Malam 1 Suro 2018
Malam 1 Suro 2018 - Ini 5 Kepercayaan Soal Kirab Kebo Bule, Kotorannya Diperebutkan Warga
Kirab yang dilakukan pada malam 1 Suro yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram tersebut akan memakai 7 kebo bule.
Penulis: yudhi Maulana | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Malam 1 Suro 2018 bertepatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram atau tahun baru Hijriyah 1440.
Di Malam 1 Suro 2018 yang jatuh pada Selasa (10/9/2018), masyarakat Jawa memiliki beragam ritual yang biasa digelar.
Salah satunya, yakni kirab kebo bule yang digelar oleh masyarakat Solo.
Kirab yang dilakukan pada malam 1 Suro yang juga bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram tersebut akan memakai 7 kebo bule.
Di sana, setiap malam 1 suro selalu diadakan kirab kebo bule yang dilakukan malam harinya.
Ada beberapa kepercayaan yang dipegang warga soal kirab kebo bule ini.
Selain asal-usulnya, ada juga kepercayaan kalau kotorannya saja bertuah dan memberikan berkah.
Berikut 5 kepercayaan soal kirab kebo bule yang diadakan oleh masyarakat Solo di Malam 1 Suro.
• 5 Kisah Pilu Di Balik Kecelakaan di Sukabumi, Ini Foto Terakhir Sebelum Bus Terperosok ke Jurang
1. Asal Usul Kebo Bule Kyai Slamet
Dikutip dari Kompas.com, Kebo Bule Kyai Slamet menurut Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Surakarta, Kanjeng Winarno Kusumo, mempunyai sejarah panjang.
"Nama Kyai Slamet tersebut sebetulnya adalah salah satu pusaka berupa tombak milik keraton. Pada jaman Pakubuwono ke-10, sekitar tahun 1893-1939, melakukan tradisi membawa pusaka Kyai Slamet keliling tembok Baluwarti pada hari Selasa dan Jumat Kliwon. Saat itu, kebo bule selalu mengikuti di belakang," kata Kanjeng Winarno.
Winarno menambahkan bahwa tradisi dari Pakubowono X tersebut terus dilanjutkan oleh kerabat keraton dan sang kebo selalu mengikuti pusaka Kyai Slamet tersebut.
"Nah lama-lama kerbau tersebut diberi nama Kebo Kyai Slamet," katanya.
• Ruhut Sitompul Sindir Amien Rais Soal Ada Dajjal Politik di Belakang Jokowi, Kumat Lagi Nih
2. Menyentuh Bisa Bawa berkah
Ada kepercayaan yang masih dianut olehsebagian besar masyarakat Jawa.