Pilpres 2019

Analisa Hermawan Sulistyo soal Kejanggalan Kerusuhan 22 Mei : Saya Duga Mayatnya Jalan Sendiri ke RS

Analisa Hermawan Sulistyo Soal Kejanggalan Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei : Saya Duga Mayatnya Jalan Sendiri ke Rumah Sakit

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Vivi Febrianti
Youtube Najwa Shihab
Profesor Riset bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo 

"Tidak dipakai karena tim anarkis tidak keluar sama sekali selama dua hari dua malam itu," papar Iqbal.

"Mereka (atim anarkis) akan keluar jika diperintah oleh Kapolda atas laporan komandan lapangan akan ada perusuhan yang sangat fatal," sambungnya.

rusuh di Bawaslu jalan M H Thamrin, Jakarta pada pukul 18.30 WIB, Rabu (22/5/2019)
rusuh di Bawaslu jalan M H Thamrin, Jakarta pada pukul 18.30 WIB, Rabu (22/5/2019) (Kompas TV)

Setelah Moeldoko menjelaskan soal penyelundupan senta api oleh Soenarko, Najwa Shihab menanyakan hasil analisi oleh Hermawan Sulistyo

"Apa analisa anda ? soal tadi empat orang tewas korban tewa yang minimal diketahui anak-anak, ada peluru tajam, polisi mengatakan tidak ada penggunaan peluru tajam, ada penemuan penyelundupan senjata yang disebut mungkin banyak yang belum diamankan polisi, jadi bagaimana menganalisa kerusuhan ini ?" tanya Najwa Shihab ke Hermawan Sulistyo

Hermawan Sulistyo menjelaskan bahwa di setiap kerusuhan pasti ada latarbelakangnya

Mulai dari konflik politik sampai krisis ekonomi

massa demonstran Bawaslu melakukan perlawanan pada polisi di Pasar Tanah Abang
massa demonstran Bawaslu melakukan perlawanan pada polisi di Pasar Tanah Abang (Kompas TV)

"Setiap kerusuhan itu selalau ada landscapenya dulu, bacgroundnya, pasti konflik politik atau krisis ekonomi," kata Hermawan Sulistyo

Menurut Hermawan Sulistyo dalam kasus kerusuhan 22 Mei dirunut dari mulai siapa yang sedang berkonflik

"Lalu dalam kaitannya dengan kerusuhan, ngurutnya gampang,

siapa yang berkonflik ? para pihak pada kasusnya ini adalah hasil Pemilu,

kemudian siapa yang ngompor-ngomporin ? semua ngomong terbuka, 'mari kita ke Jakarta, siapa yang mau mati, revolusi kalau mau revoloisi korbannya harus banyak," kata Hermawan Sulistyo

Hanya saja itu baru fakta sementara saja.

Kemudian dilanjutkan dengan penemuan amplop berisi uang yang ditemukan dari perusuh.

Massa melempar ke arahan polisi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Mereka melakukan aksi pendukung salah satu pasangan capres yang menolak hasil Pemilu 2019. Warta Kota/Alex Suban
Massa melempar ke arahan polisi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Mereka melakukan aksi pendukung salah satu pasangan capres yang menolak hasil Pemilu 2019. Warta Kota/Alex Suban (Alex Suban/Alex Suban)

"Tapi ini kan baru hard fact, setelah ada yang bawa untuk bawa ada yang danain, itulah ada amplop Rp 300 ribu kalau operator Rp 6 juta, ada dollar juga 2.780 dollar dari NTB, aneh kan ? ga sulit itu nelusurinya," kata Hermawan Sulistyo.

"Setelah itu demo, tadi udah disebut demo damai, itu bubar jam 12 - jam 1, yang demo kan dari jam 12 , orang demo 12 jam itu capek, petugasnya juga capek, " kata Hermawan Sulistyo

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved