Dendam 16 Tahun Paman dan Keponakan Berakhir Mengerikan, Saksi Mata Ketakutan Lihat Tebasan Parang

Paman membantai keponakannya sendiri karena dendam selama 16 tahun. Korban tewas dengan kondisi mengenaskan.

Penulis: Damanhuri | Editor: Soewidia Henaldi
(Foto beredar di media sosial Facebook via Tribun Timur)
Paman dan Ponakan terlibat perkelahian menggunakan senjata tajam. Paman menghabisi nyawa keponakannya menggunakan parang. 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Duel maut paman dan keponakan membuat geger warga.

Betapa tidak, duel itu menyebabkan sang ponakan Daeang Sampara tewas dengan kondisi mengenaskan.

Daeang Sampara tewas akibat tebasan parang oleh Haji Saju (60) paman korban.

Peristiwa nahas ini terjadi di sebuah kebun yang berlokasi di Dusun Pangangpusang, Desa Taring, Kecamatan Biringbulu, Kabupaten Gowa pada, Senin (11/11/2019) pagi waktu setempat.

Saat ini, pelaku yang merupakan paman korban telah menyerahkan diri ke polisi.

Kasubbag Humas Polres Gowa AKP Mangatas Tambunan mengatakan, pelaku telah diamankan oleh aparat kepolisian.

Menurutnya, pelaku telah menyerahkan diri usai melakukan pembunuhan sadis tersebut.

"Terduga telah menyerahkan diri dan dievakuasi ke Polres Gowa," ujar AKP Mangatas Tambunan dikutip TribunnewsBogor.com dari Tribun Timur.

Keributan yang berujung tewasnya Daeng Sampara ini disaksikan oleh warga bernama Noro yang tengah mencari biji kemiri di kebun.

 Duel Maut Paman dan Ponakan, Warga Kaget Lihat Kepala Terpisah dari Tubuh

Tangkapan layar korban pembunuhan di Desa Taring, Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Tangkapan layar korban pembunuhan di Desa Taring, Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa. (Foto beredar di media sosial Facebook via Tribun Timur)

Noro pun memberikan kesaksiannya saat dimintai keterangan oleh polisi.

Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Biringbulu, Aiptu Andi Akbar menjelaskan, pertengkaran antara korban dan pelaku disaksikan oleh seorang warga bernama Noro.

Menurutnya, saat itu Noro tak sengaja melihat kejadian nahas yang berujung pada kematian.

Aiptu Andi Akbar mengatakan, awalnya saksi mata sedang mencari biji kemiri tak jauh dari lokasi kejadian.

Namun, saksi melihat ada pertengkaran antara korban dan pelaku dari jarak sekitar kurang lebih 70 meter.

 Tak Tahu Ada Jasad Ayahnya Terkubur, Fatim Dapat Pesan dari Korban Lewat Mimpi

Saat itu, pelaku terlihat menebaskan parang ke bagian leher korban yang tak lain adalah masih keponakannya sendiri.

Menurutnya, leher korban pun terputus dari badannya dan terpental sekitar 5 meter.

"Selanjutnya saksi lari ke perkampungan dan berteriak bahwa ada orang sementara diparangi," beber Aiptu Andi Akbar.

Petugas yang mendapatkan informasi dari warga langsung mengevakuasi jasad korban untuk dilakukan visum dan otopsi.

Hasil visum menunjukkan leher korban putus serta ada luka di siku tangan kanan, dan jari tangan kiri.

Setelah divisum, korban dibawa ke rumahnya di Dusun Batueja untuk dimandikan.

Jenazah korban rencananya akan dikebumikan pekuburan keluarga di kampung Balombong Kelurahan Camba Jawa Kecamatan Kelara Kabupaten Jeneponto.

Diduga Karena Masalah lahan

Menurut Kepala Desa Taring Abdul Azis Gassing menuturkan, pelaku dan korban masih satu rumpun keluarga.

"Iye. Pelaku ini adalah om korban. Jadi mereka masih satu rumpun keluarga," kata Aziz kepada Tribun Timur, Senin (11/11/2019).

Namun, keduanya tidak akur lantaran permasalahan sengketa lahan.

Lahan itu adalah tanah garapan yang sudah dikuasi pelaku sejak 16 tahun terakhir.

 Kronologi Pembunuhan Driver Ojol Wanita di Rusun Cakung, Tersangka Ternyata Tetangga Korban

 Kronologi Ibu Guru Ajak Muridnya Berhubungan Intim Bertiga dengan Pacar di Kos, Awalnya Diraba-raba

Rumah rumah duka, Daeng Sampara Bin Dading yang menjadi korban pembunuhan sadis di Biringbulu Kabupaten Gowa.
Rumah rumah duka, Daeng Sampara Bin Dading yang menjadi korban pembunuhan sadis di Biringbulu Kabupaten Gowa. (TRIBUN TIMUR/ARI MARYADI)

Dalam dua tahun terakhir, tanah itu rupanya bersengketa dengan korban.

Namun belum ada kesepakatan ataupun solusi dari masalah lahan tersebut

Aziz selaku kepala desa mengaku sudah beberapa kali mencoba memediasi keduanya.

Namun, mediasi yang dilakukan selalu menemui jalan buntu.

"Ini kasus lama, sudah hampir 16 tahun. Beberapa kali saya panggil tapi tidak ada kejelasan. Jadi saya bilang kosongkan dulu lahan," bebernya.

 Identitas Mayat dalam Koper Masih Misterius, Ini Kata Polisi Soal Ciri Khusus Pada Tubuh Korban

Aziz menuturkan, kasus ini juga sempat dibawa ke ranah hukum untuk mencari solusi atas sengseka lahan itu.

"Tapi ternyata keduanya melakukan pertemuan di kebun yang bersengketa tadi pagi. Mereka cekcok di sana," beber Aziz.

Pelaku dan korban bertemu pada lahan yang mereka sengketakan pukul 06:00 Wita. Pertemuan rupanya diwarnai cekcok dan pertengkaran.

"Badan dan kepala terputus dan terpental sekitar 5 meter," kata Aziz.

Menyebar di media sosial

Kasus ini pertama kali beredar di media sosial yang mengunggah foto korban dalam kondisi cukup mengenaskan.

Foto tersebut memperlihatkan korban yang tergeletak di tanah bebatuan.

Kejadian ini kemudian dibenarkan oleh Camat Biringbulu Yamin Basri yang kemudian turun ke lokasi setelah menerima laporan dari aparatnya.

Korban Sudah Dimakamkan

Daeng Sampara Bin Dading, korban pembunuhan sadis oleh pamannya telah dimakamkan di Kabupaten Jeneponto.

Ia dikebumikan di pekuburan keluarga di Kampung Balombong, Kelurahan Camba Jawa, Kecamatan Kelara, Kabupaten Jeneponto.

"Korban sudah dimakamkan di Kabupaten Jeneponto atas permintaan anaknya yang berada di sana," kata Camat Biringbulu, Yasmin Basri, Senin (11/11/2019).

Sesaat setelah ditemukan tidak bernyawa dan tanpa kepala, korban sempat dibawa ke Puskesmas Tonrorita untuk dilakukan visum pada pukul 10:30.

Hasil visum menunjukkan leher korban putus. Kemudian luka siku tangan kanan, dan jari tangan kiri.

(TribunnewsBogor.com/Tribun Timur)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved