Gempa di Donggala

Selamat dari Gempa dan Tsunami di Palu, Pramugari Garuda Indonesia Ini Sempat Pasrah

Meski bersama beberapa orang lainnya, namun satu temannya yang ia kenal, Kartika, telah berhasil keluar hotel terlebih dahulu.

Penulis: Sachril Agustin Berutu | Editor: Yudhi Maulana Aditama
Instagram story @triaudtr
Tria Utari selamat dari terjangan tsunami 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Tria Aditia Utari, Pramugari Garuda Indonesia masih ingat betul bagaimana kondisi saat gempa terjadi di Palu.

Saat bencana terjadi, wanita asal Kota Bogor ini sedang istirahat di Hotel Mercure bersama rekannya, Kartika sekira pukul 15.00 WITA.

Ia menceritakan saat berusaha menyelamatkan diri usai gempa terjadi.

Ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di Komplek Bukit Mekar Wangi Blok C3 No. 5, Tanahsareal, Kota Bogor, ia menceritakan bagaimana saat tsunami terjadi paska gempa.

Ia bersama temannya, kartika sempat keluar dari hotel dengan berjalan di genteng.

45 Penjarah di Palu yang Resahkan Korban Gempa Ditangkap Polisi, Sebagian Merupakan Tahanan Kabur

Meski bersama beberapa orang lainnya, namun satu temannya yang ia kenal, Kartika, telah berhasil keluar hotel terlebih dahulu.

Rasa takut datang dan Tria berfikir, bahwa ia akan meninggal.

"Di saat itu saya hanya berfikir bahwa saya akan meninggal di sini dan tidak bisa ketemu lagi dengan mamah, keluarga, dan teman-teman. Enggak ada yang melebihi rasa takut saya dari itu. Ini yang saya pikirkan ketika saya sendiri," imbuhnya.

Tak lama setelah tsunami pertama, datang lagi tsunami untuk yang kedua kalinya.

Ragil Raksa Raditia (kiri) dan Tria Aditia Utari (kanan) saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di tanahsareal, Kota Bogor
Ragil Raksa Raditia (kiri) dan Tria Aditia Utari (kanan) saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di tanahsareal, Kota Bogor (TribunnewsBogor.com/Sachril Agustin Berutu)

Namun, tsunami kedua ini kecil hanya gempa kecil dan suara gemuruh yang kecil juga.

Tapi, tak lama terasa gempa yang begitu besar.

Tria melihat bahwa gedung bergeser ke kiri dan ke kanan. Tak lama, terdengar suara gemuruh air yang begitu besar.

"Tsunami ketiga ini lebih besar dari yang pertama dan kedua. Bapak Dian langsung mengevakuasi kami ke plafon atas dan ternyata, di atas ada rekan saya yang lain, yaitu Irma dan Meta," pungkasnya.

Mereka lalu berdiam di plafon atas untuk menunggu air surut.

Saat bersama rekannya, Tria mendapat kabar bahwa ia sempat dilaporkan menghilang.

Lalu, rekan sekamarnya, Kartika, berada di bukit bersama Flight Service Manager, Surjo Prasetyo.

Captainnya, Abdul Rozaq, ternyata juga selamat dan berada di roof top depan dan yang tersisa, hanya tinggal First Officer, Sri Ageng Muhamad Imran, belum ditemukan.

Cerita Fahmi Selamatkan Istri yang Hamil Tua, Berhasil Menyelundup ke Pesawat Hercules Berkat Dokter

"Kami ini bertujuh dari Garuda Indonesia. Terakhir saya tanya sudah jam berapa sekarang, katanya baru sekira pukul 18.00 WITA. Sampai pukul 19.30 WITA, kami masih di atas dan hanya terjadi gempa susulan dengan skala kecil," katanya.

Tak lama, air surut dan sebuah mobil van masuk ke area hotel.

Seseorang dalam mobil itu langsung menyoroti ke atas hotel dengan senter dan satu di antaranya berteriak 'Mana yang dari Garuda?'

Ternyata, di dalam mobil itu ada Sri Ageng Muhamad Imran.

"Kami langsung di evakuasi turun ke bawah dengan tangga besi. Tangga besi ini didapat oleh bapak Dian yang saya sendiri tidak mengetahui darimana ia mendapat tangga itu," jelasnya.

Mereka berlima akhirnya berkumpul, kecuali Kartika dan Surjo yang berada di bukit.

Sekira satu jam, kata Tria, mereka berada di dalam mobil di sekitaran area hotel meski gempa masih terasa.

Pihak hotel Mercure pun datang dan memberitau untuk pindah ke masjid Agung. Akhirnya diputuskan untuk pindah ke masjid.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved