Kecelakaan Tanjakan Emen Subang
Tangan Dingin, Saya Mau Pergi, Hingga Itu Semua Mayat Ya Allah
Firasat hingga menyaksikan langsung oleh mata sendiri kecelakaan bus di Tanjakan Emen, semakin menambah luka sedih yang mendalam.
Penulis: Yuyun Hikmatul Uyun | Editor: Yuyun Hikmatul Uyun
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kecelakaan maut memakan 27 korban jiwa terjadi di Tanjakan Emen, Kampung Cicenang, Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Sabtu (10/2/2018).
Total ada tiga buah bus yang mengikutsertakan rombongan anggota koperasi berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu.
Namun nahas, bus nomor satu mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang dari wisata menuju Tangerang Selatan.
Bus pariwisata Premium Passion bernomor polisi F 7959 AA ini menabrak sebuah sepeda motor, lalu oleng ke sebelah kiri menabrak tebing dan terguling.
Sebelum meninggal, ternyata para korban ini memperlihatkan firasat akan kematian mereka yang baru ketahuan artinya setelah meninggal.
Selain itu, salah seorang teman korban tewas menyaksikan secara langsung kecelakaan, langsung teriak histeris dan lemas tidak kuat melihat banyak mayat yang bergelimpangan.
1. Tangan saya kok dingin ya
"Waktu itu dia bilang ke saya, tangan saya kok dingin ya, dia bilang ngerasa enggak enak," tutur Khodijah, rekan Muliyamah dua hari sebelum kecelakaan, Jumat (9/2/2018).
Muliyamah merupakan satu dari 27 korban tewas bus terguling di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat, Sabtu (10/2/2018).
Muliyamah juga merupakan koordinator bus 1 yang mengalami kecelakan.
Khodijah dan Muliyamah, dua hari sebelum kecelakaan bertemu untuk membuat foto lomba Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Tangerang.
Khodijah sebelumnya berencana untuk ikut berlibur bersama rombongan ke Ciater, namun dibatalkan karena tetangga depan rumahnya mengadakan pesta hajatan.
2. Besok saya mau pergi
Beberapa jam sebelum meninggal, Sri Martini sempat mengirim pesan singkat melalui WhatsApp kepada Novi (33) teman terdekatnya.
Pada Sabtu (10/2/2018), sekira pukul 12.00 WIB, Sri Martiningsih mengabarkan sekaligus menitipkan anaknya, Bagus kepada Novi.
"Tadinya Bagus mau ikut saya (liburan ke Ciater). Tapi karena sudah kelas enam jadi dia harus ikut try out di sekolah," begitu isi pesan yang dikirim Sri Martiningsih kepada Novi.
Novi baru membalas pesan tersebut beberapa jam kemudian, lalu Sri Martiningsih kembali mengirim pesan.
"Saya mau kumpul rame-rame, tapi besok saya mau pergi," tulis Sri Martiningsih, dua jam sebelum kecelakaan terjadi.
Novi tidak pernah menduga bahwa pesan itu adalah ungkapan terakhir Sri Martiningsih.
"Saya kira maksudnya besok akan pergi itu maksudnya berangkat ke Bandung itu. Ternyata pergi untuk selamanya," tambah Novi.
3. Masih kebayang itu mayat banyak
Musrifah salah seorang penumpang bus nomor tiga melihat kejadian tersebut dan berteriak, "Ya Allah, itu teman saya semua Ya Allah,"
Bus nomor dua dan nomor tiga selamat karena berada di belakang bus nomor satu, yang terguling di Tanjakan Emen, Subang.
Musrifah tak kuat mendekat dan hanya melihatnya dari jauh.

"Ya Allah, saya lemas, saya mau turun enggak, turun enggak, tapi dengkul saya lemas. Saya duduk saja di dekat pintu bus," ujar Musrifah.
"Ada anak kecil, ada yang kegencet bus, itu mayat semua Ya Allah," Musrifah mengingat banyaknya korban ada di hadapan matanya.
Musrifah mengaku mengenal semua penumpang bus yang meninggal dalam kecelakaan tersebut.
"Orang baik seua itu Ya Allah, yang meninggal itu yang diambil," tegas Musrifah.