Pembunuhan Anak di Bogor
Terungkap Fakta Pembunuhan Bocah SD, Ibu Korban Histeris, Pelaku Simpan 2 Karung Celana Dalam Wanita
Pelaku pembunuhan bocah SD di Bogor yang merupakan tukang bubur ini diduga memiliki kebiasaan mencuri celana dalam wanita milik warga.
Penulis: yudhi Maulana | Editor: khairunnisa
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Pihak Polres Bogor masih melakukan pemeriksaan terhadap H (24), pelaku pembunuhan FA (8), bocah SD di Desa Cipayung Girang, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor.
Diwartakan sebelumnya, H membunuh FA di kontrakan milik kakek korban dan jasadnya disimpan di bak mandi.
H menyerahkan diri ke kantor polisi setelah sekitar 3 hari melarikan diri.
Dari hasil pemeriksaan sementara, ada dugaan fakta baru yang cukup membuat warga sekitar terkejut.
Pelaku pembunuhan yang merupakan tukang bubur ini diduga memiliki kebiasaan mencuri celana dalam wanita milik warga.
Hal itu baru diketahui oleh keluarga korban saat penyidik dari kepolisian datang untuk memastikan dugaan tersebut, Kamis (4/7/2019) sekitar pukul 15.00 WIB sore.
Sebab, disebutkan bahwa pelaku mengaku memiliki sebanyak 2 karung celana dalam perempuan hasil curian.
• Tukang Bubur Bunuh Bocah 8 Tahun Karena Kesal, Kecopetan & Dihantui Bikin Pelaku Serahkan Diri
• Tukang Bubur Bunuh Bocah 8 Tahun Karena Istirahatnya Terganggu, Ahli Saraf Menalar Isi Otak Pelaku
• Pelaku Pembunuh Bocah SD Menyerahkan Diri Karena Merasa Dihantui, Keluarga: Itu Dosa Dia
"Iya, pelaku katanya punya banyak celana dalam perempuan," kata paman korban, Agus (33) kepada wartawan, Kamis (4/7/2019).
Namun, Agus mengaku belum tahu detil terkait dugaan tersebut.
Dugaan tersebut diperkuat dengan penuturan dari sejumlah warga yang mengaku kerap kehilangan celana dalam saat dijemur di luar rumah.
Seperti yang dikatakan salah satu warga, Emma (30) saat berbincang dengan TribunnewsBogor.com, Kamis (4/7/2019) malam.

"Kehilangan delaman (celana dalam), ada, banyak mas. Iya emang banyak di sini yang suka kehilangan daleman mah," kata Emma.
Namun, dia mengaku bahwa selama ini warga tidak mengetahui pasti penyebab hilangnya celana dalam perempuan milik warga tersebut.
Sampai berita ini diturunkan, TribunnewsBogor.com belum mendapat keterangan dari kepolisian terkait hal ini.
Sang Ibu Histeris Saat Tiba dari Taiwan
Suara jerit dan tangis memecah kesunyian di lokasi pembunuhan FA di sebuah kontrakan di Desa Cipayung Girang, Megamendung, Kabupaten Bogor.
Suara tangis itu berasal dari Rahmawati, ibu dari FA.
Rahmawati baru saja tiba dari Taiwan, tempat dirinya bekerja sebagai TKW.
Rahmawati tiba di rumahanya yang tak jauh dari lokasi pembunuhan sekitar pukul 18.00 WIB, Kamis (4/7/2019).

Saat itu, Rahmawati memberanikan diri untuk menuju lokasi pembunuhan sang anak, dengan ditemani oleh sejumlah anggota keluarga dan kerabat.
Terpantau dia langsung masuk ke ruangan yang sudah disegel garis polisi yang merupakan tempat penemuan jasad.
Beberapa saat setelah itu, ia keluar menuju ruang tengah kontrakan dan langsung histeris.
Berkali-kali dia menyebut kata 'Teteh' yang merujuk pada nama panggilan anaknya yang menjadi korban pembunuhan tersebut.
• Keluarga Bocah SD yang Tewas di Bak Mandi Meradang Dengar Pengakuan Tukang Bubur: Keterlaluan !
• Tukang Bubur Tega Bunuh Bocah SD Hanya Karena Merasa Terganggu Oleh Korban Saat Istirahat
• Sebelum Menyerahkan Diri, Pembunuh Bocah SD Sempat Kabur ke Surabaya Hingga Cirebon
Suasana di lokasi yang awalnya hening, secara tiba-tiba ramai oleh para warga yang berdatangan karena mendengar suara histerisnya ibu korban itu.
"Gusti, eling (sadar), astagfirullahaladzim, Allahu Akbar," kata seorang anggota keluarga berkali-kali mencoba menenangkannya.
Sampai akhirnya, ibu korban ini terkulai lemas dikelilingi para anggota keluarga dan kerabat.
Diketahui, Rahmawati merupakan ibu kandung dari FA (8), korban pembunuhan yang jasadnya ditemukan dalam bak mandi kamar kontrakan pelaku berinisial H (23).
Ia menjadi TKI di Taiwan sebagai perawat khusus lansia kemudian ia mendadak memilih pulang setelah mendapat kabar dari Indonesia terkait putrinya.

Paman korban, Agus (33) mengaku bahwa keluarga FA memang keluarga sederhana, terlebih ayah korban, Taufik, hanyalah petugas teknisi hotel.
Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sebelum FA berumur masuk TK, sang ibu memilih berangkat ke Taiwan menjadi TKI.
Selama ini, FA kerap tinggal di dua lokasi yakni rumah orang tuanya dan rumah kakeknya yang menyatu satu atap dengan kontrakan pelaku di desa yang sama berjarak beberapa ratus meter.
Namun, korban dalam kesehariannya lebih sering tinggal bersama kakek neneknya.
"Dia udah dua kali pergi jadi TKW sejak FA masih kecil, sebelum masuk TK, soalnya sebelumnya sempet pulang dulu sekali. Kalau ditotal-total dia udah 5 tahun jadi TKW di Taiwan," ujar Agus.
(TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)