Perjalan Manis Penjual Es Loder Keliling Asal Bogor, Racik Ramuan Es Bareng Istri Usai Shalat Subuh
Sewaktu Ahmad pergi berdagang, sang istri bertugas menjaga anak-anak di rumah.
Penulis: Aris Prasetyo Febri | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Aris Prasetyo Febri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH – Bagi sebagian orang warisan itu berwujud uang atau materi lainnya yang dapat dinilai dengan angka.
Berbeda dengan Ahmad Muzaki (47) seorang warga asli Kota Bogor yang hidup sebagai penjual es loder keliling.
Menurut Ahmad, warisan berharga yang diturunkan dari keluarganya adalah resep membuat minuman tradisional khas Kota Bogor, yakni es loder.
"Saya senang bisa meneruskan usaha ini meski kecil-kecilan, memang saya yang memilih kakak saya enggak mau," ujar Ahmad, Kamis (22/3/2018).
Ahmad menceritakan dia kerap ikut berkeliling ketika pertama kali kakeknya berjualan es loder di Kota Bogor pada tahun 1970.
"Waktu kecil dulu jualan harganya masih Rp 25 per-gelas, uangnya masih logam gambar keluarga berencana," kata Ahmad.
Sejak saat itu Ahmad mulai tertarik untuk berjualan, dia mengatakan pernah berjualan berbagai makanan dan minuman ringan ketika duduk di bangku sekolah.
"Ngapain malu berjualan saya kan enggak mencuri, hasilnya lumayan untuk bantu keluarga saat itu," tuturnya.
Akan tetapi Ahmad sempat berhenti berdagang karena harus menempuh pendidikan di pondok pesantren.
Dari penuturannya, Ahmad lahir di dalam lingkungan keluarga yang taat beragama, oleh karena itu dirinya disekolahkan di sebuah tempat khusus pendidikan agama.
Sebelum Ahmad masuk pesantren pun, ketika sekolah dasar dia selalu dimarahi ayahnya jika terlambat mengaji.
"Saya bela-belain itu jalan bawa obor karena gelap dan penerangan susah setelah magrib, kadang gantian sama temen, masih lewat-lewat hutan dan jarak rumah ke masjid lumayan jauh," pungkasnya.
Waktu berlalu dan usia Ahmad pun semakin bertambah, namun dia belum menikah hingga berumur 35 tahun.
"Telat memang saya nikahnya, jarak usia sama istri itu sepuluh tahun tapi dia malah yang lebih dewasa sekarang," kata Ahmad.
Proses pernikahan yang dilaluinya pun bukan tanpa kisah, Ahmad mengatakan dia tidak mengetahui siapa calon istrinya sama sekali sebelum bertemu di pelaminan.
"Saya masih mengajar di pesantren, suatu ketika bapak saya datang dan bilang kalau minggu depan saya akan menikah, lah saya bingung siapa calon istri saya," ujarnya.
Ketika itu Ahmad merasa dilema karena dia tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita di desa dekat pesantren, namun tidak ingin membantah perintah orang tuanya.
"Ya sudah saya pasrah, saya shalat istikhoroh setiap hari berturut-turut hingga menjelang hari pernikahan untuk diberikan jawaban yang terbaik," ucap Ahmad.
Akhirnya Ahmad tetap menikah dengan wanita pilihan keluarganya yang saat itu masih berusia 25 tahun.
"Seiring waktu saya kenal dan sayang dengan istri saya sampai sekarang, mungkin ini yang namanya jodoh," tuturnya.
Sang istri saat ini kerap membantu dirinya mempersiapkan es loder sebelum Ahmad berangkat untuk berjualan.
Mereka mulai meracik bahan-bahan es loder setelah sholat subuh bersama, hal itu dikatakan Ahmad rutin dilakukan oleh mereka berdua.
Sewaktu Ahmad pergi berdagang, sang istri bertugas menjaga anak-anak di rumah.
"Saya minta dia fokus menjaga anak saja, biar urusan ekonomi saya yang cari," kata Ahmad.
Hingga tahun 2018 ini, Ahmad menyatakan dirinya bisa memperoleh penghasilan sekitar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta perbulan dari berjualan es loder.
"Alhamdulillah bisa mencukupi kebutuhan anak istri, bantu ibu dan kakak saya juga, dan bangun rumah sendiri," ungkap Ahmad dengan senyum dan mata berkaca-kaca.
Menurutnya, seseorang harus berani bertindak dan mempunyai keyakinan dalam melakukan sesuatu.
"Jalani saja dulu kita fokus dengan apa yang sekarang, jangan terlalu pusing dengan yang belum pasti di depan, dan yakin jangan mundur sebelum mencobanya," ucap Ahmad.
"Yang enggak kalah penting ya harus mensyukuri apa yang kita peroleh hari ini, ingat selalu sama Allah hati kita jadi lebih tenang," tambahnya.