Teror Virus Corona

Tak Rela Wali Murid Berutang Demi Anak di Tengah Wabah, Cara Guru Agar Muridnya Belajar Tuai Pujian

Kisah guru SD Avan datangi rumah muridnya demi kepentingan belajar di tengah pandemi Covid-19.

Dok.Avan Fathurrahman via Kompas.com
Avan Fathurrahman, guru SDN Batu Putih Laok saat berada di rumah muridnya sambil memberikan tugas dan buku pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan Avan seminggu tiga kali. 

"Saya larang wali murid ganti handphone yang tanpa internet ke smartphone. Apalagi dia mau utang dulu. Ini memilukan bagi saya sehingga saya memilih datangi murid-murid," jelasnya.

Di sisi lain, ia mengaku was-was saat menjalankan ativitasnya itu.

Avan pun menjelaskan bahwa bukan berarti dirinya tidak takut dengan ancaman pandemi virus corona.

Namun, hal itu ia lakukan demi kepentingan muridnya.

"Saya harus melanggar imbauan pemerintah. Jadi jelas, saya belum menjadi Guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah. Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi?
Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari wabah penyakit, termasuk covid-19. Amin," terang Avan.

3 Tahanan Positif Corona, Ini Hasil Rapid Test Petugas dan Warga Binaan

Ini Daftar Kecamatan di Kabupaten Bogor yang Masih Aman dari Covid-19, 16 Kecamatan Masuk Zona Merah

Tulisan Avan itu pun sontak ramai perbincangkan pengguna media sosial.

Tak sedikit yang mengapresiasi perjuangan Avan itu.

Berikut cerita lengkap Avan di media sosial Facebook pribadinya :

"Ternyata saya belum jadi Guru yang baik.

Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah. Ini jelas tidak bisa saya lakukan, karena murid saya tidak punya sarana untuk belajar dari rumah. Mereka tidak punya smartphone, juga tidak punya laptop. Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid.

Beberapa minggu yang lalu, ada salah seorang wali murid yang bilang ke saya, bahwa akan mencari pinjaman uang untuk membeli smartphone. Karena mendengar kabar bahwa rata-rata, anak-anak harus belajar dari HP cerdas. Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya. Saya memberikan pemahaman bahwa belajar di rumah, tidak harus lewat HP. Siswa bisa belajar dari buku-buku paket yang sudah dipinjami dari sekolah. Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari.

Lega.
Ada raut kegembiraan di wajahnya.

Jadi, di masa pandemik ini, saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Medan yang saya tempuh juga lumayan jauh. Selain jarak antar rumah siswa memang jauh, jalan menuju ke masing-masing rumah siswa bisa dibilang kurang bagus. Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa.

Saya sadar ini melanggar imbauan pemerintah agar tetap bekerja dari rumah. Tapi mau gimana lagi? Membiarkan siswa belajar sendiri di rumah tanpa saya pantau, jelas saya kurang sreg. Bukan tidak percaya pada orang tua mereka. Tapi saya tahu, bahwa sekarang mereka sibuk. Ini masa panen padi.

Setiap hari orang tua siswa itu harus bekerja ke sawah. Ikut gotong-royong panen padi dari tetangga yang satu ke tetangga yang lain. Kebiasaan ini mereka bilang "otosan". Jadi anak-anak harus belajar sendiri. Malam, mereka ke langgar. Maka sayalah yang harus hadir untuk mendampingi mereka begiliran meski sebentar. Menjelaskan materi, Memberikan petunjuk tugas, mengoreksi tugas yang diberikan sebelumnya, termasuk memberikan apresiasi pada pekerjaan mereka.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved