Mahasiswa Unsika Tewas
Isi Puisi Alief Rindu, Mahasiswa yang Tewas di Goa Lele, Dosen Sastra : Ada Diksi yang Menggetarkan
Alief Rindu Arrafa merupakan satu dari tiga Mahasiswa Unsika yang tewas akibat terjebak di Goa Lele, Kampung Tanah Bereum, Desa Tamansari, Kabupaten K
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Ardhi Sanjaya
TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Singaperbangsa Karawang, Alief Rindu Arrafa rupanya gemar menulis puisi.
Dosen Unsika bahkan mengaku tergetar ketika membaca puisi Alief Rindu Arrafa.
Menurut Dosen Teori Sastra, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) Sahlan Mujtaba ada diksi dalam puisi Alief yang menggetarkan.
Alief Rindu Arrafa merupakan satu dari tiga Mahasiswa Unsika yang tewas akibat terjebak di Goa Lele, Kampung Tanah Bereum, Desa Tamansari, Kabupaten Karawang.
Jenazah Alief dievakuasi Tim SAR Gabungan pada Senin (23/12/2019).
Alief bersama 15 rekannya melakukan kegiatan susur goa pada Minggu (22/12/2019).
Rombongan terdiri dari 9 orang Mahasiswa Unsika dan 6 orang Mahasiswa Polibisnis Purwakarta.
Melansir Kompas.com, Mapalaska, mendapat permintaan dari mahasiswa Polibisnis Purwakarta untuk sharing soal susur Goa.
Mereka tak menyangka cuaca berubah drastis dalam waktu kurang dari satu jam.
Setelah tim setengah jam di dalam Goa, tiba-tiba hujan turun lebat.
Saat itu menjukkan waktu pukul 14.30 WIB.
Ketua Adat Mapalaska, Wido Arya Ritaldi mengatakan, begitu hujan turun, tiga orang yang bertugas di mulut Goa, sempat memberikan informasi kepada tim yang bertugas di dekat mulut Goa.
Tiga orang yang berjaga kemudian meneruskan informasi perubahan cuaca kepada lima orang yang sedang eksplor di dalam.
"Akhirnya tim eksplore segera menarik diri untuk kembali," kata Wido.

Wido mengatakan, 5 orang tersebut mencoba bergerak dengan cepat.
Namun, saat kedalaman 30 meter di bawah tanah, air tiba- tiba masuk ke dalam Goa.
Saat itu, air tiba- tiba muncul dari semua celah dan lubang Goa.
Mereka pun terhadang banjir bandang yang muncul dari segala arah.
"Sekitar 30 menit setelah banjir mulai surut, baru korban ditemukan sama rekan-rekan yang selamat," ungkapnya.

Dosen Alief, Sahlan, mengaku mendapat kiriman puisi dari dosen lain.
Berikut ini isi puisi karya Alief Rindu Arrafa :
Seperti angin menembus malam
ia tak henti henti menyerbu alam
dikala fajar memaksa tumbuh
bulan yang perlahan berpulang
udara yang semakin membekukan rusuk
aku tak ingin lenyap ditelan gelap
ia berkata waktu aku akan mati padanya
pohon ber-iringan menari dalam kepalsuan
aroma wangi yang semakin mengutuk mental
hanya bibir yang berucap tanpa arah
menunggu tibanya keajaiban Tuhan
Malaikat bertopeng telah tiba, diantara deras sungai di mana Tuhan melepaskan tangannya.
Hanya mereka yang hancur diikat ketakutan, akankah yakin semua berakhir.
Kini aku telah lahir, bunga mekar yang indah.
11-11-19 II Gn. Burangrang, Purwakarta
"Ada diksi yang cukup menggetarkan, apalagi dengan kejadian ini," ujar Sahlan Mujtaba.
Bahkan saat mengenang Alief, mata Sahlan sempat berkaca-kaca.
Bagi Sahlan, Alief Rindu Arrafah merupakan mahasiswa yang kritis dan produktif.
"Dia selalu duduk paling depan," kata Sahlan.
Pekan lalu, Alief juga tak absen dari sebuah diskusi sastra pun dengan sikap kritisnya itu.
Ia juga dikenal rajin.
"Ia (Alief) selalu banyak bertanya, mengkritisi. Itu bagi saya cukup jarang ya bagi mahasiswa sekarang," katanya.

Sahlan juga mengaku kerap melempar candaan terhadap mahasiswa asal Kabupaten Bogor itu.
Sebab, tiap kali bertemu dengannya, Alief selalu cium tangan.
Sementara Sahlan orang yang tak menginginkan itu.
"Saya becandain ngapain kamu cium-cium tangan? Dia hanya ketawa saja," kenangnya.(*)