Puluhan Tahun Tinggal Di Gubuk Reot, Mak Jinah Berharap Diperhatikan Pemkab Bogor
Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang canangkan oleh pemerintah tampaknya belum dirasakan oleh Mak Jinah.
Penulis: Tsaniyah Faidah | Editor: Damanhuri
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Tsaniyah Faidah
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, DRAMAGA - Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) yang canangkan oleh pemerintah tampaknya belum dirasakan oleh Mak Jinah.
Nenek berusia 90 tahun itu terpaksa harus tinggal digubuk reot miliknya yang berlokasi di RT 01/01 nomor 6, Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Tubuh renta Mak Jinah harus siap menahan dinginnya angin malam yang menembus dinding rumahnya yang tebuat dari bilik.
"Ini rumah Emak, rumah Emak jelek," ucap Mak Jinah saat disambangi TribunnewsBogor.com dirumahnya, Jumat (5/7/2019).
Untuk makan sehari-hari, Mak Jinah mengandalkan putra bungsunya yakni Agus (50) yang hanya bekerja sebagai buruh serabutan.
"Kerjaan kalau ada aja. Jadi tukang pacul di sawah. Kalau kemarau gini nggak ada kerjaan biasanya," tutur Agus, anak bungsu Mak Jinah saat ditemui dilokasi yang sama.
Bahkan, jika hujan deras ia terpaksa harus mengungsi kerumah putranya yang tepat berada disamping rumahnya.
Sebab, ia hawatir gubuk reotnya roboh jika hujan deras mulai turun.
Bahkan, Agus mengajak sang ibu untuk tinggal bersamanya.
Meskipun ekoniminya sangat pas-pasang, ayah tiga orang anak ini mengaku bersyukur walaupun makan dengan lauk seadanya bersama keluarga dan ibu kandungnya.
Saat ini Mak Jinah pun tinggal dirumah Agus.
Kendati demikian, kata Agus, terkadang Ibu kandungnya itu merasa tak betah.

iap tengah malam, Mak Jinah kerap keluar rumah dan duduk-duduk di gubuk reotnya.
Seolah meratapi tempat tinggalnya yang hampir rubuh menyisakan kenangan yang pernah ada.
Menurut Agus, untuk merenovasi rumah berbahan dasar kayu dan sulaman bambu tersebut butuh biaya besar.
Jangankan untuk memperbaiki gubuk reot orangtuanya, untuk makan sehari-hari saja ia masih kesulitan.
"Kalau lagi ada kerjaan terus dapat uang paling hanya cukup kami makan," tambahnya.
Saat TribunnewsBogor.com melihat kondisi rumah Mak Jinah, didalam rumah tersebut hanya berisi barang-barang yang sudah lapuk dimakan usia.
Bahkan, lantainya hanya beralaskan tanah serta dinding yang sudah lapuk dimakan usia.
Di sudut ruangan nampak tungku kayu untuk memasak, di sudut lain ada perabotan memasak dan lemari kayu yang diletakkan di atas dipan.

Lantaran kondisinya yang sudah renta, Mak Jinah sudah tidak dapat lagi bekerja.
Bahkan pendengaran dan penglihatannya sudah mulai berkurang.
Untuk berjalan pun, Mak Jinah terseok dan membungkuk, terkadang dipapah oleh anaknya sendiri.
"Emak nggak bisa dengar. Harus ngomong agak keras di dekatnya," cerita Agus.
Dalam perbincangan dengan TribunnewsBogor.com, Mak Jinah ingin gubuk reotnya diperbaiki.
Sebab nenek yang memiliki 6 orang anak ini ingin sekali bisa tidur dan beristirahat di rumah yang dulu pernah didiami bersama suami tercinta.
"Emak nggak mau rumahnya dirubuhin. Maunya dibenerin, buat istirahat," ucap Agus.
Agus pun berharap, ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bogor agar ibunya bisa merasakan tinggal dirumah sendiri dengan nyaman tanpa dihantui ketakukan tertimpa gubuknya yang sudah reot tersebut.