved