Penjelasan Polisi Soal Aiptu Pariadi Tewas Bunuh Diri Usai Tembak Istrinya: Pistol Ada di Tangannya
Aiptu Pariadi merupakan polisi yang bertugas Satres Narkoba Polres Sergai. Sang itri diduga tewas setelah kepalanya ditembak oleh suaminya.
Penjelasan Polisi Soal Aiptu Pariadi Tewas Bunuh Diri Usai Tembak Istrinya: Pistol Ada di Tangannya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Seorang anggota polisi Aiptu Pariadi dan istrinya, Fitri tewas mengenaskan pada Sabtu (5/10/2019).
Pasangan suami istri ini tewas dengan luka tembak di tubuhnya.
Korban tewas saat berada di dalam rumahnya yang berlokasi di Desa Lidah Tanah, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.
Aiptu Pariadi merupakan polisi yang bertugas Satres Narkoba Polres Sergai.
Sang itri diduga tewas setelah kepalanya ditembak oleh suaminya yakni Aiptu Pariadi.
Tak hanya itu, Aiptu Pariadi pun ditemukan meninggal dunia diduga bunuh diri setelah menembak mati istrinya sendiri.
Hingga saat ini, aparat kepolisian setempat masih melakukan penyelidikan mendalam terkait tewasnya Aiptu Pariadi dan istrinya.
Kapolres Serdang Bedagai AKBP Juliarman Pasaribu tak menapik jika ada salah seorang anggotanya yang tewas.
Menurutnya, kasus tersebut hingga kini masih diselidiki.
Namun, kata Kapolres, berdasarkan hasil pemeriksaan di TKP rumah korban, jika senjata api ditemukan ada ditangan Aiptu Pariadi yang juga sudah tidak bernyawa.
"Sesuai prosedur yang berlaku masih dalam penyelidikan apa yang menjadi penyebab motif pelaku. Pas di lokasi ada di tangannya (pistol). Istri korban diduga ada dua lubang di bagian depan," kata Juliarman, Minggu (6/10/2019) seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari Kompas.com

Ketika ditanya apakah ada percecokan sebelum kejadian?
Kapolres ia tidak membantah sebagaimana diterangkan oleh anak korban.
"Sehari-hari di kantor bagus, tak pernah ada masalah. Baik supel, suka bercanda," ujar dia.
Senjata Aiptu Pariadi sempat ditarik Polda
Aiptu Pariadi adalah Kepala Tim (Katim) I Satuan Reserse Narkoba.
Hal ini dibenarkan oleh Kasat Resnarkoba Polres Serdang Bedagai, AKP Martualesi.
"Orangnya bagus dia ini, hari Kamis lalu dia masih ikut dalam penggerebekan kampung narkoba di Kampung Nagur. Jabatannya Katim I,"ujar Martualesi yang ditemui di lokasi kejadian Minggu, (6/10/2019).
Beberapa fakta baru didapat dari Martualesi atas kepemilikan senjata api yang dikuasai oleh Pariadi untuk kepentingan tugas.
Disebutnya baru dua bulan lalu senjata api yang dikuasainya ditarik.
Dikatakannya, bahwa sudah lama yang bersangkutan memegang senpi.
"Sempat ditarik senpinya karena masa berlakunya habis sekitar dua bulan lalu.
Tapi sebenarnya bukan ditarik lah dipulangkan ke logistik Polda,"kata Martualesi.
Untuk bisa dapat lagi menguasai senjata api, lanjut Martualesi yang bersangkutan mengikuti ujian di Polda Sumut.
Disebut tidak lama setelah masa berlakunya pemegangan senjata api habis ia pun kembali dapat lagi.
"Baru dapat lagi (izin) setelah dia ikuti ujian. Dia ya sudah memenuhi persyaratan makanya bisa dapat lagi. Kalau dia orangnya bagus. Tidak pernah kita dengar laporan tentang dia yang tidak bagus,"kata Martualesi.
Kronologi
Penemuan jenazah suami istri itu berawal pada Sabtu (6/10/2019) malam sekitar pukul 23.00 WIB, warga dihebohkan dengan suara tembakan dari arah rumah Pariadi.
Warga mendatangi rumah Pariadi dan menemukan keduanya tewas mengeluarkan banyak darah.
Aiptu Pariadi dan istrinya, Fitri tewas dengan luka tembak.
Tetangga korban, Mahmud mengungkap kondisi Aiptu Pariadi dan istrinya saat ditemukan tewas.
Mahmud mengatakan, kondisi kepala Aiptu Pariadi dan istrinya terluka parah.
Hal itu diketahuinya saat membantu polisi mengevakuasi jenazah Aiptu Pariadi dan istrinya.
"Bagian kepala keduanya itu berlumur darah semua," ujarnya seperti dilansir TribunnewsBogor.com dari Tribun Medan, Minggu (6/10/2019).
Lebih lanjut Mahfud mengatakan, jenazah Aiptu Pariadi dan istri ditemukan dalam posisi berdekatan.
"Istrinya di depan TV kalau suaminya dekat ruang tamu. Jarak sekitar 3 meter saja," ungkapnya.
Aiptu Paridi dan istrinya tewas meninggalkan tiga anaknya.
Belum diketahui secara pasti kronologi kejadian tersebut.
Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Medan, Aiptu Pariadi diduga lebih dulu menembak istrinya.
Kemudian Aiptu Pariadi yang bertugas di Polres Serdang Bedagai ini diduga melakukan bunuh diri dengan cara menembakkan senjata revolvernya ke kepala sendiri.

Saat kejadian, ada empat orang di dalam rumah.
Selain Aiptu Pariadi dan istrinya, ada pula dua anaknya yang sedang tidur.
Hal itu disampaikan langsung Kapolres Serdang Bedagai, AKBP Juliarman Eka Putra Pasaribu.
Ia mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi pada Sabtu (5/10/2019) sekira pukul 23.00 WIB.
"Jadi keduanya tewas dengan luka tembak di kepala. Anak korban ini ada 3 sebenarnya tapi yang di rumah ada dua orang, yang satu lagi sedang di luar rumah. Ini kita bawa ke Sultan Sulaiman untuk otopsi," kata Juliarman.
AKBP Juliarman pun menjelaskan jika Aiptu Pariadi dan istrinya, Fitri sedang dalam kondisi bertengkar sebelumnya.
Aiptu Pariadi dan istrinya tidak saling berkomunikasi.
"Keterangan dari anaknya sedang ada masalah mereka. Jadi tidak komunikasi,"ucap Jualiarman ketika ditemui di Tempat Kejadian Perkara Minggu, (6/10/2019).
Saat ini pihaknya masih memeriksa saksi-saksi khususnya dari keluarga yang bersangkutan.
"Kalau untuk luka kita masih tunggu hasil visum ya. Tapi dari kasat mata ada 3 lubang di kepala. Artinya memang ada 3 kali letusan," kata Jualiarman.
Temuan lubang di kepala itu pun nampak jadi petunjuk bagi pihak kepolisian.
Secara terperinci Juliarman tidak menyebutkan siapa yang terkena dua lubang dan satu lubang di kepala.
Namun informasi yang didapat istrinya terkena peluru senpi dua lubang di kepala sementara Pariadinya satu lubang.
Sementara itu tetangga Aiptu Pariadi, Anto mengaku mendengar suara tembakan tiga kali pada Sabtu malam kemarin.
" Sekitar jam 23.00 WIB itu. Aku sedang nonton TV karena ada bola. Itulah dengar tiga kali letusan. Setelah dengar dor..dor..dor aku langsung yakin, ini pasti suara (letusan) pistol,"ujar Anto yang ditemui di depan rumahnya Minggu, (6/10/2019).
Ia menyebut setelah mendengar hal itu selanjutnya ia pun langsung mematikan tv dan langsung keluar rumah.
Ketika itu disebut kedua anak Pariadi masing-masing Ical dan Selvi menjerit memanggil-manggil kakeknya.
" Yang Ical lari ke rumah kakeknya. Jerit-jerit bilang kakek-kakek cepat...lihat bapak... lihat mamak, cepat. Gitu lah dibilangnya sambil nangis,"kata Anto.
Karena jarak rumah Pariadi dengan orangtuanya hanya berjarak 50 meter, begitu langsung dikabari Ical, Ayah Pariadi, Paelan langsung lihat ke dalam rumah.
" Ya saat itu bapaknya (Paelan) hanya bisa bilang astagfirullahhalazim aja lah. Baru lah kemudian ramai datang orang. Ya enggak sangka juga kita bisa seperti ini. Setau kita harmonis nya rumah tangga mereka. Enggak ada kita dengar ribut-ribut. Istriku pun bilang gitu enggak ada pernah dengar mereka ribut juga,"kata Anto yang rumahnya hanya berjarak 5 meter dengan rumah keduanya.
Terpisah Ayah Pariadi, Paelan sempat menceritakan bagaimana awal mula dirinya mengetahui kalau anak dan menantunya itu tewas kepada polisi.
Disebutnya saat itu cucunya datang ke rumahnya yang memang berdekatan.
"Dibilang anaknya (anak Pariadi) kek lihat bapak...kek lihat bapak sama mamak, gitu.
Aku sudah tidur sebenarnya tadi di rumah. Kalau yang besar sedang di luar," kata Paelan pada polisi.