Gempa di Donggala
Kisah Pegawai Bandara Palu Gugur Demi Pesawat Bisa Lepas Landas, Melompat Saat Tower ATC Runtuh
Anthonius gugur saat menjalankan tugas untuk memberikan clearing kepada penerbangan Batik Air untuk lepas landas.
Penulis: yudhi Maulana | Editor: Yudhi Maulana Aditama
"Duka yang begitu mendalam kami rasakan, semoga tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa diberikan kepada salah satu keluarga kami dan korban-korban lain akibat gempa di Kabupaten Donggala," ucapnya.
• Gempa dan Tsunami di Palu - 80 Orang Meninggal dan 160 Orang Luka Dievakuasi ke RSUD Undata Palu
Diketahui, akibat gempa ini sebagian besar fasilitas di Bandara Mutiara Al Jufri rusak berat.
Bagian tower lantai 4 runtuh, peralatan komunikasi rusak, pemancar radio rusak, jaringan Usat down, radar & VOR belum berfungsi.
Lalu, 500 meter dari 2.500 meter landas pacu atau runway retak akibat gempa. Landas pacu yang tersisa sepanjang 2.000 meter tersebut tidak dapat didarati pesawat jet berukuran besar, seperti Boeing 747 dan sejenisnya.
Meski begitu, Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (AirNav Indonesia) akhirnya membuka kembali penerbangan di Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018).
Berdasarkan Notice to Airmen (Notam) terbaru dari Airnav, pembukaan bandara ini bersifat khusus hanya untuk emergency, SAR dan kemanusiaan.
• Foto-Foto dan Video Dampak Gempa dan Tsunami di Palu, Jasad Korban Tergeletak di Jalan
Yohanes Sirait, Manager Humas AirNav Indonesia, mengatakan panjang Runway Bandara Palu adalah 2.250 meter. Namun yang dapat digunakan saat ini hanya sepanjang 2.000 meter karena 250 meter mengalami keretakan.
"AirNav telah memasang marka untuk kondisi tersebut. Saat ini layanan navigasi dilakukan dengan prosedur VFR (Visual Flight Rules)," ujar Yohanes, dalam keterangan tertulis.
Yohanes juga mengatakan, AirNav Indonesia telah memberangkatkan personel dari Kantor Cabang Makassar untuk memberikan layanan navigasi penerbangan di Palu.
Personel yang diberangkatkan sebanyak 11 orang yang terdiri dari 5 personil ATC, 4 personel teknik telekomunikasi, 1 personel teknik listrik dan 1 personel ARO. Tim dari Makassar juga membawa Genset dan bahan bakar.