Masih Ada yang Berjamaah di Masjid, Ustaz Abdul Somad : Insallah Jamaah Dengar Kalau Perut Kenyang

Tak hanya ibadah saja, pemerintah juga meminta masyarakat untuk bekerja di rumah dan belajar dari rumah.

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Damanhuri
ILC
Ustaz Abdul Somad 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Ustaz Abdul Somad menanggapi soal masih adanya jamaah yang shalat berjamaah di masjid.

Padahal, pemerintah telah meminta agar melakukan ibadah di rumah.

Tak hanya ibadah saja, pemerintah juga meminta masyarakat untuk bekerja di rumah dan belajar dari rumah.

Ustaz Abdul Somad awalnya menjelaskan soal sebuah hadist.

"saya menjelaskan secara fikih, dalam sebuah hadist kalau kamu mendengar ada suatu wabah di sutau negeri, janganlah kamu datang ke negeri itu,

kalau wabah itu terjadi kamu berada di dalam negeri itu jangan pula kamu keluar dari negeri itu melarikan diri,

itulah yang disebut social distancing atau lockdown, phsycal distancing, PSBB," kata Ustaz Abdul Somad di Indonesian Lawyers Club ILC Ibadah Sampai Mudik.

Ustaz Abdul Somad juga mengatakan, zaman dulu sebuah wilayah dibatasi tembok besar.

" bahwa zaman dulu seperti ada tembok di sekiling, lalu ada pintu gerbang,

jadi kalau ada suatu wabah orang yang di dalam tembok tidak boleh keluar, yang di luar tembok juga tidak boleh datang ke dalam, " kata UAS sapaan karib Ustaz Abdul Somad.

Ustaz Abdul Somad mengatakan virus corona saat ini tak ada yang tahu berada dimana.

"Sekarang skuipnya lebih kecil lagi, wabah ini bukan hanya di suatu negeri tapi sudah masih ke dalam rumah, kita tidak tahu rumah siapa yang didatangi virus, hampir semua,

saya tidak tahu tetangga saya ada, rumah pejabat bisa kena maka tidak ada solusi lain, kita tetap di rumah karena rumah kita yang steril," kata Ustaz Abdul Somad.

Kemudian Ustaz Abdul Somad kembali menjelaskan sebuah hadist.

"larilah engkau dari orang yang terkena penyakit menular seperti kau lari dari singa," kata Ustaz Abdul Somad.

UAS mengambil satu contoh yang dilakukan sejumlah negara.

Ia mengaku masih berkomunikasi dengan orang di Maroko.

"simple, sederhana dan itu dilakukan di Maroko, saya masih kontak ke ade kelas saya, ada kalian sholat jamaah jumat ? fardhu ? tidak ada, tutup semua

Mesir juga begitu, masjid tempat saya maka saya sampaikan pada jamaah masjid tutup, kita sholat di rumah,

saya buat tutorial tarawih di rumah, shalat dzuhur pengganti sampai sholat, bahkan samapi sholat idul fitri di rumah, lengkap dengan dalil fikihnya," kata Ustaz Abdul Somad.

Meski begitu, kata Ustaz Abdul Somad, tak semua ketua masjid yang didengar oleh jamaahnya.

" tapi yang jadi masalah tidak semua ketua masjid didengar jamaah ,

ada ketua masjid dikudeta jamaahnya," kata Ustaz Abdul Somad.

Ada jamaah yang ikut bergotong royong membangun masjid tersebut.

Sehingga, menurur UAS, ketika ada pelarangan seperti sekarang ini ia akan mengakui itu adalah masjid mereka.

"maka ketika ada larangan mereka bisa berkata ini masjid kami, kami yang bangun," kata Ustaz Abdul Somad.

Untuk menerapkan ibadah di rumah ini, kata UAS, akan berbenturan dengan banyak hal.

Mulai dari masalah sosial hingga ekonomi.

" ada masalah sosial, ekonomi, jadi ketua masjid hanya bisa melakukan yang dia mampu saja," kata Ustaz Abdul Somad.

Maka dari itulah Ustaz Abdul Somad juga membagi jamaah menjadi tiga kategori.

"bahwa di masjid membagi tiga level, yang pertama yang hebat seperti harimau, itu dia makan orang satu dia tidak perlu cari makan lagi, itu jamaah paling hebat

nomor dua ular tawak, dia kalau makan kambing satu kali sebulan dia tidak perlu cari makan ini pun juga selamat,

tapi ada jamaah kita yang ayam kampung, dia ceker pagi makan siang, cari siang makan sore," kata Ustaz Abdul Somad.

Jamaah level tiga inilah yang didata oleh Ustaz Abdul Somad.

Ia mengumpulkan bantuan dari jamaah level satu dan dua kemudian diberikan ke jamaah level 3.

"maka inilah yang kita data, berapa orang, jamaah yang mampu tadi kita buka rekening kita terima bantuan kita salurkan ke jamaah,

tidak kita ajak ke masjid tapi mereka punya keterikatan emosional dengan masjid, dulu waktu kamu sulit dibantu masjid, ketika di phk tidak ada kerja sulit makan maka masjid meniolong, " kata Ustaz Abdul Somad.

Bantuan juga diberi secara bertahap.

Mulai dari 10 April 2020 untuk persiapan Ramadhan, sampai nanti 10 Juni 2020 untuk persiapan bilamana kondisi semakin memburuk.

"maka bantuan ini kami bagi menjadi tiga, 10 April persiapan Ramadhan,

10 Mei persiapan idul fitr, 10 jubni andai ini berjajut, " jelas UAS.

Dengan begitu, Ustaz Abdul Somad menekankan bahwa masalah ini bukan hanya sebatas ilmu agama.

Adapula faktor sosial dan ekonomi yang tak kalah patut dikedepankan.

"jadi tidak hanya sebatas fikih tetapi ada masalah sosial, disanalah ada wibawa negara, wibawa kekuasaan,

oleh sebab itu Insallah jamaah akan mendengar kalau mereka perutnya kenyang, kalau mereka ada bantuan,

jadi kalau bekrutat masalah fikih ini tidak aka selesai, yang saya terapkan di masjid saya kita tutup ," kata Ustaz Abdul Somad di ILC

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved