Gempa di Lombok

Cerita Nyoman dan Ratusan Warga Jalan Kaki 5 Km ke Bukit Usai Gempa di Lombok Terjadi

Sewaktu gempa, minggu kemarin ribuan krama dan warga sekitar berbondong-bondong menuju ke arah bukit dengan berjalan kaki.

Editor: Yudhi Maulana Aditama
TRIBUN BALI/BUSRAH ARDANS
Perkampungan umat Hindu di Dusun Karang Swle, Tanjung, Lombok Utara tampak rusak parah diguncang gempa, Minggu (5/8/2018). 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Gempa 7 SR yang mengguncang Lombok, Minggu (7/8/2018) lalu sempat membuat Nyoman Karna dan 100 KK di perkampungan Hindu, Dusun Karang Swle, Tanjung, Lombok Utara mengungsi.

Nyoman Karna bersama warga lainnya harus berjalan sekitar 3-5 Km dari rumah menuju perbukitan untuk menghindari gempa, terutama ancaman tsunami.

Nyoman Karna saat diwawancarai tribun-bali.com mengatakan, kerugian materil cukup banyak diderita di perkampungan umat Hindu tersebut.

"Kita mengalami banyak kerusakan material dan nihil korban jiwa. Rumah warga, tempat ibadah, juga tembok-tembok yang berada di samping gang ambruk semua," kata Karna.

2 Masjid Besar Ambruk Saat Gempa di Lombok, Ada yang Selamat Hingga Terdengar Suara Perempuan

Reruntuhan tampak menutupi jalan-jalan yang menembus ke jalan utama. Rumah-rumah juga tampak sepi, tidak ada satupun penghuni yang beraktivitas di rumah.

Masing-masing berada di lapangan Tanjung dan di pinggir-pinggir jalan untuk berjaga-jaga serta mengungsi.

Tembok-tembok dan tempat peribadatan berjatuhan di gang-gang sempit dan menutup jalan.

Sewaktu gempa, minggu kemarin ribuan krama dan warga sekitar berbondong-bondong menuju ke arah bukit dengan berjalan kaki.

"Ini paling besar dah gempanya, lain dengan tahun 1979. Apalagi ini sudah potensial tsunami. Makanya kami jalan kaki ke arah perbukitan sampai 3-5 km," ujarnya.

Warga beramai-ramai jalan ke perbukitan untuk menghindari bahaya tsunami.

"Itu jalan sampai Lading-lading Selatan terus ke atas lagi. Sudah jalan kami. Ada ribuan orang di komplek ini jalan ke atas. Tambah semua warga kampung, jadi ramai-ramai ke atas" jelasnya.

Tidak ada yang dipikirkannya selain keselamatan diri, anak dan keluarga.

Imam Masjid Terekam Tetap Lanjutkan Solat Meski Gempa Mengguncang, Ternyata Lupa Matikan Live FB

"Namanya juga panik sudah tidak mikir panjang lagi, hanya jiwa yang diselamatkan, anak dan keluarga," tambahnya.

Saat ini, yang paling dibutuhkan warga ialah adalah sembako, air bersih, dan dana-dana perbaikan rumah ibadah.

Kini perkampungan umat Hindu bergabung di pengungsian Lapangan Tanjung, Depan Kantor Bupati Lombok Utara untuk mengungsi.

"Iya kita gabung di lapangan sana. Kalau pagi sampai siang ke kampung lihat rumah. Kalau malam kembali, apalagi enggak ada aliran listrik," ucapnya. 

Penulis: Busrah Ardans

(Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Cerita Nyoman Karna Bersama 100 KK Lainnya Harus Jalan Kaki 5 Km untuk Hindari Gempa dan Tsunami)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved