Suami BCL Meninggal
BCL Sudah Senyum Sejak Ditinggal Ashraf Meninggal, Pakar Ekspresi : Jauh Kalau Bicara Ikhlas
BCL Sudah Bisa Senyum Sejak Hari Kedua Ashraf Meninggal, Pakar Eskpresi : Jauh Kalau Bicara Sudah Ikhlas
Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Mohamad Afkar Sarvika
" ada 5 tahapan dalam berduka, tahapan penolakan, frustasi, marah dan itu harus dilewatin, dia (BCL) belum, ketika bangun di pagi hari dia masih ini mimpi, dia masih ditahap pertama, jauh kalau kita bicara sudah ikhlas," kata Kirdi Putra.
Seoarang psikolog bernama Indah Sundari pun angkat bicara mengenai kondisi psikis BCL dan sang anak, Noah Sinclair yang masih berusia 10 tahun.
Ketika di acara Hotman Paris Show (26/2/2020), sang co-host Lolita Agustine menyinggung perihal trauma yang dialami BCL.
Apalagi BCL sampai enggan tidur di kamarnya sendiri setelah sang suami tercinta meninggal dunia
"Kalau saya memposisikan diri saya sebagai istrinya Ashraf, mungkin saya kan terpukul. Banyak banget media yang datang.
Belum lagi Unge kabarnya sampai trauma, sampai sekarang belum berani tinggal di kamarnya dengan Ashraf," ujar Lolita Agustine
"Kalau mbak Indah sendiri, apa tanggapannya melihat ini?" tanya Lolita Agustine.
Ditanya seperti itu, sang psikolog mengaku bahwa apa yang dialami BCL saat ini belum bisa disebut trauma.
Pasalnya, kejadian yang disebut trauma itu jika hal tersebut sudah terjadi selama 6 bulan
"Sebenarnya kita belum bisa bilang Unge ini memiliki trauma. Karena kejadian bisa dikatakan trauma jika sudah lebih dari 6 bulan. Jadi kalau efeknya masih dirasakan selama 6 bulan kejadian, itu bisa disebut trauma," ungkap sang psikolog.
"Oh, jadi lebih tepat disebut BCL sedih sekarang ini?" tanya Hotman Paris.
"Berduka bang," jawab sang psikolog.
Kemudian, sang psikolog menjelaskan bahwa apa yang sedang dirasakan BCL ini adalah kumpulan dari rasa duka.
"Jadi kita gak bisa bilang Unge trauma. Tapi memang ini adalah rangkaian dari rasa duka yang memang sedang dirasakan oleh yang bersangkutan," paparnya.
"Kalau memang ini masih ada selama 6 bulan, bisa disebut trauma?" tanya Lolita Agustine.
"Ya itu bisa disebut trauma," jawab sang psikolog.