Setya Novanto: 'Saya Lahir Dari Keluarga Kurang Mampu, Tapi Saya Punya Cita-cita'
Termasuk, ketika harus pindah ke Surabaya, Jawa Timur, untuk melanjutkan pendidikan.
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Mantan Ketua DPR Setya Novanto membacakan pleidoi alias nota pembelaan, dalam sidang lanjutan perkara dugaan korupsi KTP elektronik yang menyeretnya sebagai terdakwa, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jumat (13/4/2018).
Pantauan Tribunnews.com, Setya Novanto memulai pembelaannya dengan menceritakan kisah hidupnya.
Nada suara mantan Ketua Umum Partai Gokar itu terdengar gemetar.
Di awal pleidoinya, Setya Novanto mengaku bukanlah keturunan konglomerat, sehingga sejumlah pekerjaan kasar harus ia lakoni demi bertahan hidup.
Termasuk, ketika harus pindah ke Surabaya, Jawa Timur, untuk melanjutkan pendidikan.
Di sana Setya Novanto mengaku mencoba bertahan hidup dengan berjualan beras dan madu, menjadi model, sales mobil, hingga menjadi kepala penjualan mobil di seluruh Indonesia timur.
Baca: Dikabarkan Tak Lagi Jadi Dosen UI, Rocky Gerung: Itulah UI. Gue Udah Talak Tiga, Masih Nunggu Juga
"Saya bukan keturunan konglomerat atau kaya. Saya lahir dari keluarga kurang mampu, tapi saya punya cita-cita untuk turut membangun dan berkontribusi pada negara," katanya.
Setya Novanto juga rela bekerja menjadi pembantu yang bertugas mencuci dan mengepel, termasuk jadi sopir, bangun pagi untuk antar sekolah anak-anak, demi melanjutkan kuliahnya.
Setya Novanto juga mengaku banyak dibantu oleh sejumlah pengusaha dan petinggi Partai Golkar seperti Sudiyatmoko, Hayono Isman, dan Akbar Tandjung, hingga akhirnya bisa menggapai cita-citanya menjadi Ketua DPR.
"Orang-orang ini yang jadi perantara keberhasilan yang saya bangun. Terima kasih tiada terhingga," ucapnya lirih.