Yunarto Wijaya Sebut Kemacetan Jakarta Terurai di Zaman Anies : Bisa Kita Lihat 3 Bulan Terakhir

Diketahui bersama, bila dihitung selama tiga bulan yang dimaksud Yunarto Wijaya, berarti terhitung sejak Maret 2020.

Penulis: Sanjaya Ardhi | Editor: Damanhuri
Kolase Instagram Anies Baswedan dan Kompas.com
Anies Baswedan dan Yunarto Wijaya soal banjir 

TRIBUNNEWSBOGOR.COM -- Direktur Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut kemacetan Jakarta bisa diurai di zaman Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Yunarto Wijaya mengatakan, kemacetan Jakarta terurai selama tiga bulan terakhir ini.

Diketahui bersama, bila dihitung selama tiga bulan yang dimaksud Yunarto Wijaya, berarti terhitung sejak Maret 2020.

Bulan Maret 2020 merupakan pertama kali kasus Covid-19 pertama kali terdeteksi di Jajakarta, tepatnya 3 Maret 2020.

Semenjak itu jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat.

Pemerintah lantas mengimbau agar perusahaan menerapak work from home, belajar di rumah sert ibadad di rumah.

Pemprov DKI Jakarta kemudian mengambil langkah untuk menerapkan PSBB pada 10 April 2020.

Semenjak 10 April 2020, Anies Baswedan sudah tiga kali memperpanjang PSBB.

PSBB berakhir pada 4 Juni 2020.

Anies Baswedan memutuskan memperpanjang PSBB dengan menerapkan transisi.

PSBB tahap keempat ini akan diperpanjang sepanjang bulan Juni.

PSBB ini akan menjadi PSBB masa transisi menuju new normal di Jakarta.

Selama penerapan itu, kondisi lalu lintas di Jakarta memang tak seperti biasanya.

Yunarto Wijaya lantas menyebut bahwa kemacetan Jakarta bisa terurai di zaman Anies Baswedan.

Diketahui bersama, macet Jakarta memang menjadi isu sentral di setiap tahunnya.

Belum ada Gubernur DKI yang bisa menemukan formulasi untuk memecah kemacetan Jakarta.

"Fakta: Baru di jaman Anies Baswedan kemacetan jakarta bisa diurai seperti yang kita lihat di 3 bulan terakhir... " tulis Yunarto Wijaya.

Meski begitu, sebenarnya kemacetan masih tetap terjadi saat masa PSBB Transisi.

Dilansir Kompas.com, Sabtu (6/6/2020), pada hari pertama PSBB transisi jalanan ibukota kembali macet.

Kemacetan terjadi di sejumlah titik, salah satunya di jalan tol kota ruas Cawang-Grogol, Jakarta, Jumat (5/6/2020) sore.

Epidemiolog dari Universitas Padjajaran dr. Panji Fortuna Hadisoemarto menanggapi tentang hal tersebut.

Menurutnya kemacetan di hari pertama PSBB transisi bisa terjadi karena dua kemungkinan.

Pertama karena orang-orang merasa bosan.

Suasana kendaraan terjebak macet di Jalan Tol Cawang-Grogol, Jakarta Selatan, Jumat (5/6/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, lalu lintas di sejumlah jalan di DKI Jakarta terpantau padat hingga terjadi kemacetan. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)
Suasana kendaraan terjebak macet di Jalan Tol Cawang-Grogol, Jakarta Selatan, Jumat (5/6/2020). Pada hari pertama penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi, lalu lintas di sejumlah jalan di DKI Jakarta terpantau padat hingga terjadi kemacetan. (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN) ()

Mereka sudah terkurung di rumah sejak Maret, setidaknya 3 bulan.

Kedua, menurut Panji, orang-orang salah persepsi dengan mengartikan bahwa masa transisi masyarakat sudah bebas beraktivitas.

Kemacetan tersebut menurutnya tidak berbahaya.

Akan tetapi kemacetan mengindikasikan adanya perpindahan banyak orang ke suatu tempat.

"Yang berbahaya ini pergi mereka ke mana dan apakah berkumpul di suatu tempat yang belum aman. Atau berkumpul di suatu tempat sehingga risiko penularan meningkat," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/6/2020).

Panji khawatir jika orang-orang itu kemudian pergi berbelanja ke mall, berkumpul dengan orang banyak, ke tempat wisata, dan sebagainya.

Apalagi belum semua daerah di Jakarta aman.

Ada beberapa daerah yang masih menjadi zona merah.

"Paling mudah patuhi dulu itu aturan yang sudah dibuat oleh pak gubernur," ujarnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved