Fanli Tewas Setelah Dihukum Lari di Sekolah, Sang Ibu Ungkap Fakta Soal Anaknya, Guru CS Masih Syok
Pelajar SMP, Fanli Lahingide dikenal sosok yang pendiam dan rajin. Fanli meninggakl setelah dihukum lari oleh guru piket.
Penulis: Mohamad Afkar S | Editor: Damanhuri
Muhlis juga mengatakan, polisi sudah mendatangi tempat kejadian perkara. "Peristiwa ini sudah dilaporkan ayah korban ke polisi," tandasnya.
Sementara itu ibunda Fanlil Lahingide merasa terpukul dengan peristiwa itu.
"Anak saya pergi ke sekolah dengan keadaan sehat-sehat dan kembali sudah terbujur kaku," ujar Julian, Rabu (2/10/2019).

Menurutnya, hukuman yang diberikan kepada anaknya berlebihan.
"Kami tidak menerima ini. Apalagi guru yang menghukum anak saya Fanli pernah juga menghukum anak saya yang tua (Yulita) dengan mencubit sampai biru," terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa anaknya terbilang sosok yang pendiam.
"Anak saya itu pendiam dan rajin ke sekolah. Ke sekolah ayahnya yang selalu antar. Dia juga tidak ada sakit," cerita Julian dengan mata berkaca-kaca.
Ia berharap kejadian ini tidak terjadi sekolah lain.
• Prediksi Skor Barcelona vs Inter Milan Liga Champions 2019 Dini Hari Nanti Pukul 02.00 WIB
• Daftar 5 Film Indonesia yang Tayang di Bulan Oktober 2019, Ada Film Horor !
Dinas Pendidikan juga harus memperhatikan kejadian seperti ini.
"Cukup anak saya yang mengalami kejadian seperti ini. Kepolisian agar mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku bisa dihukum sesuai aturan," katanya.
Guru CS masih sakit dan belum diperiksa
Polisi belum bisa memeriksa guru piket berinisial CS yang memberikan hukuman lari kepada Fanli Lahingide (14), siswa SMP di Manado hingga tewas.
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani mengatakan, hal itu karena CS sedang sakit.
"Gurunya belum bisa diambil keterangan karena saat ini masih sakit. Informasi dia (CS) masih menjalai rawat jalan," ujar Muhlis saat diwawancarai di kompleks kantor DPRD Sulut, Rabu (2/10/2019).
• Koleksi Paman Bikin Ponakan Penasaran, Gadis Berusia 13 Tahun Dibuat Hamil 6 Bulan: Sebulan 3 Kali
Muhlis mengatakan, dokter telah melakukan pemeriksaan kepada CS dan tekanan darahnya naik.
"Itu alasannya kita belum bisa periksa. Kalau dipaksakan kemudian terjadi apa-apa, polisi lagi yang disalahkan. Iya, gurunya ikut mendampingi. Namun, saat itu dia syok hingga sakit," ujar Muhlis.
Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
Ada delapan personel yang ikut saat oleh TKP.
Untuk hasil otopsi, kata dia, hingga saat ini belum ada hasil.