Firasat sang Ibu Sebelum Polisi Ungkap Kasus Mayat Siswi SMP di Gorong-gorong: Saya Nangis

tersangka Budi Rahmat sudah diamankan polisi setelah polisi melakukan penyelidikan dan memeriksa keterangan saksi.

Penulis: Damanhuri | Editor: Damanhuri
kolase/Kompas.com/Tribun Jabar
Wati Fatmawati (46) ibunda siswi SMP yang anaknya ditemukan tewas di gorong-gorong 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Wati Fatmawati (46) mengaku seolah mendapat firasat sebelum polisi mengungkap kasus kematian putrinya DS (13).

Seperti diketahui, DS siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang tewas di gorong-gorong sekolahnya.

Polisi pun mengungkap kasus kematian siswi SMP di Tasimmalaya itu pada Rabu (26/2/2020).

Pelaku pembunuhan diketahui tak lain adalah ayah kandung korban yakni Budi Rahmat (45).

Seperti diberitakan sebelumnya, korban DS seorang siswi SMP di Tasikmlaya ditemukan tewas di gorong-gorong depan sekolahnya.

Siswi SMPN 6 Tasikmalaya itu ditemukan masih memakai seragam pramuka pada Senin 21 Januari 2020 lalu.

Saat ini, tersangka Budi Rahmat sudah diamankan polisi setelah polisi melakukan penyelidikan dan memeriksa keterangan saksi.

Ibunda korban ingin pelaku yang tak lain mantan suamina mendapat hukuman setimpal.

Wati Fatmawati (46), ibu kandung korban, menceritakan firasat yang ia rasakan sebelum mendapatkan kabar pelaku pembunuhan anaknya sudah ditangkap.

Kisah Wanita Hamil Tewas Ditabrak Emak-emak Belajar Mobil, 6 Tahun Menikah Baru Ini Dikasih Anak

Tim Inafis Polres Tasikmalaya Kota sedang mengevakuasi temuan mayat perempuan berseragam Pramuka di drainase depan gerbang SMPN 6 Tasikmalaya, Senin (27/1/2020)
Tim Inafis Polres Tasikmalaya Kota sedang mengevakuasi temuan mayat perempuan berseragam Pramuka di drainase depan gerbang SMPN 6 Tasikmalaya, Senin (27/1/2020) (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

Wati mengatakan, sehari sebelum diumumkan penyebab kematian korban oleh polisi, sang ibu membereskan pakaian anaknya yang beada di lemari.

Saat itu, Wati mengaku teringat hendak memindahkan pakaian korban dari kamar tidurnya yang saat ini dipakai oleh adik korban yang masih berumur 11 tahun.

Pakaian korban pun dibereskan dan dikumpulkan dalam satu lemari khsusus di bagian tengah rumah.

Wati pun tiba-tiba terhenyak saat melihat pakaian seragam biru putih korban dan teringat dengan seragam Pramuka yang dikenakan korban saat ditemukan membusuk di gorong-gorong sekolahnya.

"Mungkin kemarin ada tanda-tandanya (firasat), saat membereskan pakaian almarhumah (Delis) saya langsung menangis dan teringat seragam pramuka korban yang masih terpakai saat ditemukan tewas. Saya pun menangis lama," kata Wati.

"Padahal, saya selama beberapa pekan ini sudah berusaha tegar," lanjut Wati, sembari mencucurkan air mata dengan tatapan kosong kepada empat orang wartawan di depannya, Rabu malam.

KRONOLOGI Wanita Hamil Ditabrak Emak-emak yang Belajar Mobil, Tubuh Korban Tergencet Tiang Listrik

 Motif Pembunuhan Siswi SMP di Gorong-gorong Terungkap, Pelakunya Ternyata Sosok Pria Tua Ini

Kronologi

Dilansir dari Kompas.com, Budi Rahmat mencekik anaknya sendiri hingga tewas karena kesal dimintai uang oleh korban untuk biaya study tour.

Sesuai informasi dari kepolisian setempat, kejadian bermula saat korban mendatangi tempat kerja ayahnya sepulang sekolah dengan menumpangi angkutan umum, Kamis (23/1/2020) sore.

Setibanya di tempat kerja pelaku, yaitu salah satu rumah makan di Jalan Laswi, Kota Tasikmalaya, korban bertemu dengan ayahnya dan meminta uang Rp 400.000 untuk study tour sekolahnya ke Bandung.

Pelaku memberi uang kepada korban Rp 300.000 kepada korban.

Sebagian di antaranya, Rp 100.000 hasil pinjaman dari bosnya.

Namun uang pemberian ayahnya tidak cukup untuk membayar biaya study tour yang totalnya Rp 400.000.

Korban pun kembali meminta kekurangannya.

Di sana lah pelaku emosi dan membawa korban ke rumah kosong lalu membunuhnya dengan cara dicekik.

"Karena korban merasa pemberian uang ayahnya kurang, korban dibawa ke rumah kosong dan sempat cekcok dengan pelaku. Lokasi rumah kosong itu dekat dengan tempat kerja pelaku sekaligus TKP pembunuhan terjadi," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat konferensi pers, Kamis (27/2/2020) siang.

Pengakuan ayah dari siswi SMP yang ditemukan tewas di gorong-gorong terkait kematian anaknya dianggap psikolog tak rasional.
Pengakuan ayah dari siswi SMP yang ditemukan tewas di gorong-gorong terkait kematian anaknya dianggap psikolog tak rasional. (KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA/TribunJabar/ist)

Setelah diketahui meninggal, pelaku sempat membiarkan mayat anaknya di sebuah ruangan kamar rumah kosong tersebut.

Ia kemudian kembali bekerja sekitar pukul 16.00 WIB, Kamis (23/1/2020) sore.

Setelah selesai bekerja sekitar pukul 21.00 WIB di hari yang sama, pelaku kembali ke TKP untuk menyembunyikan mayat anaknya di gorong-gorong sekolah korban, SMPN 6 Tasikmalaya.

"Tujuan pelaku menyembunyikan mayat anaknya di gorong-gorong sekolahnya supaya dikira bahwa kematian anaknya karena kecelakaan," tambah Anom.

 Ini Alasan Sang Ayah Sembunyikan Jasad Anaknya di Gorong-gorong, Sempat Cekcok di Rumah Kosong

"Mayat korban didorong-dorong dipaksa masuk ke gorong-gorong itu sampai ke dalam sekitar 2 meter. Saat kejadian tak ada saksi mata yang melihat karena kondisinya hujan deras," ungkap Anom.

Sampai saat itu, korban dikabarkan hilang dan sempat dicari oleh ibunya dan pihak sekolah.

Wakil Kepala SMPN 6 Tasikmalaya Saefulloh sempat mendatangi pelaku dan mengaku bahwa DS bersamanya.

Lalu pelaku mengaku berbohong karena ingin pihak sekolah segera hengkang.

Sampai akhirnya mayat DS ditemukan oleh seorang warga sekitar di dalam gorong-gorong setelah curiga saluran air mampet pada Senin (27/1/2020).

 Terungkap dari Jejak Sendal

Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya Kota berhasil mengungkap misteri kematian siswi SMP yang jasadnya ditemukan di gorong-gorong sekolah, Kamis (27/2/2020).

Siswi bernama DS itu ternyata korban pembunuhan oleh ayahnya sendiri.

Pengungkapan kasus ini berawal dari temuan jejak sepatu korban dan sandal pelaku di lokasi kejadian saat proses penyelidikan.

jj

Satreskrim Polres Tasikmalaya menunjukkan beberapa barang bukti dan lokasi kejadian pembunuhan siswi SMP tewas di gorong-gorong sekolah oleh ayah kandungnya sendiri, Kamis (27/2/2020).(KOMPAS.COM/IRWAN NUGRAHA)

"Kasus ini terungkap berawal dari temuan jejak sepatu korban dan sandal pelaku di lokasi kejadian," jelas Kepala Polres Tasikmalaya Kota AKBP Anom Karibianto saat konferensi Pers di kantornya, Kamis (27/2/2020).

Anom menambahkan, pelaku sebelumnya sudah dimintai keterangan oleh kepolisian sampai tiga kali selama penyelidikan sebulan ini.

Namun, pelaku saat itu menyangkal bahwa dirinya adalah pelaku pembunuhan anaknya sendiri.

 Bunuh dan Buang Jasad Anak Kandungnya di Gorong-gorong Sekolah, Budi Diancam 20 Tahun Penjara

"Sebelumnya menyangkal terus, sudah tiga kali diperiksa pelaku oleh kepolisian. Sampai akhirnya kita temukan bukti-bukti lengkap dan membawa pelaku ke lokasi kejadian sampai akhirnya mengakui perbuatannya," kata Anom.

Pelaku selama ini menyembunyikan mayat korban di gorong-gorong supaya dianggap sebagai korban kecelakaan.

Namun, aksinya tersebut terungkap oleh Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota yang terus melakukan penyelidikan.

Kini pelaku telah ditangkap dan ditahan di sel Polres Tasikmalaya Kota.

Pelaku terancam kurungan penjara selama 20 tahun.

"Pelaku melanggar pasal 76c Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak di mana ancaman hukumannya adalah 15 tahun. Namun karena tersangka adalah ayah korban ditambah 5 tahun," ungkap Anom.

(Tribunnews.com/Kompas.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved