Jadi Sasaran Rencana Pembunuhan, Wiranto: Kita Tetap Bekerja Keras, Soal Nyawa Ada di Tangan Allah

Wiranto merupakan satu dari empat pejabat yang jadi sasaran pembunuhan, tiga lainnya yakni Luhut Binsar Panjaitan, Budi Gunawan dan Gories Mere.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Soewidia Henaldi
Tribunnews.com/Nurmulia Rekso Purnomo
Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Wiranto, bersama sejumlah perwakilan peserta aksi 313, memberikan keterangan kepada wartawan, di kantor Menkopolhukam, Jakarta Pusat, Jumat (31/3/2017). 

Jadi Sasaran Rencana Pembunuhan, Wiranto: Kita Tetap Bekerja Keras, Soal Nyawa Ada di Tangan Allah

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto menanggapi informasi bahwa dirinya termasuk pejabat yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan.

Menurutnya, tak ada satu orang pun yang tahu mengenai kematian, termasuk dirinya.

Dilansir dari Breaking News Metro Tv, Selasa (28/5/2019), Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan empat nama pejabat negara yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Hal itu disampaikan Tito di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

Tito Karnavian menjelaskan bahwa informasi tersebut berdasarkan keterangan dari para tersangka.

"Dasar kami sebenarnya hanya BAP ya, berita acara itu lah resmi, hasil pemeriksaan kepada tersangka yang sudah kita tangkap, jadi bukan karena informasi intelijen," katanya

Keempat nama itu di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito Karnavian.

Kemudian ada satu nama yang enggan disebutkan oleh Tito Karnavian.

"Kelima adalah pimpinan lembaga survei, saya nggak mau sebutkan," katanya.

Wiranto Sebut Rencana Pembunuhan Pejabat Sejak Dulu Selalu Ada

Mengenai adanya informasi tersebut, Tito Karnavian pun mengaku sudah memberikan pengamanan.

"Yang jelas kami selalu sejak awal begitu ada info selalu memberikan pengamanan dan pengawalan kepada yang bersangkutan," katanya.

Tito Karnavian juga menegaskan bahwa pihaknya akan segera memproses orang yang memerintahkan rencana tersebut.

"Ini pelaku yang disuruh untuk melakukan eksekusi itu tertangkap semua, senjatanya sudah didapat ada 4 senjata, kemudian kita masih mengembangkan orang yang menyuruh, mudah-mudahan gak lama lagi kita akan proses hukum," ungkapnya.

Tak hanya itu, Tito Karnavian juga mengklarifikasi isu yang menyebut kalau rencana pembunuhan itu rekayasa.

"Saya ingin menambahkan karena mulai ada isu yang menyatakan bahwa penangkapan yang kita lakukan berkaitan senjata kemudian keterangan pers dari kanit humas dan lain-lain adanya rencana pembunuhan itu rekayasa, saya hanya mengingatkan bahwa negara ini adalah negara demokrasi," katanya.

Ia mempersilahkan semua orang untuk bisa menyaksikan prosesnya di pengadilan, dan memastikan tidak ada keterlibatan polisi di dalamnya.

Penyusup Kerusuhan 22 Mei Terima Order Bunuh Pejabat Hingga Keterlibatan Prajurit Desersi

"Kkemudian kita berlaku ada pembagian tugas antara penyidik, penuntut, peradilan. semua yang dilakukan penyidik akan diuji di peradilan, dan terbuka, rekan-rekan bisa melihat jalannya sidang, dan kita akan buktikan di persidangan kalau polri tidak terlibat," tegasnya.

Menanggapi adanya rencana pembunuhan terhadap dirinya, Wiranto pun mengaku tak gentar.

"Dua hari ini kita kan diberondong pertanyaan rencana pembunuhan pejabat, rencana pembunuhan pada demonstran, senjata sudah ditemukan, dan sudah terjawan sekarang kan," katanya di lokasi yang sama.

Ia pun menyebut jika nyawanya sudah ada yang mengatur, yakni Tuhan Yang Maha Esa.

"Memang rencana pembunuhan kepada pejabat itu kan ditujukan atau dimaksud untuk memberikan rasa takut, agar pejabat yang bersangkutan mengurangi aktivitasnya, lemah, tapi kita tidak seperti itu, kita semua tetap bekerja keras, dengan orientasi kami mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa itu ada di tangan Allah SWT," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, polisi mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019, di depan Gedung Bawaslu, Jakarta.

Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pimpinan lembaga survei.

TKN: Siapapun yang Belajar Hukum, Terbengong-bengong Baca Materi Gugatan Prabowo-Sandi

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.

Saat itu, HK mendapat perintah seseorang untuk membeli senjata.

"Hk menerima perintah dari seseorang untuk membeli dua pucuk senpi laras pendek di Kalibata. Seseorang ini pihak kami sudah mengetahui identitasnya. Sedang didalami," kata Iqbal dalam jumpa pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (27/5/2019).

Setelah itu, lanjut Iqbal, pada 13 Oktober, HK menjalankan pemerintah dan melakukan pembelian senjata.

Ada empat senjata yang berhasil didapat oleh HK dari AF dan AD.

Sebagian senjata itu lalu diserahkan HK kepada dua rekannya, AZ, TJ dan IR.

Pada 14 Maret, HK mendapat transfer uang Rp 150 juta.

Sebanyak Rp 25 juta ia bagikan kepada TJ.

"TJ diminta untuk membunuh dua orang tokoh nasional. Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Iqbal.

Tanggapi Pernyataan Bambang Widjojanto, Mantan Hakim: Kalau Permohonan 02 Ditolak, MK Dianggap Korup

Lalu pada 12 April, HK kembali mendapat perintah lagi untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.

"Jadi, ada empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional,"ujarnya.

Saat ditanya apakah tokoh nasional yang dimaksud adalah pejabat negara, Iqbal membenarkan.

"Pejabat negara. Tapi bukan presiden. Tapi bukan kapasitas saya menyampaikan ini. Nanti kalau sudah mengerucut baru dikasih tahu," kata dia.

Selain empat pejabat negara, belakangan HK juga mendapat perintah untuk membunuh seorang pimpinan lembaga survei.

"Terdapat perintah lain melalui tersangka AZ untuk bunuh satu pimpinan lembaga swasta. Lembaga survei. Dan tersangka tersebut sudah beberapa kali mensurvei rumah tokoh tersebut," ujar Iqbal.

Saat ini, HK beserta dua rekannya AZ, TJ dan IR yang mencoba melakukan upaya pembunuhan sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka.

Begitu juga AF dan AD selaku penyuplai senjata.

Namun, untuk otak yang meminta melakukan pembunuhan ini, polisi mengaku masih melakukan pendalaman.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved