Tim IPB Dikirim ke Lombok Utara Lakukan Pendataan Pertanian Pasca Gempa
Koordinasi dipimpin oleh Kepala Bidang Peternakan Kabupaten Lombok Utara Raden Ardhi dan dihadiri Kepala Dinas Pertanian
Dari Kantor Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Bayan menyampaikan bahwa bangunan UPTD retak di dekat Pasar Anyar. Pertanian saat ini banyak yang kering belum bisa tanam padi. Dan kebutuhan minum masih mengandalkan dari air sungai.
Di desa Kayangan, sampai saat ini tercatat empat rumah kompos hancur. Lumbung pangan juga roboh (tiga dari empat buah lumbung pangan).
Lumbung pangan yang dibangun 90 persen ini hancur total.
Peternakan di Kayangan yang banyak mati adalah kambing. Kematian disebabkan karena kandang jatuh dan menimpa kambing. Sementara untuk kondisi peternakan ayam petelur, kandang rusak karena terkena oleh dinding yang roboh.
Raden dari Kayangan melaporkan bahwa di desa Sampet, bantuan itik kini tinggal 100 ekor dari 700 ekor yang diberikan karena tertindih bangunan. Kondisinya juga kurang pakan dan kurang air bersih.
Kondisi saat ini yang perlu disiapkan yaitu pakan ternak ayam petelur.
Sementara itu, kondisi desa Sengen mengalami kekeringan karena air sungainya kering. Masyarakat juga memerlukan tangki air bersih terutama di desa Selengin.
Di desa Sesaid, lumbung pakannya rusak berat, 15 ekor kambing dan 6 ekor sapi yang mati.
Untuk kondisi di Kecamatan Tanjung, Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) rusak, pasar hewan, dua ekor sapi mati dan tiga lumbung retak ringan dan rusak. Bendungan di Kroya juga mengalami sedikit bocor tapi tidak serius.
Kondisi ternak ayam juga sedang mengalami kesulitan pakan dan air minum. Sementara itu di desa Selengan tenaga pemetik cengkeh tidak ada. Saat ini masuk dalam musim petik namun harganya jelek. Kondisi jalannya rusak dan perjalanannya rawan. Masih ada sekitar 80 ton cengkeh belum bisa keluar. Harga juga anjlok dari Rp.105 ribu menjadi Rp 85 ribu per kilo.
“Dari data-data yang ada tersebut, pendekatannya akan dimulai dengan kelompok tani dan ternak. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok, diprioritaskan menjadi penerima bantuan. Selanjutnya baru diarahkan ke masyarakat yang terkonsolidasi dalam satu area tertentu. Untuk peternak pribadi yang ternaknya masih lepas atau hilang akan diupayakan pengenalan melalui jaringan masyarakat desa,” ujar Dr. Yonvitner, selaku Kepala Pusat Studi Bencana IPB.
Tim dari IPB menyarankan pentingnya memperhatikan kondisi kesehatan ternak. Karena kondisi kritis bagi peternak adalah setelah masa darurat bencana.(*).