Probosutedjo Tutup Usia
Perjalanan Probosutedjo, Kerap Dijegal Soeharto Hingga Gagal Jadi Gubernur DKI dan Ketum Kadin
Soeharto kala itu menganggap sang adik "menyiram api dengan bensin" kepada pemerintahannya.
Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Adik Presiden RI ke-2 Soeharto, Probosutedjo meninggal dunia, Senin (26/3/2018).
Ia merupakan adik satu ibu dengan Soeharto.
Sama seperti sang kakak, Probosutedjo juga cukup banyak dikenal.
Dikutip dari Wikipedia, Probosutedjo lahir di Kemusuk, Bantul pada 1 Mei 1930.
Sepanjang hidupnya, Probo dikenal sebagai seorang pengusaha yang sukses.
Ia adalah Direktur Utama PT. Menara Hutan Buana.
Mendiang juga merupakan pemilik Yayasan Menara Bhakti, Universitas Mercu Buana dan salah satu pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia.
Baca: Ini Sosok Probosutedjo, Adik Soeharto yang Meninggal Dunia, Pengusaha dan Pemilik Kampus Ternama
Saat Probosutedjo mendirikan Himpunan Pengusaha Pribumi, Soeharto sempat kesal hingga menghardiknya.
Soeharto kala itu menganggap sang adik "menyiram api dengan bensin" kepada pemerintahannya.
Probosutedjo juga dihardik Soeharto karena terlalu kritis terhadap para menteri.
Di zaman pemerintahan Soeharto, sang adik memang terkenal sebagai seorang yang frontal.
Ia tak takut untuk bersuara bila ada kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat dan pengusaha pribumi.
Almarhum juga disebut-sebut sebagai tokoh yang memperjuangkan hak rakyat agar hidup lebih sejahtera.
Kisah ini diungkap mendiang dalam sebuah buku berjudul "Memoar Romantika Probosutedjo: Saya dan Mas Harto".
Meski tak bisa terjun ke dunia politik, Probosutedjo menunjukkan keahlian lain dalam dunia pendidikan.
Baca: Probosutedjo, Adik Kandung Soeharto Meninggal Dunia
Hal tersebut terbukti saat Probosutedjo menjalani hidup sebagai seorang guru di Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Ia niat hijrah dari tanah Jawa untuk mendirikan sebuah sekolah hingga akhirnya menjadi kepala sekolahnya sendiri.
Saat itu almarhum juga rela sekolah yang ia bangun menjadi milik negara demi kepentingan rakyat.
Perhatiannya terhadap dunia pendidikan menjadi salah satu motivasi Probosutedjo dalam melahirkan perguruan tinggi yang kini dikenal Universitas Mercu Buana.
Selain sukses dalam dunia pendidikan, mendiang pun dikenal sebagai pengusaha sukses.
Kesuksesan itu didapat Probosutedjo lewat berbagai keberaniannya untuk bisa sukses di usia muda.
Kendati tak pernah terlihat dalam dunia politik, ternyata Probosutedjo pernah berniat menjabat Gubernur DKI Jakarta pada awal 1990-an.
Namun keputusannya itu tak restui oleh Soeharto.
Almarhum juga tiga kali gagal menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri.
Baca: Mourinho dan Pogba Tak Akur, Ternyata Penyebabnya Karena Ini
Padahal saat itu Menteri Dalam Negeri Rudini telah merestui keputusan Probosutedjo.
Namun tetap saja karena Soeharto sang penjegal utama tak merestui, akhirnya Probosutedjo gagal terus.
Dalam memoarnya, Probosutedjo mengungkap keputusan kakaknya yang seperti itu.
Bukan karena Soeharto takut dianggap nepotisme, tetapi figur militer seperti mantan Pangdam Jaya Surjadi Sudirja yang ia kehendaki.
Deretan Perusahaan Besar yang Didirikan
1. PT Menara Hutan Buana
Berdasarkan penelusuran TribunJakarta.com tidak ada catatan tertulis mengenai usahanya dibidang ini.
Hanya saja diketahui sosok Probosutedjo pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Menara Hutan Buana.
Bahkan usahanya ini sempat mengalami masalah karena tersandung kasus hukum.
Saat itu, Probo terkena kasus dana reboisasi hutan tanaman idustri senilai Rp100,931 miliar pada 2003 silam.
Dilansir TribunJakarta.com dari website Indonesia Corruption Watch, sosoknya sempat mengaku telah menghabiskan Rp 16 miliar untuk mengurus kasus dugaan korupsi reboisasi yang didakwakan kepada PT Menara Hutan Buana.
Dana itu dimaksudkan supaya dia dibebaskan dari hukuman di sidang tingkat pertama hingga banding sebesar Rp 10 miliar dan tingkat kasasi Rp 6 miliar.
Saat itu dirinya juga membantah telah melakukan penyuapan.
Menurutnya, dirinya melaporkan upaya penyuapan itu kepada KPK sehingga terjadi penangkapan kepada enam orang tersebut.
2. PT Tedja Kencana Tani Makmur
Melalui usaha ini dirinya terjun di bisnis padi organik yakni produksi padi tanpa menggunakan bahan kimia.
Untuk menjalani usahanya, perusahaan ini menjalin kemitraan dengan petani dan pola kemitraannya saling menguntungkan.
Berdasarkan penelusuran TribunJakarta.com, Probosutedjo mendirikan usaha ini sekitar tahun 2007 akhir.
"Dalam usaha saya ingin memberikan kontribusi kepada petani," ungkapnya.
Dirinya mengaku mendapatkan ide membuat usaha ini saat dirinya menghuni Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung karena tersangkut kasus dana reboisasi.
Program kerjasama antara PT. TKTM dan masyarakat disebut dengan istilah SIMPONI (Sistem Pertanian Organik Intensif).
Pertama kali progam ini diterapkan kerjasamanya di Kabupaten Cianjur, dimana pihak Probosutedjo menjamin pembiayaannya sementara masyarakat saat itu mendapatkan 5 ton gabah kering panen per hektar untuk satu kali musim panen.
3. Yayasan Menara Bhakti
Sebelum didirikan Universitas Mercu Buana, Probosutedjo mendirikan yayasan ini terlebih dahulu untuk menanungi universitas yang akan didirikannya.
Tahun 1984 Yayasan Menara Bhakti berhasil membangun sebuah kampus yang diberi nama Kampus Menara Bhakti.
Dketahui Yayasan Menara Bhakti bersama Universitas Mercu Buana sempat memberikan apresiasi kepada guru besar dan 17 doktor tahun akademik 2015/2016.
Apresiasi diberikan sebagai wujud penghormatan atas prestasi dan langkahmenstimuli kepada para doktor lain untuk berprestasi.
Saat pemberian apresiasi itu, Pengurus Harian Yayasan Menara Bhakti Drs H Soeharjo Soebardi mengatakan perhatian yayasan ini kepada insan pendidikan dan ilmuwan yang bekerja keras di bidangnya terus dikembangkan.
4. Universitas Mercu Buana
Pendirian universitas ini berawal dengan didirikannya Akademi Wiraswasta Dewantara (AWD) oleh pengusaha Probosutedjo pada 10 November 1981.
Pada tahun 1985, adanya kemampuan dan pengalaman dalam menyelenggarakan pendidikan Akademi Wiraswasta Dewantara, terdapat gagasan mendirikan lembaga pendidikan tingkat universitas.
Dengan Surat Keputusan Ketua Yayasan Menara Bhakti Nomor : 04/SKEP/KET/VI/1985 tanggal 12 Juni 1985, dibentuk Panitia Pendirian Universitas, dengan Ketua Dr. Sri-Edi Swasono dan dibantu oleh H. Abdul Madjid, Drs. Iman Santosa Sukardi (almarhum), Drs. M. Enoch Markum, Ir. Suharyadi, M.S, Soekarno dan Prijo S. Parwoto (almarhum).
Setelah melalui persiapan pendirian dan studi kelayakan, dengan Nomor : 010/KET/YMB/VI/85 tanggal 12 Juni 1985, Yayasan mengajukan permohonan izin mendirikan Universitas Mercu Buana (UMB) kepada Kopertis Wilayah III.
Hingga akhirnya pada 22 Oktober 1985, Universitas Mercu Buana resmi berdiri dengan tiga fakultas yakni Teknik, Pertanian dan Ekonomi.
Pertama kali berdiri, UMB memiliki 118 mahasiswa.
Namun kini usaha di bidang pendidikannya ini telah memiliki studi diploma tiga hingga pascasarjana di berbagai bidang.
Bahkan saat acara Dies Natalis ke-27 Universitas Mercu Buana menghadirkan mantan Perdana Menteri Malaysia 1981-2003, Mahathir Mohammad.
Dilansir Tribunnews.com, saat itu Probosutedjo memberikan pujian kepada Malaysia di depan Mahathir.
Malaysia merdeka jauh di belakang Indonesia Merdeka. Tapi kenyataannya Malaysia jauh perkembangan ekonominya lebih maju dari Indonesia. Karena kemauan pemimpin dan rakyatnya mau diatur dengan baik," ujar Probosutedjo dari atas podium, Jakarta, Kamis (8/11/2012).
Menurut Probosutedjo, hal berbeda terjadi pada Indonesia. Pemimpinnya yang mengatur pemerintahan dan rakyatnya, justru disibuki karena rakyatnya ikut-ikutan mengatur. Ia menampik jika ucapannya belaka untuk memuji Malaysia.
Adanya kehadiran Mahathir saat itu untuk memberikan stadium general "Membangun Kemakmuran dan Kejayaan Berbasis Budaya Lokal di ASEAN dan Peran Strategis di Dunia Internasional." (*)
