Anak di Wanaherang Bogor Wafat, Didiagnosis DBD Usai Pindah Berobat Dari Klinik
Sebagai orang awam lanjut Iyustian, dia hanya bisa menuruti perintah dokter di klinik itu untuk meminum obat
Penulis: Afdhalul Ikhsan | Editor: Ardhi Sanjaya
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Afdhalul Ikhsan
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, GUNUNGPUTRI - Muhammad Dias Adestian (8) warga Kampung Tlajung, Desa Wanaherang, Rt 1/2 Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor meninggal dunia setelah sempat dirawat di Klinik Tlajung dengan status pasien BPJS.
Iyustian (39) ayah Dias mengatakan dokter yang memeriksa menyatakan bahwa anaknya menderita demam, kemudian diberikan resep obat penurun panas dan vitamin.
"Dua kali saya kesana karena obat habis terus diberi lagi obat biasa yang sama tapi kondisi anak bukannya membaik malah sebaliknya, jadi dirawatnya lama di rumah," tuturnya kepada TribunnewsBogor.com, Kamis (11/10/2018) malam.
Sebagai orang awam lanjut Iyustian, dia hanya bisa menuruti perintah dokter di klinik itu untuk meminum obat dan kembali jika belum sembuh.
"Kami kan orang awam yang pakai BPJS dan kami hanya bisa menuruti perintah dokter kalau suruh minum ini itu ya kita turuti karena yang bilang dokter," ungkapnya.
Hingga pada akhirnya sang anak dinyatakan DBD stadium tiga setelah dilakukan tes lab darah di Rumah Sakit Umum Mary Cileungsi.
"Senin kami bawa ke RS Mary dari sana baru diketahui hasil tes darah dan positif DBD stadium tiga," terangnya.
Sayangnya kata dia, RS Mary membuat segala pertimbangan dan risiko sehingga korban dipindah ke RSU Uki, Kramatjati, Jakarta Timur menggunakan ambulans.
Pada hari Rabu (10/10/2018) sang anak menghembuskan napas terakhir.
"Meninggalnya di Jakarta karena sudah dari awal tidak tertangani dengan benar," lirihnya.
Kelalaian klinik membuat kedua orang tua kecewa dan merasa ada ketidaknyamanan pelayanan dan tercederung lalai.
"Kecewa ya dari segi penanganan awal dari klinik itu kalau dia teliti mungkin kejadiannya enggak seperti ini," sesalnya
Padahal, dia telah memiliki kartu BPJS kesehatan untuk keringanan biaya berobat. Namun kartu itu tak menjamin dan dia merasa anaknya cenderung diabaikan.
"Kan kita enggak bisa langsung ke rumah sakit besar harus dari klinik dulu karena pakai BPJS ini," terangnya.