Mantan Anggota NII Ungkap Fakta Masa Lalu, Ada Setoran Hingga Banyak yang Hamil di Luar Nikah
Saat datang ke Jakarta untuk mengikuti lomba, namun ia tidak ikut lomba sebab bertemu seorang temannya dan dipengaruhi untuk masuk menjadi anggota NII
Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
Ken menjelaskan, untuk mengubah ideologi bangsa ini membutuhkan banyak uang, yang mana setiap tingkatan akan mensetorkan sejumlah uang ke 'Ibu Kota'.
Ibu kota yang dimaksud bukanlah ibu kota Republik Indonesia di Jakarta, melainkan Ibu Kota NII di Indramayu, Jawa Barat.
"Kalau saya dulu, setiap bulan harus setor sebesar Rp 14 Millyar ke Ibu Kota, jadi untuk bisa target uang segitu kami menghalalkan harta orang kafir," terang Ken.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ken mulai melihat kejanggalan-kejanggalan yang ada di dalam NII.
"NII kan mengkafirkan orang di luar anggota mereka, jadi banyak orang yang hamil di luar nikah atau menikah tanpa mendapat restu orang tuanya," terang Ken.
• Cerita Mantan Anggota NII, Banyak Hamil di Luar Nikah Hingga Setor Rp 14 M per Bulan ke Ibu Kota
Menurutnya, anggota NII dilarang bertanya, sebab tugasnya hanya menuruti perintah atasan dan menjalankan perintah itu.
Sampai akhirnya Ken bertemu temannya yang juga mantan anggota NII.
Mereka pun mulai bertukar pikiran yang membuat pikiran Ken terbuka pada tahun 2003.
"Di dalam NII kita tidak boleh bertanya, apapun perintahnya kita tinggal melakukan saja, dan kita juga gak boleh bertanya kepada orang luar, saat saya sharing dengan beberapa ustadz mengenai pemikiran-pemikiran, saya sadar jika saya salah," terang Ken.
Saat ini Ken sibuk sebagai Ketua NII Crisis Center, yang bergerak dibidang rehabilitasi dan pendampingan mantan korban NII dan paham radikal lainnya.
"Kita memberikan pendampingan, karena korban ini biasanya stres, depresi, gila, bahkan jadi atheis."
"Oleh karena itu kami berusaha membuka pikiran masyarakat untuk kembali menerima korban, dan kami berikan kajian-kajian sesuai syariat Islam," kata Ken.
Dalam seminta Amir Institute bersama Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggelar seminar dengan mengangkat tema 'Pemilu Damai Tanpa Hoax dan Radikalisme' di Hotel Best Western, Selasa (18/12/2018) Ken mengatakan hoax dan radikalisme adalah satu paket.
"Saat saya memprospek anggota NII baru, kebohongan itu halal karena itu sebuah strategi."
"Kita harus kritis, biarpun mereka membawa sesuatu yang berbau agama dan kitab suci kita harus memkritisi dan mempelajari terlebih dahulu," kata Ken.