Cerita Korban Gempa Lombok, Jalan Kaki 5 Km untuk Hindari Gempa dan Tsunami

Saat ini, yang paling dibutuhkan warga ialah adalah sembako, air bersih, dan dana-dana perbaikan rumah ibadah.

Editor: Damanhuri
Twitter/Sutopo Purwo Nugroho
Tim SAR sedang mengevakuasi jamaah masjid di Lombok Utara yang masih tertimbun reruntuhan masjid menggunakan alat berat, Senin (6/8/2018). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -  Gempa 7 SR yang mengguncang Lombok, Minggu (7/8/2018) lalu sempat membuat Nyoman Karna dan 100 KK di perkampungan Hindu, Dusun Karang Swle, Tanjung, Lombok Utara mengungsi.

Nyoman Karna bersama warga lainnya harus berjalan sekitar 3-5 Km dari rumah menuju perbukitan untuk menghindari gempa, terutama ancaman tsunami.

Nyoman Karna saat diwawancarai tribun-bali.com mengatakan, kerugian materil cukup banyak diderita di perkampungan umat Hindu tersebut.

"Kita mengalami banyak kerusakan material dan nihil korban jiwa. Rumah warga, tempat ibadah, juga tembok-tembok yang berada di samping gang ambruk semua," kata Karna.

Reruntuhan tampak menutupi jalan-jalan yang menembus ke jalan utama. Rumah-rumah juga tampak sepi, tidak ada satupun penghuni yang beraktivitas di rumah.

105 Tewas Akibat Gempa Di Lombok Hingga Terdengar Suara Rintihan Dari Balik Puing Masjid yang Runtuh

Masing-masing berada di lapangan Tanjung dan di pinggir-pinggir jalan untuk berjaga-jaga serta mengungsi.

Tembok-tembok dan tempat peribadatan berjatuhan di gang-gang sempit dan menutup jalan.

Sewaktu gempa, minggu kemarin ribuan krama dan warga sekitar berbondong-bondong menuju ke arah bukit dengan berjalan kaki.

"Ini paling besar dah gempanya, lain dengan tahun 1979. Apalagi ini sudah potensial tsunami. Makanya kami jalan kaki ke arah perbukitan sampai 3-5 km," ujarnya.

Warga beramai-ramai jalan ke perbukitan untuk menghindari bahaya tsunami.

"Itu jalan sampai Lading-lading Selatan terus ke atas lagi. Sudah jalan kami. Ada ribuan orang di komplek ini jalan ke atas. Tambah semua warga kampung, jadi ramai-ramai ke atas" jelasnya.

Tidak ada yang dipikirkannya selain keselamatan diri, anak dan keluarga.

"Namanya juga panik sudah tidak mikir panjang lagi, hanya jiwa yang diselamatkan, anak dan keluarga," tambahnya.

Saat ini, yang paling dibutuhkan warga ialah adalah sembako, air bersih, dan dana-dana perbaikan rumah ibadah.

Kini perkampungan umat Hindu bergabung di pengungsian Lapangan Tanjung, Depan Kantor Bupati Lombok Utara untuk mengungsi.

"Iya kita gabung di lapangan sana. Kalau pagi sampai siang ke kampung lihat rumah. Kalau malam kembali, apalagi enggak ada aliran listrik," ucapnya. (*)

 (Tribun Bali dari Lombok, NTB: Busrah Hisam Ardans)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved