Menengok Kampung Putus Sekolah Di Kabupaten Bogor, Semua Warganya Tak Punya Ijazah SD

Bahkan menurut Ketua RT 5/ 1, Muad Adnan, mayoritas warga di Kampung tersebut tidak memiliki ijazah sekolah, sekalipun SD.

TribunnewsBogor.com/Mohamad Afkar Sarvika
Kampung Mulyasari Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Mohamad Afkar Sarvika

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, SUKAMAKMUR - Anak usia sekolah di Kampung Mulyasari, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor terbilang luput dari perhatian Pemerintah dalam soal pendidikan.

Bahkan menurut Ketua RT 5/ 1, Muad Adnan, mayoritas warga di Kampung tersebut tidak memiliki ijazah sekolah, sekalipun SD.

Muad pun menyebut kampung tersebut adalah kampung putus sekolah, lantaran dari 58 kepala keluarga memang tak ada satupun anak usia 6 sampai 15 tahun memiliki ijazah sekolah.

"Iya memang tidak ada yang punya ijazah sekolah, jadi memang fakta kalau disebut kampung putus sekolah," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Selasa (8/5/2018).

Dia melanjutkan, pada awalnya anak-anak di kampung yang terbilang terpencil itu hanya mendapatkan ilmu pengatahuan dari seorang tenaga didik dari sebuah madrasah.

Bangunan berukuran kurang lebih 4 X 12 meter persegi dijadikan sebagai sarana belajar mengajar pada pagi sampai siang hari.

Baca: Pengakuan Pemilik Mobil VW yang Ada Di Video Lawan Arus, Ternyata Rombongan Kejagung RI

Namun seiring berjalan waktu, tepatnya sembilan bulan yang lalu, sejumlah tenaga didik dari SDN Sukamulya 2 berinisiatif membuka kelas jauh di kampung itu.

"Iya sekarang mereka didata dan terdaftar di SD Sukamulya 2, tapi tetap saja, masih kurang tenaga pengajar yang memang berkompeten," jelasnya.

Dikatakannya, bah2a akses yang jauh menjadi kendala minimnya tenaga pengajar di kampung tersebut. Untuk bisa sampai ke lokasi, mesti menempuhnya dengan kendaraan motor sekira satu jam dari pusat keramaian.

"Iya jadi yang lebih sering ngajar itu orang dari madrasah, kemudian kadang ada juga dari mahasiswa," terangnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Sukamulya 2, Hayati menuturkan, selama 9 bulan dirinya membuka kelas jauh di kampung itu, baru enam kali terjun langsung mengajar anak-anak di Kampung Mulyasari.

"Karena memang aksesnya jauh dan rusak, tapi di sini kami beri kepecercayaan kepada orang madrasah, kami beri arahan untuk mengajar anak-anak usia kelas satu," tuturnya.

Dijelaskannya bahwa ada sebanyak 21 siswa yang saat ini terdaftar di SD Sukamulya 2.

"Mereka usia 7 sampai 9 tahun, tapi ada sekitar 18 orang usia 10 sampai 13 tahun akan diikutkan paket," ucapnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved