Tanggapi Sunda Empire dan Kerajaan Fiktif di Indonesia, Para Raja se-Nusantara Geram: Gak Lucu!

Raja se-Nusantara tampaknya geram dengan kemunculan kerajaan dan kekaisaran fiktif di Indonesia yang belakangan ramai menjadi sorotan media.

Penulis: Damanhuri | Editor: Vivi Febrianti
Tribun Jabar/Mega Anugrah/youtube Indonesia Lawyers Club
petinggi Sunda Empire Rangga Sasana, Nasri Banks dan Ratu ditetapkan sebagai tersangka 

Sementara itu, di Tangerang Banten muncul King of The King yang mengklaim raja dari semua raja di dunia.

Ia sesumbar memiliki harta puluhan ribu triliun dan akan melunasi hutang negara.

Ketua harian Majelis Adat Kerajaan Nusantara YM KPH Eddy S Wirabhumi dari Kasunanan Surakarta mengatakan, raja fiktif yang muncul belakanga ini sama sekali tidak mencerminkan identitas bangsa.

Ia pun meminta agar jangan disamakan dengan raja sesungguhnya yang memang memiliki keturunan bangsawan dan trah kerajaan.

"Jangan disamakan mohon maaf ya yang sekarang lagi euforia, raja-rajaan, tidak lucu," ujar Eddy.

"Beliau-beliau itu orang yang terhormat karena garis keturunannya jelas. Mohon maaf jangan samakan dengan kelompok halusinasi. Kalau yang ada di sana itu adalah mimpi-mimpi kosong," tegasnya saat melakukan pertemuan di Tangerang, Rabu (29/1/2020) mengutip Tribun Jakarta.

Viral Formulir Pendaftaran Sunda Empire, Siapkan Foto 200 Lembar Hingga Belajar Jurus Kamehameha

26 raja se-Nusantara hadir di Hotel Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) dalam forum Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), Rabu (29/1/2020).
26 raja se-Nusantara hadir di Hotel Swiss-Belhotel Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) dalam forum Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), Rabu (29/1/2020). (TRIBUNJAKARTA.COM/JAISY RAHMAN TOHIR)

Menurut Eddy, munculnya narasi mimpi kosong yang dijual para raja fiktif itu karena masyarakat menginginkan adanya perubahan.

"Masyarakat kita ingin ada perubahan di dalam hidupnya, lalu mereka mencoba untuk mengisi itu dengan memberikan mimpi-mimpi kosong kepada masyarakat, masuk lah itu," ujarnya

Menurutnya, situsi itu harus dipahami hikmahnya untuk kembali kepada kebudayaan asli Indonesia.

"Jadi menurut saya, hikmahnya adalah kembali kepad ajati diri kebudayaan kita, kota cintai kebudayaan kita sendiri melalui pusat-pusat kebudayaan yang sudah ada ini," ujarnya.

Eddy menegaskan bahwa raja dan kerajaan asli Indonesia konsisten sejalan dengan pemerintah.

"Gini, kalau yang asli pasti tidak aneh-aneh pemikirannya, pemikirannya in line sama pemerintah. Kalau sudah ngomongnya tentang di luar, itu pasti palsu," ujarnya.

Berbeda dengan narasi para raja fiktif, raja se-Nusantara itu lebih meromantisasi sejarah sebagai identitas.

Dewan Raja YM SPDB Pangeran Edward Syah Pernong dari Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak, Kepaksian Pernong Lampung mengatakan, narasi tentang kontribusi para raja dalam membantu kemerdekaan Indonesia selalu diucapkan.

Bahkan awal kemunculan kerajaan sebelum Indonesia merdeka menjadi syarat mutlak kerajaan itu sendiri.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved