Bukit di Selandia Baru Ini Punya Nama Terpanjang di Dunia, Bahkan Susah Dieja, Simak Sejarahnya Yuk!
Bukit ini dikenal dengan nama "Taumata whakatangi hangakoauau o tamatea turi pukakapiki maunga horo nuku pokai whenua kitanatahu".
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ada sebuah bukit besar yang terletak di selatan Hawke's Bay, Selandia Baru.
Bukit ini terkenal karena saking panjangnya nama tempat tersebut, bukan karena keindahannya.
Bukit ini dikenal dengan nama "Taumata whakatangi hangakoauau o tamatea turi pukakapiki maunga horo nuku pokai whenua kitanatahu".
Baca: H-4 Lebaran, Jalan Jakarta-Bogor Masih Lancar
Baca: Pemudik Melonjak Jelang Lebaran, Terminal Cileungsi Sediakan Ruang Khusus Bagi Lansia
Jika diterjemahkan kira-kira menjadi "puncak di mana Tamatea, pria dengan lutut besar, yang meluncur, memanjat dan menelan gunung, memainkan serulingnya ke kekasihnya.”
Cukup panjang bukan?
Untuk keringkasan, bukit ini pun sering disingkat menjadi Taumata.
Baca: Fakta Dibalik Penusukan Anggota TNI Oleh Oknum Brimob, Nomor 3 Baru Terungkap
Baca: 16 Juta Pria di Dunia Ternyata Keturunan Genghis Khan, Tersebar Juga ke Asia Tenggara, Apa Itu Kamu?
Dilansir TribunTravel.com dari amusingplanet.com, Taumata saat ini terdaftar Guinness World Records sebagai nama tempat terpanjang di dunia.
Nama tempat ini mengandung 85 huruf.
Namun versi lain dari nama tersebut justru menyebutkan jika mengandung 105 huruf.
Versi khusus ini berarti, "bukit tempat Tamatea, orang yang ditiup dari jauh, memiliki pe**s celah, menyerempet lututnya mendaki gunung, jatuh di bumi, dan mengelilingi tanah, memainkan hidung-seruling untuk orang yang dicintainya" semacam itu.
Baca: Pemudik Asal Bogor Kaget Jokowi Naik ke Bus-nya dan Lakukan Ini di Terminal Baranangsiang
Baca: Disangka Hilang 35 Tahun yang Lalu, Petugas Angkatan Udara AS Ini Mendadak Ditemukan
Mitosnya dulu ada seorang pria gendut, Taumata dengan nafsu makan yang cukup rakus.
Dia dalah seorang penjelajah terbesar di Selandia Baru.
Taumata digambarkan sebagai sosok Māori Marco Polo.
Taumata mengelilingi pulau-pulau Utara dan Selatan dan juga menjelajahi pedalaman, yang kadang-kadang disebut sebagai orang yang "mengelilingi tanah", atau "Taumata penjelajah tanah."
Menurut legenda setempat, Taumata melakukan perjalanannya melalui jalur belakang Porangahau.