Sosok Rani yang Meninggal Karena Tifus Usai Sidang, Anak Buruh Bangunan dan Suka Mengajar Ngaji

Rani Muharami, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry ini meninggal setelah beberapa hari menjalani sidang.

Penulis: yudhi Maulana | Editor: Ardhi Sanjaya
Humas UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Meninggal Dunia 13 Hari Setelah Sidang, Sang Ayah Wakili Wisuda Putrinya di UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Sosok Rani Muharami, mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh menjadi perbincangan banyak orang karena kisahnya yang sangat menyentuh.

Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry ini meninggal setelah beberapa hari menjalani sidang.

Alhasil saat wisuda, sang ayah bernama Bukhari menggantikannya.

Momen saat sang ayah Rani Muharami menghadap para petinggi universitas lalu diberi ijazah pun terekam dan menjadi viral di media sosial.

Bukhari dipeluk oleh para dosen dan disambut tepuk tangan para tamu wisuda.

Video wisuda yang digantikan sang ayah itu pun membuat banyak orang terharu.

Lalu, bagaimana sosok Rani Muharami dan bagaimana latar belakang keluarganya?

Simak 7 fakta soal Rani Muharami yang meninggal setelah sidang dna wisudanya digantikan sang ayah.

Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Warul Walidin, memeluk ayahanda almarhumah Rina Muharrami, pada acara wisuda di kampus tersebut, Rabu (27/2/2019).
Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Warul Walidin, memeluk ayahanda almarhumah Rina Muharrami, pada acara wisuda di kampus tersebut, Rabu (27/2/2019). (Capture Instagram UIN Ar-Raniry)

1. Meninggal Karena Tifus

Dikutip dari Serambi Indonesia, Rani Muharami awalnya menjalani sidang skripsi pada tanggal 24 Januari 2019 sekitra pukul 12.00 WIB.

Setelah sidang, Rani Muharami jatuh sakit.

Dilansir situs uin.ar-raniry.ac.id. Rina meninggal dunia setelah menderita penyakit tifus stadium akhir hingga berujung pada saraf.

Kisah Ayah Gantikan Wisuda Putrinya di UIN Ar-Raniry, Rani Meninggal Beberapa Hari Usai Sidang

Kaesang Bertanya Apakah Kakeknya Bernama Oey Hong Liong, Jawaban Gibran Rakabuming Jadi Sorotan

Pada Tanggal 5 Februari 2019, rani akhirnya menghembuskan nafas terakhir sebelum subuh atau sekitar pukul 04.15 WIB.

"Meninggal karena sakit tifus, cuma udah parah. Kata dokter pas malam terakhir, atau pas besoknya dia meninggal, saya jenguk dan saya tanya hasil pemeriksaannya sama ayah almarhumah. Ternyata tifus udah tahap paling tinggi, sampai kena saraf," cerita Nisaul Khaira yang merupakan sahabat dekat almarhumah sejak semester lima.

Rina, menderita penyakit tifus kurang lebih selama satu bulan.

Bahkan dirinya sempat koma dan dirawat di ICU Rumah Sakit Meuraxa, Kabupaten Aceh Besar.

"Sebenarnya demamnya udah sebulan gitu, naik turun udah berobat kemana-mana. Cuma mulai drop lebih kurang 4 hari, dan koma di ICU Meuraxa sampai dia meninggal sebelum Subuh jam 04.15. Allah lebih sayang Rina," kata Nisaul.

2. Dikenal Sederhana dan Jago Bahasa Jepang

Di mata sahabatnya, Rina Muharami dikenal sebagai sosok yang sederhana dan menginspirasi.

ia juga dikenal sebagai orang yang tekun.

"Orangnya super simple dan perhatian luar biasa sama sahabat-sahabatnya. Kalau sama saya, dia selalu ketawa walaupun lagi sakit. Kemarin pas sidang bawaannya ketawa-ketawa aja karna saya buat lucu gitu. Pokoknya dia inspirasi untuk saya pribadi, karena dia, kenapa saya bisa niat kejar skripsi. Dia motivator bagi saya," lanjut Nisa.

Rina dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas.

BUKHARI (kiri), ayah almarhumah Rina Muharrami saat menerima ijazah anaknya dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin, pada wisuda lulusan universitas itu di Auditorium Prof Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh, Rabu (27/2).
BUKHARI (kiri), ayah almarhumah Rina Muharrami saat menerima ijazah anaknya dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin, pada wisuda lulusan universitas itu di Auditorium Prof Ali Hasjmy, Darussalam, Banda Aceh, Rabu (27/2). (FOTO HUMAS UIN AR-RANIRY)

Ia juga mampu menguasai bahasa Jepang dengan baik, dan termasuk mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi.

Ia lulus dengan predikat istimewa dengan indeks prestasi kumulatif 3.51.

3. Jadi Guru Ngaji

Di lain waktu keseharian almarhumah juga merupakan guru ngaji.

"Anaknya aktif, baik, pintar. Bahasa Jepang-nya juga bagus," kata Muzakir Ketua Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan seperti dikutip Serambi dari laman situs uin.ar-raniry.ac.id.

Menurut Muzakir sebelum meninggal, almarhumah Rina sudah menyelesaikan seluruh syarat untuk wisuda pada semester ini.

"Seluruhnya sudah diselesaikan, namun sebelum yudisium, Rina sudah duluan dipanggil oleh Allah, sehingga ia tidak sempat mengikuti proses yudisium," ujarnya.

Lalu muncullah niat dari pihak Prodi yang berinisiatif mengundang ayah kandung Rina untuk tetap hadir pada saat hari wisuda.

"Kami menyematkan bentuk penghargaan untuk perjuangan ayahnya terhadap Rina, dan juga terhadap perjuangan Rina sendiri, dan tepat hari ini (Rabu), ayah kandungnya langsung yang hadir untuk mengambil ijazah tersebut," tutur Muzakir.

Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Warul Walidin MA bersama petinggi kampus datang ke rumah almarhumah Rina Muharami yang diterima orang tuanya Bukhari dan Nurbayani di Gampong Cot Rumpun, Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (28/2/2019) sore
Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Warul Walidin MA bersama petinggi kampus datang ke rumah almarhumah Rina Muharami yang diterima orang tuanya Bukhari dan Nurbayani di Gampong Cot Rumpun, Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (28/2/2019) sore (SERAMBINEWS.COM/MUHAMMAD NASIR)

4. Anak Buruh Bangunan

Diketahui, Bukhari merupakan seorang buruh bangunan, sementara sang ibu, Nurbayani merupakan seorang buruh tani.

Tentu perjuangan Rina dalam menempuh pendidikan dalam serba keterbatasan.

Di saat tidak kuliah Rina sering membantu ibunya pergi ke sawah.

Menurut Nurbayani, untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya Rina sering berupaya sendiri.

Misalnya, untuk membeli laptop, maka Rina langsung mengusahakan sepetak sawah milik orang tuanya, yang hasilnya untuk membeli laptop.

“Memang saya sangat usahakan untuk kuliah Rina, kadang saya mengupah di sawah orang, hasilnya saya kasih buat uang minyak dia. Tapi mungkin sudah di sini ajalnya. Memang dalam hidup kita ini ada kesenangan dan ada kesedihan,” ujar ibunya sambil terus membasuh air mata dan memeluk erat toga pemberian kampus.

Gus Mus dan Gus Muwafiq Sindir Doa Neno Warisman di Munajat 212: Akting Boleh Tapi Jangan Berlebihan

Keluarga Uno Dukung Jokowi-Maruf Amin, TKN Anggap sebagai Pertanda Buruk bagi Sandiaga

5. Ingin Kuliah di Jepang

bukhari bercerita, jika anaknya pernah bercita-cita berkuliah di Jepang, karena ia memang bisa berbahasa Jepang.

Namun Bukhari tidak mengizinkannya, karena ia khawatir anak gadisnya jauh dari keluarga.

Namun setelah selesai pendidikan sarjana, kepada ayahnya, Rina pernah mengungkapkan keinginannya melanjutkan S2 sambil bekerja sebagai guru Bahasa Jepang.

Karena cita-citanya kelak ingin menjadi dosen.

Namun pada kesempatan lain, kepada sang ibu Rina juga pernah mengungkapkan jika selesai di kampus ia ingin mengaji di pesantren.

Dalam sebuah perjuangan memang tidak pernah ada yang sia-sia.

6. Toga Jadi Kado Terakhir Sang Ayah

Beberapa hari setelah selesai sidang skripsi, Rina Muharami dipanggil yang maha kuasa.

Mahasiswi Prodi Pendidikan Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar Raniry ini meninggal dunia karena sakit.

Sehingga saat hari seharusnya ia diwisuda, sang ayah Bukhari (59) datang naik ke podium seperti mahasiswa lainnya, untuk mengambil ijazah anaknya.

Karena menurut Bukhari, ijazah itu merupakan salah satu yang terbaik yang ditinggalkan oleh anaknya.

Sehari setelah wisuda, Rektor UIN Ar Raniry, Prof Dr Warul Walidin MA bersama petinggi kampus datang ke rumah almarhumah di Gampong Cot Rumpun, Blangbintang, Aceh Besar, Kamis (28/2/2019) sore.

Kedatangan selain itu takziah, juga untuk menyerahkan toga beserta selempang kepada pihak keluarga almarhumah Rina sebagai kenang-kenangan.

Karena Rina tak sempat mengenakan toga tersebut, sebagai hasil dari perjuangannya meraih gelar sarjana 'SPdi' di kampus.

Namun toga yang seharusnya ia kenakan saat wisuda, akhirnya juga dapat disentuh oleh orang tuanya.

Pihak UIN Ar Raniry berinisiatif menyerahkan toga beserta selempang kepada pihak keluarga almarhumah Rina sebagai kenang-kenangan, sekaligus sebagai kado terakhir untuk sang ayah.

Jaksa Ungkap Percakapan Ratna Sarumpaet dengan Rocky Gerung : Pasti Kau Bahagia Sekali di Sana

Debat soal Lahan HGU, Aria Bima dan Natalius Pigai Marah-marah Sampai Saling Tunjuk

7. Dapat Hadiah Umrah Dari Ustaz Adi Hidayat

Ustaz Adi Hidayat menjanjikan hadiah umrah untuk Bukhari.

Ayah almarhumah Rina Muharami itu dinilai sosok ayah yang tegar dan penuh pengorbanan dalam membiayai pendidikan anaknya.

Sebagai sebuah kehormatan atas pengorbanannya itu, Bukhari tetap berusaha hadir menerima ijazah anaknya yang telah tiada beberapa hari menjelang wisudah dilaksanakan.

"Hari ini muncul di berita ada seorang ayah hadir di wisuda, namanya bapak Bukhari. Beliau berasal dari Aceh. Begitu datang ke ke wisuda untuk bisa menghadiri putrinya yang diwisuda, tapi ternyata hanya melihat putra-putri anak orang lain karena anaknya beliau sendiri saat sudah menyelesaikan tugasnya sebagai seorang pelajar beberapa hari kemudian meninggal dunia dan ayahnya tetap datang menampilkan segala kehormatan yang telah membiayainya anaknya, datang membawa ijazahnya. Tolong sampaikan kami berikan berita gembira, insya Allah kepada orang tua mulia ini ibadah umrah untuk ayahnya yang hebat yang telah menginspirasi pelajar-pelajar khususnya di Indonesia," ujar Ustaz Adi Hidayat Lc dalam tausyiah di Masjid Al-Ihsan PTM-VJS, Bekasi Selatan, Jawa Barat, Kamis (28/2) malam bertajuk "Bekal Menuju Ramadhan" dan disiarkan secara langsung di akun YouTube Akhyar TV.

Menurut Adi Hidayat sosok Bukhari adalah seorang ayah yang hebat, tegar mengikhlaskan takdir anaknya yang pergi sebelum hari bahagia itu datang.

"Dia tidak berpikir apakah anaknya kemudian muncul menjadi apa pun. Tapi dia ikhlaskan seperti apa yang Allah swt ridhai. Belum tentu apa yang Anda kerjakan, Anda bisa mendapat hasil seperti apa yang Anda harapkan. Tapi apa yang Anda kerjakan hari ini, niatkan karena Allah, maka segala sesuatu akan engkau tulis sesuai dengan apa yang kita inginkan," ujar Adi Hidayat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved