Surat Soekarno dari Lapas Sukamiskin, Harus Mandi Dalam Waktu 6 Menit

Pada malam hari kalau pekerjaan sudah selesai dan sesu­dah mandi yang lamanya ditentukan enam menit

Google images/Nanda
Ir Soekarno 

Sungguh sayang benar hati kita kepada Nietzsche! Kalau dicoba menghidupkan seorang “Uber-Mensch", dalam suatu rumah kurungan, yaitu orang yang lepas dari segala kebaikan dan keburukan, tentulah akan sia-sia belaka.

Alangkah heran hatinya, setelah dibacanya kembali kitabnya, yang bernama “Zarathustra"! Seperti saya ini tinggal dalam bi­lik kecil pada malam hari dipandangnya sebagai keburukan yang paling kecil; tinggal dalam kandang yang sempit, tempat manusia dapat insyaf akan dirinya, tempat manusia dapat mengemudikan sedikit-sedikit, walaupun dibatasi betul-betul.

Saya tentu akan dibenarkan, kalau saya lebih suka dibuang tiga tahun daripada dihukum 2½ tahun dalam rumah kurungan ……. Tetapi entah dimana ada tertulis kalimat ini: “Walau dimana sekalipun, patutlah kemajuan diusahakan!” Hatiku tinggal tetap: selalu insyaf akan diriku; tak pernah saja me­lupakan suara hatiku.

Dan selalu saja mengusahakan kemajuan-kemajuan itu, baik dahulu atau sekarang. Barang siapa yang tidak berusaha menuju derajat Uber-Mensch, itulah tandanya ia tak tahu akan suruhan kemaju­an.

Korban yang sebenar-benarnya dilakukan tentulah tidak akan terbuang-buang saja; bukanlah Sir Oliver Lodge telah mengajar “no sacrifice is wasted" atau dalam bahasa Jawa "Jer basuki mawa bea".

(Dari "Dibawah Bendera Revolusi" jilid I halaman 115).

Artikel ini telah tayang di Intisari.grid.id dengan judul : Surat Bung Karno dari Penjara Sukamiskin: Saat Bung Karno Merasa Dirinya Jadi Penyembah Larangan dan Suruhan

TribunnewsBogor.com/Intisari.grid.id/Ade Sulaeman.(*)

Sumber: Intisari
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved