Pretty Asmara Meninggal Dunia
Curhatan Pretty Asmara 13 Tahun Lalu - Namanya Punya Arti Spesial Hingga Dianggap Bawa Keberuntungan
Pretty Asmara meninggal dunia pada Minggu (4/11/2018) akibat penyakit gangguan fungsi hati dan paru-paru.
Penulis: Uyun | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Komedian Pretty Asmara meninggal dunia saat dirawat di RS Pengayoman, Jakarta, Minggu (4/11/2018) pukul 05.45 WIB.
Pretty Asmara meninggal dunia saat masih menjalani masa tahanan di Rumah Tahanan Pondok Bambu, Jakarta Timur, karena terjerat kasus narkoba pada 8 Maret 2018.
Kabar duka tersebut pun dibenarkan kuasa hukumnya, Sahrul Romadana.
"Kak Pretty telah meninggalkan kami para sahabat dan teman dekatnya," kata Sahrul Romadana.
Meninggalnya Pretty Asmara menurut tim dokter RS Pengayoman ini disebabkan adanya gangguan fungsi hati dan paru-paru.
Akibat sakitnya itu, berat badan Pretty Asmara pun turun drastis.
"Satu bulan 10 kilo. Aku kan masih tahan itu. Jadi pertama makannya dikit. Terus enggak bisa makan, terus enggak doyan makan," kata Pretty Asmara kepada Kompas.com di sebuah rumah sakit di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis (13/8/2018).
Kalau dihitung dari sejak ia masuk penjara, total penurunan berat badannya mencapai 30 kilogram.
"Tapi kalau dari sakit itu sih 23 sampai 24 kilogramlah," ungkapnya.
• Pretty Asmara Dimakamkan di Kampung Halaman Lumajang, Keluarga Menangis di Pemakaman
Berdasarkan pantauan TribunnewsBogor.com yang dilansir dari TribunJatim.com, Pretty Asmara dikebumikan di tempat pemakaman umum (TPU) Dawuhan Lor, Lumajang, Jawa Timur.

Jenazah Pretty Asmara tiba di rumah duka di Jalan Dieng RT 25/RW 9 sekitar pukul 01.30 WIB.
Menurut Kepala Desa Dawuhan Lor, yang juga sepupu Pretty Asmara, Andy Rohman mengatakan, jenazah tiba di rumah duka dini hari.
Hingga pukul 08.00 WIB, proses pemakaman Pretty Asmara pun selesai dilakukan.
Sebelum terjerat kasus narkoba dan meninggal dunia, Pretty Asmara ini pernah curhat 13 tahun silam.
Curhatan Pretty Asmara tertuang dalam Tabloid NOVA edisi 21 Agustus 2005.
• Sebelum Meninggal Pretty Asmara Sempat Alami Haid Panjang, Kenali Jenis Menstruasi Berisiko Penyakit
Begini curhatan Pretty Asmara:
"Tubuhnya yang tambun justru menguatkan jejak dara asal Lumajang ini di dunia hiburan kita.
Kariernya tetap mengalir, tak pernah surut. Kisahnya begitu memikat untuk diikuti.
Banyak orang mengatakan, waktu masih bayi, aku lucu banget.
Aku lahir 27 September 1977, sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, pasangan Paiman dan Siti Mutominah.
Bapak-Ibu memberiku nama yang begitu keren: Dian Pretty Asmara.
Nama kedua kakakku juga indah. Pertama, Soni Asmara lahir tahun 1969 dan kedua Reny Asmara lahir tahun 1970.
Hebat kan, Bapak-Ibuku memberi kami, nama-nama yang keren.
Aku enggak tahu kenapa Bapakku memberi nama Inggris padaku.
Yang jelas, bapakku berpendidikan sarjana, lulusan Universitas Brawijaya, Malang.
Semasa kuliah, Bapak ikut mendirikan Kwartet S, sebuah kelompok lawak di Malang.
Jadi enggak heran, kan, kalau aku mewarisi jiwa seni.
Perbedaan usiaku yang begitu jauh dengan Reny, membuatku tidak begitu dekat dengannya.
Kami mainnya masing-masing. Dia sibuk dengan tugas dan pekerjaannya, saya juga begitu.
Kami baru bisa merasa ngobrol dan saling curhat setelah dewasa.
• Sebelum Pretty Asmara Meninggal Dunia, Asisten Ungkap Kegelisahan Pretty Saat Melihat Sosok Ini
• Pretty Asmara Meninggal Dunia - Punya Permintaan Terakhir Hingga Pengakuan Vicky Prasetyo
ANAK KEBERUNTUNGAN
Sejak masih bayi, aku sudah montok. Kata orang, aku lucu banget, lo.
Sudah begitu, menurut orang Jawa tentang hari lahirku yang disebut weton, hitungan hari lahirku termasuk bagus.
Sebagian orang Jawa, kan, masih memercayai tanggal Jawa.
Kalau lahir pada hari tertentu, kelak akan memiliki keberuntungan yang tinggi.
Malah ada yang mengatakan, setelah aku lahir, sebaiknya Ibu jangan punya anak lagi.
Kalau Ibu hamil lagi, belum tentu setelah lahir, hitungan Jawanya lebih bagus dari aku.
Kelahiranku yang dianggap membawa keberuntungan bagi keluarga, membuat orangtuaku begitu memanjakan diriku di banding kakakku.
Bahkan, aku sudah dimanja sejak masih dalam kandungan.

Misalnya saja kalau kelahiran kakakku hanya ditangani bidan di Lumajang, waktu mengandung aku, Mama melakukan kontrol kandungan di Surabaya dengan ditangani dokter spesialis kandungan.
Saat melahirkan aku, Mama juga ditangai dokter spesialis kandungan di Surabaya.
Padahal, jarak dari tempat tinggal orang tua di Desa Dawuhan, Lumajang sampai Surabaya, makan waktu tiga jam dengan mobil.
Oleh orangtua, aku memang dianggap anak yang membawa keberuntungan!
Waktu itu, Bapak jadi guru SMEA di Lumajang.
Di sela-sela waktunya, Bapak juga nyambi sebagai pemasok damen atau jerami ke pabrik kertas Leces.
Usaha Bapak semakin meningkat justru ketika Mama hamil aku. Bahkan, ketika aku lahir, usaha Bapak semakin bagus.
• Kisah Korban Lion Air JT610 Verian, Tak Kesampaian Bertemu dengan Sang Istri dan Anaknya
Kata orang, dari usaha damen tadi, Bapak menjadi salah seorang yang kaya raya di desa kami.
Itu sebabnya, sejak kecil aku gaya tenan lo (sungguh-sungguh bergaya, Red).
Bayangkan saja, aku selalu mendapat kualitas makanan yang bagus dari segi gizi.
Pokoknya, akulah yang paling disayang orangtuaku.

Mungkin itu yang membuat pertumbuhan badanku lebih subur dibanding kakakku.
Mungkin karena merasa usahanya sudah lebih dari cukup, Bapak nekat melepas begitu saja profesi guru.
Menurut Bapak, pengusaha jerami lebih menjanjikan masa depan yang lebih cerah.
Kelak Bapak menyesali tindakannya. Sebab, menjelang aku dewasa, usaha Bapak mengalami penurunan.
Tahu sendiri, kan, yang namanya bisnis, kan, tidak selalu untung.
Kalau saja Bapak tidak melepas profesi guru, bisa jadi hidupnya lebih tenang.
• Pretty Asmara Meninggal Dunia, Selalu Keluhkan Sesak Hingga Gelisah Pasang Cabut Selang Oksigen
SUKA DIFOTO
Menurunnya usaha Bapak tak membuatku patah arang. Mungkin juga karena aku masih terlalu kecil untuk mengerti.
Yang pasti perubahan hidup itu justru menempa untuk mandiri.
Kejadian itu juga menempaku menjadi wanita yang memiliki jiwa survival yang kuat.
Sebaliknya kedua kakakku, saat Bapak mencapai puncak mereka sudah SMP dan SMA.
Selanjutnya begitu Bapak sudah menurun, mereka cenderung lebih cengeng.
Kendati demikian, aku tetap merasa sangat beruntung dengan indahnya masa kecilku.
Kata orang, aku sudah genit banget saat balita. Aku sering sekali difoto Bapak. Kasarnya melakukan gerak apa saja, tak pernah lepas dari jepretan Bapak.
Wah, fotonya lucu-lucu. Meski genit, aku termasuk bengal, lo.

Ketimbang main dengan anak perempuan, aku lebih suka main silat-silatan dan suka berantem dengan anak lelaki.
Bahkan, aku berani melawan Rubat, teman sebaya yang terkenal bandel.
Habis berantem, aku menangis, pulang ke rumah, dan mengadu sama Ibu.
Tapi, Rubat juga menangis dan mengadu pada ibunya. Konyolnya lagi, setelah itu ibuku dan ibu Rubat berantem.
Jadilah berantem sesama ibu. Aku masih ingat, Ibu melabrak Yu Rupik, ibu Rubat.
Yu Rupik seorang pedagang nasi pecel di pasar. Ia tinggal 200 meter dari rumah kami.
Ibu jengkel, masak Rubat beraninya sama perempuan. Padahal, sebenarnya aku juga nakal, ya. Ha...ha...ha...
Ibu memang sangat menyayangiku. Hanya saja, setelah gede, aku merasa dibedakan.
Kalau pergi hajatan atau ke pasar, aku tidak diajak lagi. Ibu malah suka mengajak kakakku atau sepupu.
Mungkin karena aku terlalu gemuk, ya. Ibu, kan, terlalu berat untuk menggendongku.
• Penjelasan Dokter Soal Dua Penyakit Penyebab Pretty Asmara Meninggal Dunia
• Adu Gaya Blusukan Jokowi - Sandi, Yunarto Wijaya: karena Brand yang Stagnan yang Pernah Kalah 2 Kali