Bogor Istimewa
Kabupaten Bogor Istimewa Dan Gemilang

Sekolah Bisnis IPB Melepas 594 Alumni Magister dan Doktor

Sampai saat ini, SB-IPB telah melepas total alumni sekitar 3.962 yang terdiri dari alumni DMB sebanyak 148 sejak pertama dibuka tahun 2006

Editor: Yudhi Maulana Aditama
Istimewa
Pelepasan alumni terbaik di Indonesia tersebut dilaksanakan di Hotel Pullman Jakarta Central Park, pada Sabtu (28/7/18) 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sebanyak 594 orang alumni SB IPB resmi dilepas setelah menyelesaikan studi dan lulus dengan baik dari tahun 2016 hingga 2018.

Pelepasan alumni terbaik di Indonesia tersebut dilaksanakan di Hotel Pullman Jakarta Central Park, pada Sabtu (28/7/18).

Ke 594 alumni tersebut terdiri dari 563 orang lulusan MM dan 31 orang lulusan DMB.

Sampai saat ini, SB-IPB telah melepas total alumni sekitar 3.962 yang terdiri dari alumni DMB sebanyak 148 sejak pertama dibuka tahun 2006 dan sebanyak 3.814 alumni MM dari tahun 1992.

Hadir dalam acara tersebut Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dan 700 orang peserta yang terdiri dari pakar, pemerhati pembangunan ekonomi dan bisnis nasional, eksekutif dan profesional dari berbagai perusahaan swasta maupun BUMN,  birokrat pemerintahan, alumni program Doktor Manajemen Bisnis dan Magister Manajemen SB-IPB; Mahasiswa dan sivitas akademika IPB; dan Para Mitra/Stakeholder SB-IPB.

Dekan Sekolah Bisnis IPB Noer Azam Achsani mengatakan secara konsisten sejak tahun awal pendiriannya, SB-IPB selalu merespon isu-isu nasional terkini dalam upaya memberikan sumbangsih pemikiran dan kerja nyata untuk kemajuan bangsa.

Tema yang diangkat menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi saat ini dimana saat ini kita sudah dihadapkan pada era industri 4.0 yakni revolusi industri terkini atau generasi keempat yang mendorong sistem otomatisasi di dalam semua proses aktivitas.

"Revolusi industri 4.0 mendorong inovasi teknologi, komunikasi dan informasi semakin pesat akan membawa dampak disrupsi atau perubahan fundamental dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat. Disrupsi terjadi pada seluruh aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Mulai dari pemerintahan, ekonomi, hukum, politik maupun kehidupan sosial. Bahkan dalam dunia usaha pun disrupsi tidak dapat dihindari," katanya dalam siaran pers yang diterima TribunnewsBogor.com.

Prof. Azam juga menambahkan The Global Entrepreneurship and Development Institute (GEDI) mencatat bahwa Indonesia merupakan negara yang kuat dalam hal jejaring, namun lemah dalam hal pemanfaatan teknologi.

Indonesia memiliki komponen kreativitas maupun modal sosial dalam menciptakan ekosistem kewirausahaan yang baik, namun saat ini iklim usaha yang terbentuk belum mampu mendorong munculnya kreativitas.

Oleh karena itu perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif agar dapat menciptakan kreativitas. 

Rektor IPB, Dr. Arif Satria mengatakan pada era global, tantangan pembangunan nasional saat ini dan mendatang dirasakan semakin berat.

Salah satu permasalahan yang masih perlu mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional adalah penguatan daya saing melalui peningkatan kompetensi sumberdaya manusia (SDM).

Selain itu, tantangan lain yang patut kita perhatikan adalah jumlah angkatan kerja di Indonesia yang semakin meningkat.

"Namun demikian lapangan pekerjaan yang tersedia pertumbuhannya tidak sebanding dengan banyaknya lulusan pendidikan tinggi setiap tahunnya. Hal ini harus kita sikapi dengan adaptif, terutama para lulusan yang akan terjun ke dunia kerja," ujarnya.

Rektor mengatakan IPB siap mencetak SDM yang kompeten dan mampu menghadapi tantangan persaingan global tanpa menghilangkan norma dan budaya Indonesia.

Ke depan, IPB memainkan peran-peran kekinian yang selalu berpegang teguh kepada visi dan misi IPB, dengan langkah-langkah strategis dan konkrit.

IPB sebagai bagian dari komponen bangsa mempunyai tanggungjawab untuk turut berkontribusi dalam peningkatan daya saing tersebut. Adanya program-program entrepreneurship yang diusung oleh IPB masih perlu terus ditingkatkan pada masa-masa mendatang.

Sementara itu, menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakandampak langsung industry 4.0 terhadap pembangunan di Indonesia yaitu dapat merevitalisasi sector manufaktur Indonesia melalui inisiatif “Making Indonesia 4.0” serta Indonesia dapat meraih kembali posisi Net Export.

Sedangkan dampak tidak langsung dari adanya revolusi industry 4.0 yaitu dapat meningkatkan kekuatan keuangan negara, belanja negara, investasi, perekonomian yang kokoh, serta pasar tenaga kerja yang lebih baik.

"Lima sektor utama yang telah dipilih sebagai sector prioritas untuk “Making Indonesia 4.0’’ yaitu makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, elektronik dan kimia," tuturnya.

Dalam mengimplementasikan Industri 4.0. Kementrian Perindustrian telah menetapkan 10 prioritas nasional untuk ‘Making Indonesia 4.0’’yaitu perbaikan alur aliran material, mendisain ulang zona idustri, akomodasi standar sustainability, pemberdayaan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, peningkatan kualitas SDM, pembentukan ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi serta harmonisasi aturan dan kebijakan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved