Soal Imbauan Pejabat Tak Beri Salam Lintas Agama, Dedi Mulyadi: Wajib Tegakan Salam Apapun Agamanya

Menurut Dedi Mulyadi, seorang pemimpin wajib menegakan salam kepada semua orang apapun agamanya.

Penulis: Vivi Febrianti | Editor: Vivi Febrianti
TRIBUN JABAR
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menanggapi imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur agar pejabat tidak memberikan salam lintas agama.

Imbauan itu pun didukung oleh MUI Pusat dan mendapat banyak tanggapan, termasuk dari Dedi Mulyadi.

Ketua DPD Partai Golkar itu menilai bahwa pejabat sudah seharusnya bisa menegakan salam (keselamatan, kedamaian & kesejahteraan) kepada semua warga apapun agamanya.

Belakangan ini publik memang tengah dihebohkan dengan imbauan dari MUI Jatim tersebut.

Dilansir dari Tribunnews.com, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur Abudusshomad Buchori, menyatakan anjuran untuk tidak mengucapkan salam lintas agama.

Hal itu merupakan hasil putusan dari Rapat Pimpinan (Rapim) Pertemuan Nasional MUI di NTB (7/11/2019).

"Ucapan salam lintas agama itu bukan manifestasi dari toleransi, itu bukan merupakan perwujudan dari kerukunan," kata Abudusshomad dilansir dari YouTube tvOneNews (11/11/2019).

Arti toleransi sebenarnya yakni, mau menerima perbedaan dan ada kesiapan untuk menerima perbedaan.

"Tidak mengucapkan salam lintas agama bukan berarti tidak rukun," tambahnya.

Menurutnya, mengucapkan salam lintas agama justru malah terkesan memaksakan.

Terbitnya fatwa terkait anjuran tidak mengucapkan salam lintas agama ini dilandasi ajaran agama Islam.

Dalam Islam, salam merupakan doa yang sifatnya eksklusif dan merupakan bagian dari ibadah.

Sementara di masing-masing agama mempunyai ajarannya sendiri-sendiri dalam berdoa.

Ketua MUI Kabupaten Bogor: Cadar dan Celana Cingkrang Tak Ada Hubungannya dengan Terorisme

Raul Lemos Posting Selingkuh dan Kebohongan, Guru Spiritual Krisdayanti Singgung soal Gesekan

Anjuran untuk tidak mengucapkan salam lintas agama ini mendapatkan dukungan dari Sekjen MUI Pusat.

Selanjutnya MUI Jawa Timur masih akan membahas lebih dalam lagi dengan MUI Pusat.

Hal itu disampaikan oleh Dedi Mulyadi di akun Twitter miliknya, @DediMulyadi71 Senin (12/11/2019).

Pada Tweet-nya itu, Dedi Mulyadi mengomentari artikel berita yang berjudul "MUI Dukung Imbauan Pejabat Tak Beri Salam Lintas Agama, Ini Alasannya".

Alih-alih tak setuju dengan imbauan tersebut, Dedi Mulyadi malah mengajak masyarakat untuk menegakkan salam di seluruh agama.

Pun menurutnya, pimpinan wajib menegakan salam apapun agamanya.

"Mari kita tegakan salam dari seluruh agama.

Pemimpin wajib menegakan salam (keselamatan, kedamaian & kesejahteraan) apapun agamanya.

Yakni, jika sakit, maka rakyat selamat karena ada yang mengobati.

Jika lapar, maka rakyat selamat dari kelaparannya karena ada yang memberi beras," tulisnya.

Cara Pendaftaran CPNS 2019: Registrasi Akun di sscasn.bkn.go.id, Syarat Dokumen, Login & Cetak Kartu

Wacana Larangan Cadar dan Celana Cingkrang Jadi Polemik, Ini Kata Ketua MUI Kabupaten Bogor

Tak hanya itu, menurutnya ada yang menjamin keselamatan rakyat, pendudukan, dan lingkungan yang bersih hanya dengan salam.

"Jika berkendara di jalan raya, rakyat selamat karena ada yang menjamin keselamatannya.

Jika butuh pendidikan, maka rakyat selamat karena ada yang mengajarkan budi pekerti kepadanya.

Jika butuh lingkungan yang bersih, maka rakyat selamat karena ada yang menjaga lingkungan," tulisnya lagi.

Ia pun kembali menegaskan bahwa semua pemimpin wajib menegakan salam apapun agamanya.

"Setiap pemimpin wajib menegakan salam,

dari agama apapun dan dari golongan manapun," tandasnya.

Kronologi Paman Bunuh Keponakan di Kebun Karena Masalah Ini, Badan dan Kepala Korban Terputus

Visum Siswi SMK Dipaksa Thereesome bareng Pacar Guru, Tak Kuasa Melawan saat Ibu Guru Lakukan Ini

MUI Pusat Mendukung

Sementara itu, anjuran yang sifatnya masih berupa imbauan ini mendapatkan tanggapan dari Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masduki Baidlowi.

Masduki Baidlowi medukung imbauan yang dinyatakan MUI Jawa Timur.

"Imbauan kan sifatnya bisa diikuti, juga bisa tidak diikuti, kalau diikuti ya baik" kata Masduki Baidlowi.

Menurutnya, alasan yang diberikan MUI Jawa Timur bisa dipahami duduk perkaranya.

Ia juga menjelaskan 'assalamualaikum' mempunyai tiga kata kunci yang sangat baik.

Pertama yakni salam yang berarti keselamatan, kedua yakni rahmat yang berarti keberkahan yang diberikan Tuhan kepada manusia, dan yang ketiga yakni berkah.

"Tiga kata kunci itu merupakan tiga kata kunci yang sangat baik yang diajarkan Rasul kepada mansia," katanya.

Selain mendukung pernyataan MUI Jawa Timur, Masduki Baidlowi juga berharap, adanya fatwa ini tidak menjadi persoalan yang akan memecah belah bangsa Indonesia.

"Jangan gundah, jangan sampai persoalan ini menjadi kontroversi, karena ini hanya persoalan bagaimana kita bergaul," ungkapnya.

Indonesia adalah bangsa majemuk, toleransi dan empati sangat ditekankan.

Ketua KPU Sarankan Undang-Undang Pilkada Direvisi, Ini Alasannya

Ramalan Zodiak Hari Ini Selasa 12 November 2019: Leo Jangan Gengsi Bilang Cinta, Pisces Hati-hati !

Toleransi dapat diwujudkan dengan mengucapkan salam dari satu agama dan agama lain mampu menghargainya.

Empati dapat diwujudkan dengan mengucapkan salam kepada orang yang berbeda agama.

Masduki Baidlowi memberikan contoh, tidak apa-apa muslim mengucapkan 'selamat natal' kepada umat kristen/katolik, karena itu merupakan bagian dari empati.

Salam lintas agama mulai tampak di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Saat membuka acara kenegaraan, Jokwoi mengawalinya dengan mengucapkan salam 'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Shalom, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan'.

'Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh' ucapan salam yang berasal dari agama Islam, yang artinya semoga Allah SWT melimpahkan keselamatan, rahmat dan keberkahan untukmu/kalian.

Sementara itu “Salam sejahtera bagi kita semua” merupakan salam yang diucapkan umat Kristen, “Shalom” diucapkan umat Katolik, “Om swastiastu” dari Hindu Bali, “Namo buddhaya” dari Buddha, dan “Salam kebajikan” dari Konghucu.

(TribunnewsBogor.com/Tribunnews.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved