Pilpres 2019

Yunarto Wijaya Singgung Ferdinand Hutahaean di Mata Najwa - Satu Studio Tertawa Lihat Video Orasinya

Yunarto membuat studio Mata Najwa tertawa ketika menyinggung orasi Ferdinand Hutahaean soal jangan pilih jenderal koruptor

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Damanhuri
Kolase TribunnewsBogor.com/Yutube Mata Najwa/Kompas.com
Ferdinand Hutahaean disinggung Yunarto Wijaya di Mata Najwa soal video orasi jangan pilih jenderal koruptor 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya membuat satu setudi Mata Najwa tertawa ketika menyinggung Ferdinand Hutahaean.

Mata Najwa pada Rabu (6/12/2018) mengangkat tema soal 'Barisan Para Mantan' yang mendatangkan sejumlah tokoh yang dulunya mendukung kini malah berpaling, satu diantaranya yakni Ferdinand Hutahaean.

Di Mata Najwa bahwa pembawa acara, Najwa Shihab memperlihatkan ketika Ferdinand Hutahaean berorasi untuk mendukung Jokowi.

Ferdinand Hutahaean menjelaskan awal ketertarikan pada Jokowi di tahun 2012.

Ketika itu Ferdinand Hutahaean menganggap bahwa Jokowi mengerti betul soal ajaran Bung Karno.

"akhirnya karena banyak dorongan dari masyarakay sekitar bulan Mei 2012 kongres relawan di Bandung yang pertama. lahirlah salah satunya baral jp ,saya disana sebagai wakil direktur komnas pojok, membangun posko Jokowi sebagai relawan," kata Ferdinand Hutahaean di Mata Najwa.

"pada saat dulu mengenala jokowi mengerti betul ajaran Bung Karno, karena setiap bicara selalu bicara tentang trisaktis saya pengagum ajaran bung karno," tambah Ferdinand Hutahaean.

Namun rupanya, Ferdinand Hutahaean menganggap penilaiannya terhadap Jokowi salah.

Hal tersebut didapati Ferdinand Hutahaean ketika Jokowi mulau menyusun kabinet.

"saya mulai ragu ketika Jokowi menyusun kabinetnya, saya melihat bagaiman jokowi kesulitan menyusun kabinet karena interfensi ternyata kedaultan itu tidak ada di sana,. itu yang membuat saya jadi ragu. pemerintah semakin jauh dari cita rasa trisakti yang selalu disampaikan, saya melihat akhirnya ini semakin melenceng," kata Ferdinand Hutahaean.

Belum selesai bicara, Najwa Shihab memotong pembicaraan dari Ferdinand Hutahaen.

Saat itu pembawa acara Mata Najwa, Najwa Shihab menampilkan video ketika Ferdinand Hutahaean masih menjadi petinggi Relawan Jokowi.

Rocky Gerung Buka Alasan Tak Mengkritik Prabowo : Ngapain Saya Kritik Orang yang Tidak Berprestasi

Di video Ferdinand Hutahaean berorasi agar tidak memilih jenderal koruptor.

"kita tidak butuh mereka, kita tidak butuh jenderal yang koruptor, kita butuh pemimpin yang bernurani, yang bersih, yang melayani rakyat. Jokowi adalah solusi, Merdeka" kata Ferdinand Hutahaean di video

"Mungkin karena tidak masuk kabinet, tadikan mulainya dari penyusuna kabinet," timpal Kapitra Ampera

"justru saya penyusunam kabinet sangat keras mengkritik beliau karena banyak orang yang tidak seharusnya ada disitu malah ada, statment saya masih ada bahwa Jokowi tunduk pada pemodal," kata Ferdinand Hutahaen menimpali argumen Kapitra.

Ruhut Sitompul Sebut Kubu Sebelah Sering Mengganggu, Ferdinand: Saya Kasihan Abang Ikut Sebar Hoaks

Meski begitu Najwa Shihab sebagai pembawa acara Mata Najwa kembali menggiring perdebatan ke topik yang diangkat.

Najwa Shihab memberi pertanyaan soal jenderal yang dimaksud Ferdinand Hutahaean dalam video.

"siapa yang anda maksud ? karena kan lawan Jokowi waktu itu pak Prabowo," kata Najwa Shihab, pembawa acara Mata Najwa.

Fadli Zon Nilai Metode Lembaga Survey Sudah Usang, Yunarto Wijaya Tunggu Keberanian Gerindra

Penonton, termasuk narasumber yang hadir mulai bersorak dan tertawa.

"Pak prabowo belum ada capres, jokowi juga belum capres. saat orasi itu ada kami justru berjuang menekan bu Megawati termasuk mba Puan untuk mencapreskan Jokowi. jadi yang saya sampaikan bangsa kita korupsi memang merajarela," kata Ferdinand Hutahaen.

Soal Ferdinand Hutahaean di segmen berikutnya Mata Najwa, Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya sempat menyinggung Ferdinand Hutahaean.

Yunarto Wijaya bahwa menyebut dirinya tak menyangka melihat video Ferdinand Hutahaean berorasi mendukung Jokowi.

"kita bisa komentarai politisi yang Twitternya yang paling fenomenal, pertama kita lihat di Twitter anti ceb*ng, tapi ternyata 4 tahun lalu pidato layakmnya panglima ceb*ng," kata Yunarto Wijaya.

Sekali lagi, penonton dan narasumber di Mata Najwa kembali bersorak membuat studi menjadi riuh.

Yunarto Wijaya juga menerangkan sebaiknya tak membangun politik kultus.

Dengan politik kultus nantinya akan membangun hubungan seperti layaknya pelayan dengan majikan.

"kedua, jangan membangun politik kultus yang terbangun relasi plelayan dengan juragan, contohnya lagi bung Ferdinand.

Prabowo Dinilai Tak Serius Nyapres, Ferdinand Hutahaean Anggap Andi Arief Bicara sebagai Netizen

Bung Ferdinand mungkin ingat pada bulan Mei tahun 2015 sebagai Direktur Eksekutif Energi Watch, pernah mengatakan membela Sudirman Said ketika ingin membubarkan Petral, ketika ada reaksi dari SBY (Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono), bung Ferdinand mengatakan 'SBY jangan lebay' disitu,

Saya tidak mendengar kritik itu ketika bung Ferdinand sudah masuk partai yang saya tangkap seperti sedang membangun hubungan antara pelayan dengan tuan dengan SBY," papar Yunarto Wijaya.

Yunarto Wijaya kembali memaparkan poin ketika soal politik seperti kutu loncat.

Habib Rizieq Bilang Tak Ditahan Hanya Diminta Menginap, Yunarto Wijaya : Pelajaran Logika Dasar

"Yang ketiga itu tentang kritisi dan amati betul. Karena politisi yang seperti kutu loncat, berpindah-pindah itu bisa dilihat dari 2 perspektif," paparnya.

"Satu politisi yang tahu betul bagaimana memegang prinsip sehingga bisa berubah, tapi dia juga bisa menjadi seorang yang paling oportunis dengan bergantung pada kepentingannya," tambahnya.

Sama seperti sebelumnya, ia kembali menyontohkan pernyataannya dengan Ferdinand.

"Ada surat yang ditulis bung Ferdinand pada 17 Maret 2014 judulnya 'Jokowi dan Drama Khianat Ala Gerinda'."

"Disitu jelas dikatakan bahwa penolakan Gerinda pada penunjukkan Jokowi dikarenakan perjanjian batu tulis adalah bukti bahwa Prabowo mementingkan kekuasaan dan menolak suara rakyat."Dan sekarang bung Ferdinand bersikap 180 derajat berbeda, tinggal dinilai sendiri," bebernya.

Merasa tidak terima, Ferdinand pun memberikan pembelaannya.

"Yang terakhir itu saya tidak pernah bikin surat seperti itu, karena 2014 itu saya tidak pernah menulis seperti itu, saya tidak pernah buat pandangan seperti itu," tegasnya.

Namun, ia tak mengelak soal kritiknya pada SBY.

"Soal Sudirman Said itu memang benar, karena saya sekali lagi, saya tidak pernah memikirkan apa pun didunia ini kecuali kepentingan bangsa," ujarnya.

"Kalaupun nanti Prabowo jadi presiden dan tidak mementingkan bangsa, saya akan ada di garis depan untuk menjatuhkan dia," tambah Yunarto Wijaya di Mata Najwa

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved