Bocah Kecanduan Rokok

Bocah 2,5 Tahun yang Kecanduan Rokok Dikira Sedang Kerasukan Arwah Neneknya

Hendra mengatakan bahwa ketika R sedang merengek pun, keluarga juga menganggapnya sedang kerasukan.

Penulis: Naufal Fauzy | Editor: Yudhi Maulana Aditama
TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy
RAP (2,5) asal Kampung Tenjo, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi mengalami kecanduan rokok. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Naufal Fauzy

TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CIBADAK - Mencuatnya kisah bocah umur 2,5 tahun asal Sukabumi yang kecanduan rokok membuat berbagai pihak turun tangan.

Termasuk dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi yang sampai hari ini masih melakukan pendekatan terhadap keluarga anak di Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi tersebut.

Berdasarkan hasil penyelidikan pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, anak yang berinisial R (2,5) itu menjadi dianggap perokok karena kesalahan persepsi keluarga yang di luar nalar.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Hendra Priatna, mengatakan bahwa ketika R mulai memungut puntung rokok, keluarga menganggap R sedang kerasukan.

Karena salah persepsi itu, kata Hendra, keluarga memberi R kopi dan sebatang rokok yang dianggap sebagai 'sesajen'.

Soal Ancaman yang Dilontarkan Mahfud MD, Putri Gus Dur Ungkap Sosok Maruf Amin Sebenarnya

"Keluarga menyangka anaknya kerasukan neneknya yang sudah meninggal. Keluarga menyiapkan kopi dan satu batang rokok, jadi ada persepsi yang salah ya dari keluarga," kata Hendra ketika dihubungi TribunnewsBogor.com, Kamis (16/8/2018).

Berdasarkan hasil penyelidikan timnya itu, Hendra mengatakan bahwa ketika R sedang merengek pun, keluarga juga menganggapnya sedang kerasukan.

Sehingga kata dia, R kerap diberi rokok dan kopi di waktu pagi hari, siang dan malam sejak sekitar 1 bulan terakhir.

Hendra menyebut bahwa tubuh R kini dalam kondisi baik namun perlu pemeriksaan lebih lanjut.

Mahfud MD Sempat Disebut Bukan Kader NU, Begini Tanggapan Putri Gus Dur

"Kalau menurut Dinas Kesehatan, R tidak perlu direhabilitasi karena memang kalau di media kan viralnya perokok gitu, gak juga sebetulnya, masih bisa berhenti," kata Hendra.

Ia menjelaskan bahwa penanganan pertama dari dinas kesehatan adalah memberikan Pendidikan Kesehatan (Penkes) untuk orangtuanya.

Sementara untuk R, kata dia, masih dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di lapangan.

"Kalau dampak pasti ada ya kalo anak-anak karena paru-paru belum kuat, nanti kita evaluasi lagi. Apabila R nanti perlu dironsen, ya kita ronsen," ungkapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved