Pilpres 2019

Analisa Hermawan Sulistyo soal Kejanggalan Kerusuhan 22 Mei : Saya Duga Mayatnya Jalan Sendiri ke RS

Analisa Hermawan Sulistyo Soal Kejanggalan Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei : Saya Duga Mayatnya Jalan Sendiri ke Rumah Sakit

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Vivi Febrianti
Youtube Najwa Shihab
Profesor Riset bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo 

Analisa Hermawan Sulistyo Soal Kejanggalan Korban Tewas Kerusuhan 22 Mei : Saya Duga Mayatnya Jalan Sendiri ke Rumah Sakit

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Profesor Riset bidang Perkembangan Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hermawan Sulistyo menyampaikan pandangannya terkait kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei di Jakarta.

Hermawan Sulistyo menilai ada sejumlah kejanggalan yang sebenarnya sudah terbaca secara terang benderang.

Najwa Shihab di Mata Najwa Rabu (29/5/2019) mencoba merunut sejumlah isu yang beredar sepanjang kerusuhan 22 Mei.

Mulai dari penemuan peluru tajam yang berceceran di belakang mobil polisi.

Sampai dengan pengungkapan penyelundupan senjata api oleh Mantan Danjen Kopassus Soenarko.

Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Muhammad Iqbal peluru tajam tersebut memang dipersiapkan untuk dipakai oleh tim anarkis.

"Ini benar kami akui bahwa itu peluru tajam."

"Tapi peluru tajam itu disimpan untuk sewaktu-waktu akan digunakan oleh tim anarkis," sambungnya.

Lebih lanjut, Iqbal menyatakan bahwa peluru tajam itu disiapkan oleh aparat hanya untuk berjaga-jaga jika ada aksi anarkis.

Ia menegaskan bahwa peluru tajam disediakan sudah sesuai dengan program tahunan (prota) yang juga merupakan turunan dari undang-undang.

Kondisi unjuk rasa massa di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, per pukul 21.00 WIB. Gambar diambil dari JPO Sarinah, Rabu (22/5/2019). Polisi memukul mundur massa menggunakan suar (flare) dan gas air mata.(KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN)
Kondisi unjuk rasa massa di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, per pukul 21.00 WIB. Gambar diambil dari JPO Sarinah, Rabu (22/5/2019). Polisi memukul mundur massa menggunakan suar (flare) dan gas air mata.(KOMPAS.com / VITORIO MANTALEAN) (Kompas.com)

"Kami sampaikan ke publik bahwa Prota 01 tahun 2010 itu adalah turunan dari Undang Undang 1998 itu mengatakan apabila massa tidak terkendali melakukan aksi-aksi anarkis membahayakan nyawa masyarakat atau petugas, kami akan melaksanakan tugas pelumpuhan walau pun akibatnya fatal," papar Iqbal.

"Dan ini (peluru yang dijarah) akan dikeluarkan oleh Danyon kepada tim anarkis," tambahnya.

"Tapi bisa dijamin itu belum dipakai Pak?" tanya Najwa lagi.

Dengan tegas Iqbal menyatakan bahwa aparat sama sekali tidak menggunakan peluru tajam dalam mengahdapi massa kerusuhan 22 Mei.

"Tidak dipakai karena tim anarkis tidak keluar sama sekali selama dua hari dua malam itu," papar Iqbal.

"Mereka (atim anarkis) akan keluar jika diperintah oleh Kapolda atas laporan komandan lapangan akan ada perusuhan yang sangat fatal," sambungnya.

rusuh di Bawaslu jalan M H Thamrin, Jakarta pada pukul 18.30 WIB, Rabu (22/5/2019)
rusuh di Bawaslu jalan M H Thamrin, Jakarta pada pukul 18.30 WIB, Rabu (22/5/2019) (Kompas TV)

Setelah Moeldoko menjelaskan soal penyelundupan senta api oleh Soenarko, Najwa Shihab menanyakan hasil analisi oleh Hermawan Sulistyo

"Apa analisa anda ? soal tadi empat orang tewas korban tewa yang minimal diketahui anak-anak, ada peluru tajam, polisi mengatakan tidak ada penggunaan peluru tajam, ada penemuan penyelundupan senjata yang disebut mungkin banyak yang belum diamankan polisi, jadi bagaimana menganalisa kerusuhan ini ?" tanya Najwa Shihab ke Hermawan Sulistyo

Hermawan Sulistyo menjelaskan bahwa di setiap kerusuhan pasti ada latarbelakangnya

Mulai dari konflik politik sampai krisis ekonomi

massa demonstran Bawaslu melakukan perlawanan pada polisi di Pasar Tanah Abang
massa demonstran Bawaslu melakukan perlawanan pada polisi di Pasar Tanah Abang (Kompas TV)

"Setiap kerusuhan itu selalau ada landscapenya dulu, bacgroundnya, pasti konflik politik atau krisis ekonomi," kata Hermawan Sulistyo

Menurut Hermawan Sulistyo dalam kasus kerusuhan 22 Mei dirunut dari mulai siapa yang sedang berkonflik

"Lalu dalam kaitannya dengan kerusuhan, ngurutnya gampang,

siapa yang berkonflik ? para pihak pada kasusnya ini adalah hasil Pemilu,

kemudian siapa yang ngompor-ngomporin ? semua ngomong terbuka, 'mari kita ke Jakarta, siapa yang mau mati, revolusi kalau mau revoloisi korbannya harus banyak," kata Hermawan Sulistyo

Hanya saja itu baru fakta sementara saja.

Kemudian dilanjutkan dengan penemuan amplop berisi uang yang ditemukan dari perusuh.

Massa melempar ke arahan polisi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Mereka melakukan aksi pendukung salah satu pasangan capres yang menolak hasil Pemilu 2019. Warta Kota/Alex Suban
Massa melempar ke arahan polisi di Jalan Brigjen Katamso, Slipi, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Mereka melakukan aksi pendukung salah satu pasangan capres yang menolak hasil Pemilu 2019. Warta Kota/Alex Suban (Alex Suban/Alex Suban)

"Tapi ini kan baru hard fact, setelah ada yang bawa untuk bawa ada yang danain, itulah ada amplop Rp 300 ribu kalau operator Rp 6 juta, ada dollar juga 2.780 dollar dari NTB, aneh kan ? ga sulit itu nelusurinya," kata Hermawan Sulistyo.

"Setelah itu demo, tadi udah disebut demo damai, itu bubar jam 12 - jam 1, yang demo kan dari jam 12 , orang demo 12 jam itu capek, petugasnya juga capek, " kata Hermawan Sulistyo

Hermawan Sulistyo juga menjelaskan mengapa dari pihak aparat maupun demonstran selalu membawa kamera.

"Kenapa selalu ada dua versi ? petugas selalu bawa kamera nyorot pelaku, kan gak mungkin anak buah pak Ibal ngumpet nyorot dari dalam, pelaku demonstran juga bawa kamera, apa yang terjadi ? kalau dari sisi polisi mereka yang nyerang, dari sisi demonstran polisi yang nyerbu," kata Hermawan Sulistyo.

"Setelah itu cape bubar pulang tiba-tiba rusuh lagi pasti tenaga baru dan tempatnya tidak lagi Bawaslu, " tambah Hermawan Sulistyo.

Hermawan Sulistyo juga menyebut mayat yang ditemukan dan disebut sebagai korban kerusuhan 22 Mei merupakan bukti.

"Buktinya apa ? mayat delapan itu tidak ada data siapa yang bawa ke rumah sakit dan ditembaknya di mana, jadi saya duga ini mayatnya jalan sendiri ke rumah sakit," kata Hermawan Sulistyo

Sampai saat ini Hermawan Sulistyo menyebut data yang dimilikinya korban tewas kerusuhan 22 Mei ada dua anak

Data yang dimiliki Hermawan Sulistyo, korban tewas tersebut diantaranya Rehan Fajri (16) dan Harun Al Rasyid (15)

"Saya tidak tahu empat itu data dari mana, data saya hanya ada dua, kalau empat saya gak tahu data yang dari mana, wong jalannya kapan darimana kita gak tahu , tahu-tahu ada mayat," kata Hermawan Sulistyo.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved